kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru Elina Jilbab Gemoy 18Yo Suka Colmek Toket Gede Part 7 PEMERSATUDOTFUN

Elina Jilbab Gemoy 18Yo Suka Colmek Toket Gede Part 7

Tidak ada voting
Elina, Jilbab, Gemoy, Suka, Colmek, Toket, Gede, Part
Elina Jilbab Gemoy 18Yo Suka Colmek Toket Gede Part 7
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Elina, Jilbab, Gemoy, Suka, Colmek, Toket, Gede, Part yang ada pada kategori JILBAB published pada 24 Juni 2023 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming Elina Jilbab Gemoy 18Yo Suka Colmek Toket Gede Part 7 secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Gairah Tetangga 05


Sambungan dari bagian 04

"Tok tok tok.." ada yang mengetuk pintu samping. Kemudian aku ke situ, Tante Ida pikirku. Waktu itu aku tidak jadi senang mikir sebenarnya karena aku sendirian bisa main lagi sama Tante Ida di rumahku. Kubuka pintu, ternyata Mbak Icih membawa nampan dan katanya, "Mas To, ini dari Tante Ida, beliau ada tamu luar kota mesti ditemenin ke stasiun jemput saudara, katanya gitu dan ini disuruh makan dan Mbak disuruh nemenin Mas To sampai selesai makan. Bu Etty dan anak-anak juga ikut semua." Aku bengong dan kupandang Mbak Icih biasa-biasa saja. Aku ambil nampan dan kukatakan,
"Tidak usah ditemenin deh Mbak, aku bisa."
"Ah jangan Mas To entar saya dimarahin, lagian di rumah tidak ada orang, saya rada takut sendirian."
"Lho sudah dikunci belum rumahnya," tanyaku.
"Sudah Mas."
"Iya sudah masuk deh Mbak!"

Aku makan dan Mbak Icih duduk di dingklik nonton TV, biasa sinetron "blo'on" Indonesia. Tiba-tiba Mbak Icih cekikan pelan, aku lihat di TV pas ada iklan, Srimulat rupanya. Aku masih mikir soal ketangkap tadi. Akhirnya aku ngomong to the point.
"Mbak Icih jangan cerita siapa-siapa ya soal tadi di kamar Bu Etty."
"Oh itu tidak apa-apa kok Mas To, di rumah situ mah bebas saja. Hanya saya ya kaget saja karena tadi saya kira tidak ada orang."
"Maksud Mbak gimana, bingung aku."
"Oh gini loh Mas To. Kalau laki perempuan kan lumrah suka gituan."





Aku jadi tambah bengong saja, ini orang ngomong apa sih.
"Mbak Icih kan sudah pernah kawin.." lanjutnya sambil senyum-senyum.
Dan di dingklik itu ia duduk sambil cerita sedikit sembarangan, sehingga sarungnya tersingkap di tengah. Aku menangkap pemandangan itu kelihatan betisnya, eh.. ini orang mulus juga. Biasanya orang dari desa suka kurang terawat, aku sekarang jadi melihat secara sadar, wah ini orang boleh juga.

Aku tidak jelas umurnya berapa, tapi orangnya rapi dan feminin. Buah dadanya kulihat naik-turun di balik kaos lusuh pemberian majikannya, barangkali kira-kira separuh Bu Etty dan Tante Ida deh. Si "Ujang" di balik celanaku terasa mulai bergerak-gerak lagi. Waktu itu sudah jam 07.00-an rasanya. Selesai makan aku sikat gigi di kamar mandi dan kudengar Mbak Icih beres-beres dan cuci piring. Keluar dari situ, kulihat Mbak Icih masih nyuci dan kupandang dari belakang. Mak.. pantatnya molek di balik ketatnya sarungnya itu tampak jelas. Aku berdiri di sampingnya dan kami saling memandang dan seperti ada kontak hati saja. Suasananya terasa seperti ada listriknya antara kami, dan aku ulurkan tanganku meraba pantatnya dan naik ke pinggangnya. Kupeluk dari belakang dan kumasukkan tanganku ke depan di bawah kaosnya, terasa BH-nya yang kasar menutup buah dadanya. Aku remas-remas dari luar BH-nya, dan terasa pantat Mbak Icih mundur merapat ke kontolku bergeser-geser. Kucium kuduknya dan ia menggelinjang.

