kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru Panya Hijab Pamer Memeknya PEMERSATUDOTFUN

Panya Hijab Pamer Memeknya

Tidak ada voting
Panya, Hijab, Pamer, Memeknya
Panya Hijab Pamer Memeknya
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Panya, Hijab, Pamer, Memeknya yang ada pada kategori JILBAB published pada 21 Mei 2024 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming Panya Hijab Pamer Memeknya secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Balada Para Ibu Rumah Tangga - 3


Dari bagian 2

Aku masih di kota M dan masih kuliah. Pagi ini aku kedatangan pasangan suami istri, Toto dan Juminah, mereka datang dari kampung yang letaknya sekitar 25 Km dari rumah kontrakanku. Katanya sih mereka tahu aku bisa ngobatin penyakit secara supranatural dari tetangga mereka, Pardi. Aku sendiri lupa apa pernah ya aku ketemu orang namanya Pardi atau tidak. Singkatnya, pasangan Toto yang sopir truk antar pulau dan Juminah yang pembantu rumah tangga itu datang padaku dengan keluhan pingin cepat dapat anak.

"Benar lo Mas, berapapun biayanya saya usahakan asal kami bisa punya momongan. Wong kami ini sudah tujuh tahun kawin lo Mas," Toto memohon mohon padaku diruang tamu, sementara Juminah hanya ikut manggut-manggut setiap suaminya bicara.

Toto adalah pria bertubuh ceking dan usianya sekitar 40 tahunan, sedangkan Juminah walau agak kampungan dan lusuh tapi terlihat jauh lebih muda dengan usia sekitar 29 tahunan. Body Juminah yang agak gemuk terlihat serasi dengan tinggi tubuh yang lebih tinggi 5 cm dari Toto.

"Emangnya seminggu berapa kali kalian melakukan hubungan badan," setelah puas menilai penampilan dua tamuku itu, aku pun mulai meluncurkan pertanyaan dengan mimik serius.

"Eh.. Anu Mas. Kadang-kadang dua kali seminggu, atau malah kadang dua minggu sekali, soalnya saya 'kan sopir truk antar kota Mas. Kadang saya nginap diluar kota, jadi nggak sempat gituan," Toto menjawab malu-malu, Juminah malah tertunduk habis.

"Oh.. Begitu toh. Pantas kalian susah dapat momongan, wong jarang kumpul dan kerja berat terus sih," aku berujar sambil menenggak kopi pagiku.






"Oke sekarang kalian tenang saja, biar aku bantu masalah kalian. Nah sekarang kalian masuk ke kamar itu dan tunggu aku ya," pintaku pada tamuku sambil menunjuk kamar praktikku.

Beberapa menit setelah mereka masuk, aku langsung nyusul, di kamar itu aku duduk di kursiku sementara mereka di kursi tepat depanku yang dihalangi meja kerjaku.

"Begini Mas Toto, ini kan untuk kebaikan kalian berdua jadi kumohon jangan rikuh dan risih dengan ruwatan pengobatan yang akan kulakukan ya, bagaimana? bisa apa nggak?," tanyaku.
"Oh.. Monggo saja Mas, kami memang siap apa saja untuk dapat anak kok," Toto menjawab.
"He-eh Mas kami siap kok," Juminah menimpali.
"Kalau begitu sekarang kalian buka baju dan ganti pakai sarung ini ya, terus tiduran di dipan itu," kuberi dua lembar sarung bermotif bunga dan menunjuk dipan di kamar praktikku. Pasangan dari kampung itu nurut saja dan sekejap kemudian sudah berbaring berdampingan di dipan, hanya pakai sarung tok.

Aku berdiri mendekati pasangan yang sudah pasrah itu, mereka kuperciki air kembang sambil merapal mantra seadanya dibibir.

"Sekarang tolong kalian bersetubuh ya, iya bersetubuh, main, ngeseks..," perintahku disambut keheranan keduanya.

Tapi mereka tak punya pilihan, toh mereka butuh bantuanku. Toto langsung saja membuka sarungnya dan mempreteli sarung Juminah hingga keduanya bugil tulen. Bibir Toto yang agak monyong langsung nyosor menciumi sekujur tubuh Juminah, sedangkan tangannya mulai gerilya di bagian memek istrinya itu.

