Cerita Dewasa:
Kenangan Ebtanas 01
Pertama-tama aku mau memperkenalkan diri dulu. Namaku "Eot" (nama panggilan dari orangtua dan teman-teman). Aku sekarang berumur 24 tahun dan sudah bekerja di salah satu perusahaan konsultan swasta di Jakarta. Cerita ini merupakan kisah nyata yang benar-benar terjadi beberapa tahun yang lalu (kira-kira bulan July tahun 1989), saat itu aku baru duduk di kelas 1 SMA di SMA Negeri 'XX' di kota Bandung. Pada saat itu aku punya seorang pacar yang sudah kupacari selama kurang lebih 1 tahun 2 bulan, aku dan dia memang sudah pacaran semenjak di bangku SMP (pada saat itu aku dan dia sama-sama di SMP negeri-Bandung). Pacarku adalah adik kelasku pada saat itu.
"Poppy", ya Poppy adalah pacar pertamaku pada saat itu, Poppy merupakan anak bungsu dari 5 bersaudara, kakaknya semua cowok. Poppy tinggal pada sebuah keluarga yang serba berkecukupan, orang tuanya termasuk salah satu orang terpandang di kota Bandung saat itu. Poppy memiliki wajah yang menurutku sangat imut-imut, dengan potongan body yang relatif kecil (163 cm, 45 kg), kulit putih bagai kapas tanpa cacat sedikitpun. Ditambah dengan penampilannya yang cuek tapi rapih, tentu saja dia membuatku semakin jatuh cinta. