Cerita Dewasa:
Internet Friend 06
Sambungan dari bagian 05
Aku pernah bercinta dengan orang India. Namanya Ricky. Aku kenal dia dari net tentunya. Orangnya ramah dan tampan. Tidak seperti orang India pada umumnya, kulitnya bahkan lebih putih dari kulitku sendiri. Tapi seperti orang India pada umumnya, dia tinggi besar.
Ricky sama sajalah dengan cowok yang lain. Memberi harapan kalau dia akan membantuku, yang tentunya tidak pernah dia penuhi. Aku yang memang sudah putus asa, tetap saja tergoda dangan harapan palsu itu.
Pertama, kami hanya minum-minum di Pub tempat dia menginap. Hotel mewah daerah Senin. Ribut sekali suasananya sehingga aku dan dia harus saling berteriak kalau ngomong. Dia pesan Whisky dan aku memesan Whisky cola. Sepertinya Whisky-nya kebanyakan daripada colanya. Aku merasa wajahku merah karena panasnya Whisky itu. Kamipun memutuskan berbicara di kamarnya saja, walau aku merasa kepalaku berdenyut, tapi aku masih bisa berjalan tegap mengikuti langkah Ricky masuk ke kamarnya.
Tapi sesampai di kamarnya, aku merasa tidak tahan lagi dan akhirnya ambruk di atas tempat tidurnya. Ricky membantuku melepaskan sepatu hak tinggiku dan membetulkan posisi tubuhku di atas ranjang. Aku hanya berbaring sebentar kemudian nonton TV bersamanya. Kami berdua tidur berdampingan, nonton TV sambil ngobrol.
Entah karena suasana atau apa, Ricky tiba-tiba menindihku dan bertanya, "Boleh kan aku menciummu?" aku tidak menjawab, bingung melihat aku lama tidak bereaksi, Ricky langsung saja mendaratkan bibirnya ke atas bibirku. Lembut sekali bibirnya, tidak seperti yang lain. Benar-benar lama sekali dia mencium dan menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku. Aku sampai kehabisan nafas.
Dengan bangganya dia mengatakan, cewek-cewek yang pernah diciumnya dulu selalu berkata kalau dia itu the best kisser, aku cuma tersenyum. Sebenarnya, buatku, sehebat apapun kiss-nya dia.. as long i don't have any feeling to him, aku tidak akan menikmatinya. Bahkan terus terang, aku merasa jijik pada diriku sendiri begitu gampangnya menyerahkan diriku pada sebuah harapan tipis yang ternyata kosong.
Akhirnya yang kuingat dia menelanjangi diriku setelah dia menelanjangi dirinya sendiri. Bibir dan lidahnya begitu asyik memainkan bobaku yang besar. Dijilat dan dikulumnya.. begitu lama dia bermain di atas bobaku, mempermainkan bobaku dengan lidahnya dan bibirnya di sela-sela giginya yang rata. Akhirnya aku mulai terangsang apalagi jarinya menyentuh bibir kemaluanku dan mengocok-ngocok di sana. Akhirnya aku basah dan bertambah basah.
Seluruh tubuhku seakan dilumuri oleh ludahnya karena dia mencium hampir setiap inci tubuhku. Dia bahkan menjilat pusar perutku. Ketika dia hendak menjilat liang kewanitaanku, aku menolak.. entah kenapa, mungkin aku sedang tidak mood.
Aku tertawa geli dan nikmat ketika dia menjilat ketiakku yang bersih dan licin tanpa bulu. Tidak pernah seorang pun yang pernah menjilat ketiakku sebelumnya. Diremasnya buah dadaku, dijilat jilat lagi bobaku sehingga aku merasakan liang kewanitaanku tambah basah saja dan berdenyut-denyut.
Meskipun sejak tadi dia sudah telanjang, tidak sekali pun aku memperhatikan batang kemaluannya sampai akhirnya dia meminta blow job dariku. Kali ini aku yang menindih tubuhnya. Dadanya penuh dengan bulu membuatku sedikit sukar untuk menjilati bobanya. Terus terang, aku suka sekali memainkan boba cowok yang kecil mungil kalau gemas, sering aku isap-isap lalu kugigit.
Aku cuma menjilat bobanya dan mengisapnya sebentar sampai akhirnya aku merangkak turun ke batang kemaluannya. Siapa sih yang bilang kalau orang India barangnya selalu besar, setidaknya punya Ricky tidaklah besar, bahkan cenderung lebih kecil daripada punya Francis, salah satu temanku yang dari Singapore.
Kubuka kulit batang kemaluannya. Aku melihat lubang kemaluannya sudah mengeluarkan lendir. Kukeluarkan lidahku dan kujilat, rasanya asin, baunya sama seperti umumnya. Kudengar dia mulai mendesah. Kujilati kepala batang kemaluannya dengan lidahku.. jilat naik.. jilat turun. Pertama jilatanku pelan saja sampai akhirnya aku mulai mempercepat jilatanku.
Ricky mendesah sampai akhirnya merintih, kemudian aku mengisap masuk batang kemaluannya ke dalam mulutku. Kusedot sampai hidungku bertemu dengan bulu kemaluannya, kukeluarkan batang kemaluannya dan kusedot masuk lagi. Aku mulai mengoyangkan kepalaku maju mundur. Setiap gerakan kepalaku yang menyebabkan batang kemaluan keluar masuk.. keluar masuk mulutku, menyebabkan Ricky tambah gemetaran saja.