Wah, pemanasan seks pasangan ini rupanya kurang ahli, pantas saja sudah dapat anak. Lima menit kemudian Toto main tancap saja, padahal penisnya yang imut belum tegak benar sehingga kelihatan agak susah menembus memek Juminah yang masih kering belum terpacu birahi.

"Duuhh belum Mas, susah sekali masuknya," Juminah menggerutu tapi tetap aku dengar.

Toto tak peduli dan terus mengentot pantatnya, menggesek gesek penisnya yang masih layu ke permukaan memek Juminah dengan napas memburu, nafsu benget.

"Ohh yess.. Ahh," Toto sudah tamat sebelum penisnya belum masuk utuh ke memek Juminah, ia langsung KO dan menggelepar disisi istrinya.

"Wah.. Wah.., Mas Toto ini gimana sih. Bagaimana mau punya anak kalau sperma sampeyan nggak nyiram rahim Mbak Jum. Payah sampeyan ini Mas," kataku memberi komentar.

Toto dan Juminah kembali duduk dihadapanku dihalangi meja, lalu kujelaskan bagaimana proses pembuahan yang dibutuhkan rahim wanita sebelum akhirnya hamil dan melahirkan.

"Mas Toto kulihat burungnya kurang kuat ya, kok baru gesek-gesek sudah KO. Tuh Mbak Jum belum rasain apa-apa. Iya kan Mbak?," Juminah tertunduk malu mendengar pertanyaanku, Toto malah garuk-garuk kepala, mereka masih pakai sarung tok.

"Terus gimana caranya Mas supaya aku dapat momongan toh," Toto bertanya.

"Caranya ya perbaiki mutu seks kalian itu, terutama Mas Toto, burungnya harus kuat sehingga nyembur pejuhnya di dalam memeknya Mbak Jum, gitu loh. Selain itu nanti kuberi ramuan," kataku menjelaskan.

"Anu Mas, punya Mas Toto memang nggak bisa lebih dari itu kok, padahal sudah minum banyak jamu, tapi begitu terus," Juminah menyelaku.
"Ya mau bagaimana lagi wong memang begitu," Toto protes.
"Oke-oke, supaya Mas Toto lebih sip, gimana kalau aku contohkan cara main yang tepat, biar pas dan cepat dapat anak," aku menawarkan. Mereka saling pandang kemudian memandangku lagi.
"Terserah bagaimana baiknya Mas," Toto dan Juminah menjawab hampir serentak.
"Oke sekarang Mas Toto duduk disini dan Mbak Jum silahkan tiduran lagi di dipan," perintahku.

Toto duduk dikursi tadi, Juminah sudah berbaring berbalut sarung sebatas dada, aku mendekati dan mencipratkan air kembang ke sekujur tubuhnya.

"Begini Mas Toto, perhatikan cara menaikan birahi istri pada langkah pertama," kataku seraya menurunkan kain sarung Juminah sampai ke perut. Aku duduk disamping Juminah yang tiduran, lalu kuraba-raba dua gundukan di dada Juminah, meski sudah tujuh tahun kawin, rupanya susu 36B Juminah masih kencang kayak perawan.

"Ihhss geli Mas.. Aku malu ah..," Juminah menepis tanganku, tapi kemudian membiarkan lagi tangan itu beraksi.

"Mas jangan cemburu ya ini untuk kebaikan sampeyan juga kan," kulanjutkan aktifitasku dan Toto hanya manggut-manggut memberi restu. Kini bibirku mulai aktif menjilati susu Juminah bergantian kanan dan kiri. Hisapan dan jilatan terus kulakukan sampai lima menit lamanya.

"Hsshh aauuhh.. Emmffhh maasshh.. Aahkk," Juminah mendesis dan menggeliat-geliat karena hisapanku di susunya, tangannya malah sudah mendekap kepalaku seperti enggan kalau kulepas hisapan itu.

"Gimana Mbak Jum? enak?,"

"Ehmm iiyah Mas," Juminah menatapku sayu, wajahnya cukup manis kalau begitu, rasanya mirip artis Denada Tambunan, body gemuknya pun mirip waktu Denada belum diet (Sorry ya kalau Dena ikut baca, abis emang mirip sih).

