Cerita Dewasa:
Menik dan Ayah Angkatnya 02
Sambungan dari bagian 01
Berdebaran tegang Menik menonton pemandangan di depannya, nampak Tikah mandah saja menggeliat-geliat kegelian dengan muka genit malu-malu kegelian mendapat gerayangan nakal Pak Hendro di kedua susunya. Malah dia kemudian membungkukkan tubuhnya mengikuti pelukan Pak Hendro, menyandarkan kepalanya manja di dada Pak Hendro. Sebentar keduanya saling merapat pipi bertemu pipi seperti ada yang dibisikkan Pak Hendro di telinga Tikah, karena tiba-tiba Tikah bangun duduk tegak dan berikutnya masih dengan muka genit malu-malu Tikah membuka lepas handuk penutupnya menampilkan bebas tubuh telanjangnya. Karena di balik kain tadi Tikah memang tidak mengenakan pakaian dalam. Sekarang melihat bagaimana Tikah sedang menyodorkan bagian kewanitaannya untuk dinikmati Pak Hendro, hal ini membuat Menik semakin tertarik penasaran. Memang tubuh Tikah tidak semulus dan secantik Menik, tapi berharap pada adegan kelanjutannya menimbulkan rangsangan hebat pada Menik, disamping juga rasa kepingin tahu yang besar ingin melihat bagaimana caranya pasangan laki perempuan bersanggama.
Sekarang terlihat gerakan Pak Hendro bangun duduk, sementara Tikah hanya mengangkat duduknya berlutut merapat pada Pak Hendro.
"Ahsshh.." terdengar Tikah mengerang dan setelah itu menggigit bibirnya malu-malu geli ketika dia mulai mendapat rangsangan Pak Hendro sekaligus di dua tempat, yaitu mulut Pak Hendro melahap sebelah puncak susunya dan sebelah tangan Pak Hendro bekerja mengusap-usap tengah selangkangannya.
Rangsangan mulai meningkat dengan makin sibuknya Pak Hendro berpindah-pindah mengenyoti kedua susunya, sementara tangan yang di selangkangan juga bergerak-gerak seperti sedang meremas-remas sambil pasti ikut mengiliki kelentitnya, geli asiknya mulai diterima Tikah terbaca dari mimik wajahnya yang sekarang merona merah dalam mata terpejam serius dan bibir setengah merekah tegang. Sesekali ada gerakan Tikah mengejang kegelian dengan menarik pantatnya menungging, tapi tidak menghindar membiarkan tubuh telanjangnya dipuasi Pak Hendro. Sebelah tangannya malah membantu menonjolkan bukit susunya tersodor dikecapi Pak Hendro, sedang sebelah tangan lagi bertopang di pundak Pak Hendro. Ada beberapa saat seperti itu, tapi di tengahnya ada gerakan baru, yaitu sebelah tangan Pak Hendro yang bebas mulai merangsang kejantanannya dengan menggenggam dan meremas-remas batangnya agar menjadi lebih kaku.
Semua ini dari tempat mengintip Menik cukup jelas dilihat, karena jaraknya cuma sekitar 3 meter dan posisi Tikah sekarang agak serong menghadap ke arahnya. Rupanya acara merangsang gairah berahi Tikah dan membangkitkan kejantanan sendiri oleh Pak Hendro, meskipun sebentar tapi sudah dianggap cukup, karena Pak Hendro baru saja berhenti dan meminta Tikah mengambil posisi berbaring menelentang tetap di atas permadani itu. Mereka nampaknya mempersingkat waktu agar tidak terlalu lama dan dicurigai para penunggu rumah.