"Ooohh.. Rinii.. that really nicee.. uugghh.. hmmphh.. Ooohh", erang Ricky sambil meremas rambutku yang panjangnya cuma sampai sebahu. Kulepaskan kepala batang kemaluannya dari mulutku, kujilat pelirnya sambil kukocok batang kemaluannya dengan tanganku.
Tiba-tiba dia menyodorkan kondom padaku, langsung saja kusobek bungkusan kondom itu lalu kukeluarkan kondomnya dan berusaha memasangnya pada batang kemaluannya yang sudah merah ujungnya karena kuisap tadi. Aku emang tidak pandai memasangkan kondom pada siapapun dan terus terang, aku tidak suka kondom. Ricky akhirnya turun tangan memasangkan kondom pada batang kemaluannya.
Dia mengangkat tubuhku dan menghempaskannya ke samping. Segera dia menindihku dengan tubuhnya yang lumayan berat itu, diacungkan batang kemaluannya mendekati liang senggamaku tanpa basa basi. Batang kemaluannya ia hentakkan masuk ke dalam liang kewanitaanku yang sudah mulai kering. Aku mengerang sakit sedangkan dia mengerang nikmat.
"Rinii.. nikmat sekali liang kewanitaanmu..!" rintihnya kemudian menentotku dengan batang kemaluan yang telah terlapisi kondom. Melihat buah dadaku yang besar ikut bergerak disetiap tusukan batang kemaluannya ke liang kewanitaanku, Ricky merasa gemas dan langsung saja meremas buah dadaku lalu digigitnya bobaku. Baru kali itu aku bersuara, "Akkhh.. oohh.." sakit rasanya tapi Ricky mengira aku mengerang nikmat, dia terus saja mengisap bobaku dengan giginya menancap di sana. Terpaksa aku mendekapnya sehingga dia kehabisan nafas dan akhirnya dia melepaskan bobaku. Dia pun mulai konsentrasi menusuk dan menentotku dengan batang kemaluannya.
Kubiarkan Ricky mengentot liang sorgaku yang pelan-pelan mulai basah lagi. Hatiku sebenarnya menjerit kenapa aku bisa jadi begini. Aku benar-benar jijik dan malu pada diriku sendiri. Tiba-tiba aku merasa aku ini tidak ada bedanya dengan pelacur gratisan. Hatiku pedih setiap kurasakan hentakan batang kemaluannya di dalam liang senggamaku.
Sementara aku menahan air mataku, Ricky pun mencapai klimaks dan akhirnya ambruk di atas tubuhku. Sempat-sempatnya dia menjilat bobaku sebelum dia membalikkan tubuhnya dan berbaring di sampingku.
Kulihat dia melepaskan kondomnya dan segera mengantikan dengan yang baru. Ya ampun, dia masih mau lagi, ternyata batang kemaluannya masih saja tegang. Ricky mengaku sudah lebih dari setahun dia hanya mansturbasi dan tidak merasakan hangatnya liang kenikmatan seorang wanita.
Dia memintaku yang berada di posisi atas. Aku segera saja merangkak di atas tubuhnya. Ricky meremas pantatku ketika aku membimbing batang kemaluannya menuju ke liang kewanitaanku, lalu dengan tidak sabar Ricky segera saja menarik pantatku ke bawah sehingga batang kemaluannya masuk dalam sekali ke liang senggamaku sepertinya aku merasakan kepala batang kemaluannya mencapai perutku saja. Ricky melenguh nikmat, "Ohh.."
Aku tidak mengangkat pantatku seperti layaknya pada umumnya diposisi begini. Aku hanya mengoyangkan pantatku maju mundur dengan batang kemaluannya masih di dalam liang kewanitaanku. Gerakan ini benar-benar ampuh membuat Ricky merintih dan mengerang nikmat.
"Ooohh.. Rinii, sempit sekali milikmu!" aku tersenyum mendengarnya, tentu saja dia merasa liang kewanitaanku memijit batang kemaluannya karena sambil mengerakkan pantatku maju mundur dengan batang kemaluannya masih di dalam, akupun mengerakkan liang kewanitaanku dengan gerakan hendak menahan pipis. Cara ini sering kugunakan pada Wayne. Kuingat Wayne juga mengerang minta ampun padaku saat itu.
Ricky meremas toketku sambil aku mempercepat gerakan pantatku maju mundur. Tidak sampai 10 menit Ricky klimaks lagi.
"Ooouukkhh.. saya mau keluar..!" Serunya lalu meremas kedua buah dadaku dengan keras sekali sehingga aku menjerit, "Akkhh.." Aku segera mengangkat pantatku setelah beberapa detik kemudian setelah dia melonggarkan remasan pada buah dadaku, kulihat batang kemaluannya mulai mengendor dan mengecil.
Segera aku ke kamar mandi dan menutupnya, kubuka showernya, masa bodoh dengan panasnya. Kubersihkan tubuhku sebersih-bersihnya seperti biasanya aku tidak pernah merasa bersih meskipun sudah kusabuni beberapa kali. Akhirnya akupun jatuh menangis mendekap diriku sendiri di dalam shower.
Aku bertemu dengan Ricky lagi untuk kedua kalinya. Kami memang bercinta lagi saat itu karena aku masih berharap dia mau mengerti keadaanku dan membantuku. Sungguh pemikiran yang bodoh tapi yang jelas, ketika dia minta yang ketiga kalinya aku bilang padanya, "Saya bukan pelacur murahan!". Terakhir yang kudengar adalah Ricky sudah bertunangan.
Bersambung ke bagian 07