"Nah Mas Toto sekarang lihat nih tahap kedua merangsang birahi istri," aku mengambil posisi jongkok tepat diantara dua paha Juminah yang ngangkang. Memek Juminah sepintas kelihatan jorok, apalagi bulunya hitam, panjang, sembrawutan lagi. Kuusap pelan bagian sensitif Juminah dari bawah ke atas dan terus begitu beberapa kali.

"Auuhh mashh geliih ahhss," pinggul Juminah naik turun mengikuti tanganku yang mengusap memeknya.

Saat cairan kental mulai membasahi bagian itu, aku langsung merunduk dan menciumi bibir memek Juminah, aroma memek cewek kampung memang asyik dan alami. Kugunakan lidahku menjilati bibir dan itil memek Juminah, membuat Juminah kalang-kabut dan menggelinjang tak karuan. Kuintip mulut Juminah sedikit terbuka dan merintih-rintih, rambutku dijambak-jambak Juminah. Sementara Toto serius melihat bagaimana istrinya sedang kubuat birahi tinggi. Gerakan tubuh Juminah yang agak gemuk membuat dipan bergerenyit, kreyat-kreyot, tapi makin asyik. Aku sendiri mulai merasa birahi, penisku mulai tegang dan mendesak CD yang kupakai. Hampir 10 menit kujilati memek Juminah, sampai kurasakan dua pahanya keras menjepit kepalaku dan jambakan pada rambutku makin kencang.

"Aahhss aahhdduhh.. Iihhss.. Mmmff..," Juminah sampai pada orgasmenya, gerak pinggulnya menghentak-hentak kepalaku yang dijepit pahanya, lalu jepitan itu lunglai, Juminah lemas.

"Gimana Mbak Jum, ringan rasanya?" aku bertanya sambil melepaskan pakaianku sampai bugil juga.

"Iyaah mass agak ringan, enak sekali rasanya," Juminah masih menatapku dengan birahinya.

"Nah Mas Toto, sekarang lihat tahap terakhir ya. Bagaimana caranya masukkan penis ke memek supaya cepat hamil," aku berkata pada Toto yang tetap serius memperhatikan.

Juminah terbaring pasrah dengan dua paha mengangkang lebar, memeknya yang kuyup jelas terlihat karena bulu lebatnya lusuh oleh cairan memeknya. Kontolku yang sudah maksimal berdiri kusisipkan di bibir memeknya dan tubuhku mulai menindihnya, susu Juminah kembali jadi sasaran jilat dan hisapku.

"Sabar ya Mbak Jum, pasti tak buat kamu ketagihan," bisikku di telinga Juminah.

"Uhh mass, teruskan apa maumu mass..," Juminah tak sabar menunggu penisku menembus memeknya. Bless.. Jleepp, penis kudorong masuk menembus memek Juminah yang masih terasa rapat dan nikmat, Juminah merintih tertahan merasakan benda yang masuk tak seperti yang selama ini dirasakan dari Toto.

"Eh Mas Toto, kok bengong. Nah ini Mas caranya yang betul, tuh lihat burungku masuk utuh ke memeknya Mbak Jum," aku memberi tahu Toto, dia manggut-manggut saja dan melongo melihat istrinya kelepar-keleper kubuat.

"Ahhyoo mass.. Aku ngghhaakk kuaatt, ohh..," pinggul Juminah terus naik mendesak penisku supaya bergerak di memeknya. Kupeluk tubuh gemuk Juminah, kuentot penisku, kepala Juminah bergerak tak beraturan, rintih dan desahnya makin menjadi-jadi.

"Enak Mbak Jum.. Hehh, enaak ndaak mBHaak,"
"Iyahh oosshh.. Eenhhaak, teruusshh mashh aauhh,"
"Mmmffhh ehmnnff," bibir Juminah yang agak tebal tapi seksi kulumat habis, aku jadi nafsu banget dengan bau keringat ketiak Juminah yang khas kampung itu. Kuentot makin kuat dan makin teratur, Juminah pontang-panting mengimbangi gerakanku dengan menggoyang pinggulnya.