Tikah langsung berbaring mengangkang sesuai permintaan Pak Hendro, matanya ditutup rapat-rapat menunggu Pak Hendro mengatur posisinya untuk mulai memasukkan batang kejantanan ke liang senggamanya. Merapat dia dengan kedudukkan tegak berlutut, kedua paha Tikah ditumpangkan ke atas masing-masing pahanya, sebentar Pak Hendro masih melocoki batang kejantanannya sendiri yang dari tadi tetap dipegangi terus, sementara tangan sebelah jari-jarinya membasahi lubang kewanitaan Tikah dengan ludahnya agar membuat lebih licin lagi. Sebentar kemudian batang kaku Pak Hendro mulai dimasukkan ke liang kewanitaan Tikah, Menik membaca mimik wajah Tikah agak mengernyit dengan kedua kelopak matanya yang terpejam erat. Rahangnya menganga kaku menunggu batang ditusukkan ke kemaluannya dan yang mulai dimainkan Pak Hendro keluar masuk pelan-pelan.
Ternyata reaksi yang ingin dilihat Menik mulai nampak. Tikah ketika mulai bisa menyesuaikan dengan kontol yang baru diterimanya, langsung mendapatkan rasanya. Tegang wajahnya pun mengendor terganti dengan bersemu asyik yang membawa pinggulnya bergerak mengocok mengimbangi gerak menggesek batang keluar masuk liang senggamanya. Makin lama makin tambah hangat rasa garukan enak itu, apalagi ditambahi Pak Hendro dengan kedua tangannya memilin-milin boba masing-masing susunya, gerak geliat Tikah sudah meningkat panas. Meliuk-liuk dia terlihat erotis dengan dadanya kadang diangkat-angkat membusung. Tapi yang seru adalah goyangan bibir kemaluannya yang berputar cepat seperti tidak sabaran dan sesekali menanduk-nanduk ke atas memapak tusukan batang keperkasaan Pak Hendro yang juga mulai dipompa agak kencang.
Menik sampai terasa panas dingin dan tegang menontonnya, terpengaruh rangsangan permainan Tikah yang menggelora oleh sogokan-sogokan batang keperkasaan Pak Hendro. Gerakannya selama itu berputaran hangat, lebih-lebih menjelang orgasmenya. Sayang Menik tidak bisa mengikuti mimik Tikah, karena dengan semakin panas itu wajah Tikah sudah hilang menyusup di dada Pak Hendro yang sudah turun menghimpit mendekapnya erat-erat. Hanya terakhir sempat dilihat ketika Tikah berogasme dengan tubuhnya yang mengejang dan mengangkat liang kewanitaannya tinggi-tinggi seakan ingin ditekan lebih dalam lagi. Sampai di situ apa yang ditonton Menik, dan dia buru-buru ke luar untuk kemudian berpura-pura datang dari luar seolah-olah tidak mengetahui apa yang terjadi di dalam kamar baca itu.
Jadi boleh dibilang secara tidak langsung, sebetulnya ayah angkatnya yang menggiring Menik untuk menuju kebebasan seks. Sehingga ketika suatu ketika, Menik menemukan teman sekolah yang cocok di hatinya dan kemudian berlanjut dengan iseng-iseng mempraktekkan hubungan sanggama sampai mengakibatkannya hamil. Ayah angkatnya tidak bisa menyalahkan dia karena menyadari bahwa ini salahnya sendiri yang terlalu bebas dalam cara hidup mereka. Tapi untuk menuntut laki-laki yang mengerjai Menik sangat berat, karena keduanya masih remaja sekali, jalan keluar yang dipilih adalah menggugurkan kandungan Menik sebelum menjadi besar serta membatasinya bergaul bebas di luaran lagi.
Menik nampaknya kapok dengan akibat keisengan pertamanya itu, tapi untuk bisa bertahan dari godaan lelaki berikutnya ternyata ada cara yang istimewa untuk itu. Yaitu Menik yang sudah kenal nikmatnya hubungan seks tidak dibiarkan menderita menahan keinginan itu, tapi di rumah dia justru dapat penyaluran tersendiri dari siapa lagi kalau bukan dari ayah angkatnya sendiri. Sejak itulah Menik mulai membuat hubungan sanggama dengan Pak Hendro dengan maksud agar Menik tidak mencari di luar lagi, yang memungkinkan dia mengulang kecelakaan yang sama. Hanya saja tentunya dijaga agar tidak ada satu pun orang luar yang tahu rahasia keluarga mereka.