"Entar dulu Mas To, piringnya pecah entar," ujarnya perlahan.
"Taruh saja dulu," jawabku.

Aku tarik BH-nya ke atas dan mulai kuraba dengan telapak tanganku, kedua boba susunya yang segera saja mengeras sensitif sekali. Mbak Icih lemas dan bersandar ke aku dan ke tempat cuci piring. Kontolku sudah tegang keras dan menusuk dari dalam celanaku ke pantatnya. Kuturunkan tanganku dan kulepaskan sarungnya dan jatuhlah sarungnya ke kakinya tinggal celana dalamnya dari kain bekas terigu itu. Tangan kananku masuk dan telapak tanganku menangkup di atas memeknya, tangan kiriku masih meremas-remas buah dadanya. Celana dalamnya longgar dan kudorong ke bawah sampai ke lututnya dan kutarik dengan jari kakiku sampai turun ke pergelangan kakinya. Tangan Mbak Icih juga diulur ke belakang dan mencengkeram batang yang membara sambil ia mendesah kegelian. Kulihat lengan atasnya merinding-rinding, keenakan rupanya dia. Aku turunkan celanaku dan kemudian kuangkat pahanya sebelah dan kubisikkan, "Mbak taruh di atas pinggir bak itu.."

Jadi sekarang memeknya pas terbuka di depan kontolku yang sudah mengacung ke atas.
"Ini cara apa Mas To," keluhnya, "Masukin dong Mas masukin!" Aku hanya maju-mundur mengarukkan kontolku di sekitar pantatnya dan lubang memeknya. Tanganku masih aktif meremas-remas terus buah dadanya. Mbak Icih berusaha menggapai batangku tapi aku menghindar dan Mbak Icih tambah kencang desahnya karena jariku sekarang memilin-milin bibir memeknya dari depan sambil berusaha mencari itil yang tadi diajari Bu Etty. "Mass.. Mass.. Ayo dong.. masukin..!" keluhnya. Aku tarik BH-nya ke atas dan mulai kuraba dengan telapak tanganku kedua boba susunya yang segera saja mengeras sensitif sekali. Mbak Icih lemas dan bersandar ke aku dan ke tempat cuci piring. Kontolku sudah tegang dengan keras dan menusuk dari dalam celanaku ke pantatnya. Kuturunkan tanganku dan kulepaskan sarungnya dan jatuhlah sarungnya ke kakinya tinggal celana dalamnya dari kain bekas terigu itu. Tangan kananku masuk dan telapak tanganku menangkup di atas memeknya tangan kiriku masih meremas-remas buah dadanya. Celana dalamnya longgar dan kudorong ke bawah sampai ke lututnya dan kutarik dengan jari kakiku sampai turun ke pergelangan kakinya. Tangan Mbak Icih juga diulur ke belakang dan mencengkeram batang yang membara sambil ia mendesah kegelian, kulihat lengan atasnya merinding-rinding, keenakan rupanya dia. Aku turunkan celana dalamku dan kemudian kuangkat pahanya sebelah dan kubisikkan, "Mbak taruh di atas pinggir bak itu." Jadi sekarang memeknya pas terbuka di depan kontolku yang sudah ngacung ke atas.

"Ini cara apa Mas To," keluhnya, "Masukin dong Mas, masukin!" Aku hanya maju-mundur menggarukkan kontolku di sekitar pantatnya dan nyundul-nyundul lubang memeknya. Tanganku masih aktif meremas-remas terus buah dadanya. Mbak Icih berusaha menggapai batangku tapi aku menghindar dan Mbak Icih tambah kencang desahnya karena jariku sekarang memilin-milin bibir memeknya di depan sambil berusaha mencari itil yang tadi diajari Bu Etty. "Mass.. Mass.. Ayo dong.. masukin.." Keluhnya mendesah-desah basah suaranya, menambah seru dan panas. Aku lepas t-shirt-ku dan kaos Mbak Icih, BH hitamnya yang sudah tersingkap kurengut dan telanjang bulatlah kami.