Permainan kami cukup panjang tapi Juminah belum kelihatan menyerah, posisi segera kuubah, kubalik tubuh kami sehingga Juminah yang jadi menindih tubuhku.

"Mas Toto, kalau lagi main, burung sampean nggak bisa masuk, gini cara yang tepat supaya imbang," kataku, Toto masih saja manggut-manggut, terpesona melihat bagaimana istrinya yang kini mengentot aku.

"Duuhh.. Iisstthh, kokhh tambah ennahkk begini.. Masshh.. Auhh," Juminah kini bagai joki diatas penisku, tubuhnya yang gemuk dan lemak pahanya membuat kenikmatan yang asyik di penisku, aku menarik tubuhnya sampai dia merunduk dan menyasar lagi susu ranumnya dengan isapan lidahku.

"Ayoo Mbaak Jum, ambill nikmatnya Mbak..,"

"Ahh.. Enghh.. Mmmffhh, ohh iyakhh mashh.. Akuu enaakkhh.. Mahhss.. Ahhss," goyang pinggul Juminah makin menekan penisku, makin lama gerakannya makin kuat. Wajah Juminah semakin ayu dalam keadaan seperti itu, mata sedikit terpejam, bibir terbuka mendesis, kepalanya gerak kanan kiri diatas tubuhku.

Kurasa memeknya makin membasah, ini saat yang tepat meghajarnya hingga puncak pikirku. Sekejap aku ubah posisi kami lagi, dengan berputar kekiri kini tubuhku kembali diatas tubuh Juminah, tanpa memberi kesempatan padanya, aku terus mengentot penisku menghujam-hujam memeknya.

"Aaahh.. Akuu piipisshh mashh.. Ouhh.. Emhhff.. Ohhss..," tubuh Juminah kejang, dinding memeknya berkontraksi berkali-kali dalam entotan penisku, sampai akhirnya kepala Juminah lunglai, menandakan orgasmenya sudah utuh dan tuntas. Toto terpana melihat raut puas istrinya, sementara aku masih teratur mengentot tubuh Juminah.

"Ahh Mas To.. Ini puncak namanya aauhhkkhh..," kurasa cairan spermaku tak mungkin kubendung lagi, kutarik penisku dari liang nikmat Juminah, dan sekejap semburan spermaku tumpah membasahi perut Juminah.

"Uhh.., itu namanya pejuh Mas, dan itu harus ditumpahkan didalam memek Mbak Jum, supaya hamil. Kalau Mas To tumpahnya diluar terus kapan hamilnya Mbak Jum," aku bangkit menyuruh Toto melihat sperma kentalku diperut Juminah.

"Lohh kok nggak ditumpahin didalam saja Mas, biar dia hamil," Toto benar-benar blo'on.
"Wah Mas ini gimana. Kalau spermaku masuk ke memek Mbak Jum dan Mbak Jum hamil, berarti itu anak ya anakku jadinya, bukan anak sampeyan, gimana sih," cerocosku sambil kembali mengenakan pakaian, mereka juga kembali pakai pakaian masing-masing.

Setelah itu, kami basa-basi sejenak, dan kubuatkan ramuan kuat untuk Toto supaya greng kalau tempur sama Juminah. Mereka kemudian pulang dan menyisipkan uang pecahan ribuan yang jumlahnya sampai lima puluh lembar.

Oh ya, sejak itu, kira-kira sebulan kemudian pasangan itu datang lagi dan minta diajari lagi begituan. Aku kembali senang bisa bersetubuh dengan Juminah yang sintal dan montok, dan Toto senang bisa belajar memuaskan istrinya. Kabar terakhir yang kudengar, tiga bulan kemudian Juminah hamil. Entah itu anak siapa, soalnya waktu datang kedua kali aku tumpahkan spermaku dalam memek Juminah, habis nggak tahan sama rintihannya itu. Tapi aku tetap berharap anak itu anak Toto, hasil sperma Toto. Sejak dikabari aku kalau Juminah hamil, mereka tak lagi datang padaku, karena kusarankan supaya mereka kontrol ke puskesmas saja untuk kehamilan Juminah.

E N D

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.