Memang, sejak lepas dari pengalaman pahitnya itu, Menik jadi seperti uring-uringan dan untuk mengisi kesepiannya, Pak Hendro mulai tertarik juga untuk memanfaatkan Menik. Tidak heran sebab si cantik yang meningkat semakin remaja ini kalau berpakaian sering minim, mengundang gairah lelaki, teristimewa bagi Pak Hendro yang juga sedang kesepian. Tapi sekalipun sudah akrab dengan gadis itu, Pak Hendro tidak langsung main ajak begitu saja. Dia perlu cara halus karena dia kuatir Menik masih trauma dengan pengalaman pahitnya itu. Pak Hendro mulai mengadakan pendekatan dengan membelikan hadiah-hadiah perhiasan dan mengobral pemberian uang untuk meluluhkan hati Menik.
Sampai di suatu siang, dia membuat surprise dengan mendatangi kamar Menik.
"Nik, kalok Yayah kasih hadiah buat Kamu, mau nggak..?" katanya dengan kedua tangannya ke belakang seperti menyembunyikan sesuatu."Oya..? Hadiah apa Yah..?"
"Mau tau..? Nih Liat dulu sebentar..!" kata Pak Hendro sambil menarik tangannya yang menggenggam sebuah kotak perhiasan, membuka tutupnya memamerkan isinya sebentar.
Namanya sifat perempuan, begitu melihat perhiasan emas yang berkilau-kilauan langsung bersinar cerah wajahnya.
"Buat Menik ya Yah..?" tanyanya malu-malu.
"Iya.., semua buat Kamu, abis buat siapa lagi..?"
"Waduh..! Iya Yah, Aku mau.., seneng banget Aku Yah..!"
Kontan melonjak girang Menik karena perhiasan yang akan diberikan kepadanya justru lebih banyak dari yang sudah didapat sebelumnya. Tidak salah, karena Pak Hendro sendiri saking senangnya dapat harapan manis Menik sengaja membelikan lebih banyak dengan maksud untuk lebih membujuk gadis itu.
"Tapi ntar dulu, abis ini nanti temenin Yayah tidur, sekarang ininya Yayah masukin Yayah punya ya..?" tanya Pak Hendro mulai minta kepastian Menik sambil merapat dan menjulurkan sebelah tangannya mengusap-usap selangkangan Menik.
Jelas Menik tahu maksudnya tapi dia masih ragu-ragu.
"Ngg, tapinya kalok Nik bunting lagi gimana Yah..?" tanyanya minta penegasan Pak Hendro.
"Ooo.. jelas Yayah jaga jangan sampe begitu, nanti Yayah kasih pilnya.." jawab Pak Hendro memberi kepastian.
Kali ini Menik mengangguk meyakinkan ajakan Pak Hendro karena hatinya sudah keburu terpaut dengan kilauan emas yang bakal jadi miliknya. Perempuan kalau hatinya sudah merasa dekat, apalagi ditambahi dengan hadiah-hadiah perhiasan, maka cepat saja takluk dalam rayuan.
"Kalok gitu sini, Yayah yang pakein satu persatu dan Kamu nurut aja ya..? Tapi sebentar.., coba Kamu pake dulu semua perhiasan yang Yayah pernah kasih. Soalnya ini semua satu setelan, jadi biar lengkap keliatannya."
Menik mengangguk dan bergerak mengambil perhiasan itu di lemarinya, lalu memasangnya satu persatu yaitu giwang, kalung, cincin dan gelang, sementara Pak Hendro mendekat lalu meletakkan kotak perhiasan di tempat tidur. Keempat perhiasan itu berikut yang ada di dalam kotak memang memiliki ciri seragam, yaitu diberi bandul berbentuk bola-bola berongga yang di tengahnya diisi bola kecil lagi, jadi kalau bergerak akan menimbulkan bunyi yang bergemerincing.