Aku terus sengaja hanya menciumi dan menggigiti telinganya, dan tiap kali merinding bulu tengkuknya, kelihatan pori-pori lengannya meremang dan ia menggelinjang geli. Kontolku tergosok-gosok celah di antara bukit pantatnya tiap ia menggelinjang. Kupeluk terus dari belakang dan pahanya masih tetap di atas bak yang sebelah. Kontol kugaruk-garukkan ke tepian lubangnya dan banjir cairan kental dari lubangnya tambah banyak, berkilap-kilap mengalir di sepanjang paha yang satu. Ia mencoba lagi menggapai kontolku tapi aku mundur dan tetap kupelintir itilnya dan kugosok-gosok lembar dalam bibir memeknya dengan ujung kuku. Mbak Icih tambah panik dan keluhannya seperti orang yang sudah mau menangis kepingin sekali. "Ahh Mas To, ayo dong masukinn Mass.. Mbak tidak kuat lagii.." kepalanya digoyang-goyangnya ke kanan ke kiri (katanya, orang ekstasi juga gitu ya).

P.S: Aku memang lagi iseng ingin eksperimen setelah dicakar, dicekik kepala kontolku sama Bu Etty pertama kali, pas aku mau muncrat itu.. memang loh bener lebih enak, gayanya kalau tidak langsung digebrusin muncrat, dan kalau high dengan narkoba gitu ya. Amit-amit, aku tidak pernah mencoba sekali juga (habis menurutku goblok tuh yang main narkoba dan obat batuk hitam, apa urusannya, ya aku yang ngetik).

"Iya.." Mbak Icih membisikkanku dekat sekali telinganya dan mengembus ke lubang, kugigit juga sedikit anak telinganya. Kumasukkan sedikit dari bawah kontolku ke mulut lubang memeknya dan kupegang batang panisku dan kuputar-putar di gerbang itu tanpa aku dorong masuk. Mbak Icih berusaha memasukkan lebih dalam tapi kutarik kalau dia agak turun. "Mass.. jangan disiksa dong.. tusukkin tusukkinn.." jeritnya agak keras. Aku kaget juga, gila ini Mbak. Nafsunya sudah tidak terkendali lagi. Ya sudah aku masukkan setengah dan kugoyang pinggulku dan ia juga segera naik-turun. Tangan kiriku meremas-remas buah dadanya dan sambil memulir-mulir boba susunya yang sudah keras seperti kerikil. Erangan Mbak Icih menambah erotisnya, dan busyet.. empotan memeknya bukan main, beda sekali dengan Bu Etty atau Tante Ida, agak kering tapi tetap enak sekali. Kepala kontolku terasa digenggam beludru dengan mapan sekali. Berkunang-kunang rasanya mataku, kugigit lagi sedikit pundaknya sambil kuciumi terus kuduknya. Tangan Mbak Icih menjulur ke belakang dan meremas-remas bukit pantatku, sementara tanganku satu lagi juga tidak menganggur memoles-moles, kupetik-petik biji itilnya yang tambah nongol keluar. Gila ada sebesar kacang Garuda yang belum dikupas. Terasa keluar dari lubang sisi atas memeknya, keras-keras empuk. Mbak Icih tambah menggerung-gerung, "Ahh.. ahh.. Mas Mass.." dan tiba-tiba ia turunkan kakinya dari bak dan menarik pantatku dan masuklah amblas sedalam-dalamnya kontolku. Pantatnya menempel rapat sekali. Terasa lincir karena keringat kami yang sambil berdiri mengalir. {Bau badan Mbak Icih itu seperti bunga melati, sama dengan orang Cendana suka melati dia ini). Bersih, biar dia orang dari kampung tapi sepertinya mengerti kebersihan badan.

Bersambung ke bagian 06

Oleh: [email protected]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.