Menik sendiri masih heran di mana lagi perhiasan yang ada di kotak itu akan dipasangi di tubuhnya, namun begitu dia diam saja dan sesuai permintaan Pak Hendro dia menurut ketika sebuah perhiasan diambil untuk dipasangkan padanya.
"Tau nggak Nik, Yayah beli ini karena liat Kamu cantik, jadi kepengen dandanin kayak putri ratu. Memang keliatan kayak main-mainan, tapi ini emas asli lho..? Kalok nggak cocok jangan kasih siapa-siapa, simpen aja buat kenang-kenangan. Ayo sini, tempat pertama pasangnya di sini.."
Menik langsung merasa geli, karena bagian pertama yang dipasangi adalah sebuah cincin hidung model jepit ala gadis-gadis Arab.
"Nah, sekarang untuk ini Yayah minta tanda terima kasihnya.."
Belum sempat Menik mengerti, tiba-tiba dia sudah dipeluk lehernya dan bibirnya didarati bibir Pak Hendro. Agak gelagapan dia tapi cepat disambutnya ajakan berciuman ini dan meningkat sebentar saling melumat hangat. Ada beberapa saat baru Pak Hendro melepas bibirnya, Menik terlihat sempat terhanyut sebentar dalam asyiknya bergelut lidah bertukar ludah barusan.
Bagian kedua adalah sepasang kalung kaki yang dipakaikan Pak Hendro dengan meminta Menik duduk di tempat tidur. Ini juga menggelikan, karena merasa persis seperti pemain kuda lumping dan upah terima kasihnya juga lucu yaitu masing-masing betis Menik diciumi dan dijilat-jilati setelah kalung itu terpasang.
Yang ketiga, yang paling membuat Menik geli adalah ketika Pak Hendro mengambil sepasang perhiasan toket yang pemasangannya dijepit di boba susu.
"Iddihh.., kok aneh-aneh aja si Yayah nih..?" kontan cekikikan geli dia sambil menekapi kedua buah dadanya dengan tangannya.
"Ya sudah, kalok masih geli ditunda dulu. Sini Yayah ambil tanda terima kasihnya duluan nanti pasangnya belakangan."
Begitu selesai bicara Pak Hendro langsung memajukan kepalanya, mulutnya mendarat mencaplok sebelah susu Menik yang membulat montok itu.
"Sshh.." Menik mengejang tertahan sewaktu mulut Pak Hendro mengenyoti puncak susunya, mengulum dan menjilati boba yang berada di dalam mulut Pak Hendro.
Kali ini geli lain. Geli yang memberi rangsang menaikkan berahinya untuk menuju apa yang nantinya akan diminta Pak Hendro. Dan ini mulai semakin terasa karena Pak Hendro agak berkepanjangan mengisapi dan meremasi kedua bukit dadanya bergantian, sehingga geli-geli enak yang meresap menyulut bara berahinya yang juga sudah lama terpendam mulai menyala lagi. Maklum, Pak Hendro rupanya gemas bernafsu dengan kedua susu si gadis ramping tapi ukurannya bulat montok menggiurkan ini. Terbukti ketika Pak Hendro berhenti dan menarik kepalanya, terlihat tatapan mata Menik sudah sayu tanda sudah dipengaruhi tuntutan nafsunya. Tapi Pak Hendro belum selesai, dia segera memasangkan perhiasan di kedua boba susu Menik, kali ini tidak ada penolakan geli lagi.
Selepas itu kedua buah dada segar mulus yang sudah berhias anting-anting itu dikecap lagi oleh mulut Pak Hendro. Ada rangsang tersendiri baginya dengan kedua boba yang tercuat oleh jepitan penahan bandul, senang menjilat-jilat ujungnya membuat Menik bergerak-gerak kegelian, susunya berayun-ayun menimbulkan bunyi bandul bergemerincing.
"Aahaawww.. ge-yyii Paak.." Menik merengek manja namun dia senang dicandai mesra seperti ini.
"Tambah cantik kan Menik dihiasin gini, Yayah jadi makin gemes ngeliatnya.."
"Iya tapi lucu.. Aahssh Paak.. ca-kiitt..!" baru menjawab sudah disambung merintih karena boba berikut bandulnya dicaplok Pak Hendro.
Dihisap dan dijepit-jepit bandul itu dengan bibir, menarik-narik kecil menjadikan bobanya juga ikut tertarik-tarik terasa perih. Tapi perih-perih enak yang makin menambah Menik jadi makin lebih terangsang.
Sehingga ketika dari situ Pak Hendro berlanjut dengan usahanya untuk membuka celana pendek yang dikenakan Menik, si gadis mandah saja malah membantu dengan mendoyongkan tubuhnya ke belakang, mengangkat pantatnya membuat mudah celana berikut celana dalamnya dilolosi lepas. Pak Hendro meskipun dalam dirinya sudah bergelora nafsunya ingin segera menyetubuhi remaja cantik yang menggiurkan ini, tapi dia cukup pengalaman untuk bisa menekan emosinya tidak menunjukkan wajah rakusnya.
"Sekarang yang terakhir ini Yayah pasangin kalung perutnya.." katanya sambil membelitkan dan mengaitkan sekali sebuah kalung perut di pinggang Menik.
Selepas itu tiba-tiba Pak Hendro menundukkan wajahnya ke perut Menik. Dikira akan mengecup bagian perut itu untuk minta tanda terima kasih, tapi rupanya lebih ke bawah lagi. Yaitu ketika kedua tangan Pak Hendro menyusup dari bawah kedua pahanya, membuka jepitan paha itu sekaligus mengangkat membuatnya mengangkang. Dia segera tahu bahwa Pak Hendro menuju ke liang senggamanya. Menik memang sudah terbiasa memberikan kemaluannya dikerjai mulut Pak Hendro, cepat ditutupnya matanya menunggu Pak Hendro berlanjut, karena dia tahu rasa apa yang akan didapatkannya nanti.
Saat itu, begitu mulut Pak Hendro menempel dan langsung menyedoti rakus bagian menganga itu, dalam dua tiga jurus saja Menik sudah lemas tulang-tulangnya diresapi nikmat."Ahhnng.." mengerang dia oleh geli yang terasa menyengat sampai ke ubun-ubun, langsung merosot tubuhnya jadi menelentang rata punggung ke belakang karena serasa tangannya tidak kuat lagi menopang. Lewat lagi beberapa jurus dia sudah meliuk-liuk tubuhnya oleh jilatan lidah terlatih yang mengilik kelentitnya, menusuk-nusuk kaku membuatnya semakin penasaran ingin segera disetubuhi.
Pak Hendro berhenti untuk membuka bajunya dan sementara itu kedua kaki Menik yang tadi disanggahnya diletakkan telapaknya di tepi tempat tidur, tetap membuat posisi Menik mengangkang lebar.
"Enak kan kalok Yayah bikinin gini..?" tanyanya menguji sambil melepasi bajunya satu persatu.
"He-ehh.. tappinya jangan lama-lama Yahh.., nggak kuat Akku.." Menik terbata-bata menjawab jujur kelemahannya kalau liang kewanitaannya kena disosor mulut lelaki.
Selesai membuat dirinya sama bertelanjang bulat, Pak Hendro kembali meneruskan mengerjai liang senggama Menik dengan permainan mulutnya, membuat si gadis betul-betul matang terbakar oleh rangsang nafsunya. Sambil begitu Pak Hendro sendiri dalam posisi duduk berlutut mulai melepasi bajunya tanpa dilihat Menik dan mulai mempersiapkan batang kejantanannya untuk bisa menyalurkan kerinduan nafsunya sekaligus mengisi kebutuhan yang dituntut berahi nafsu Menik.
Bersambung ke bagian 03
Video nya bagus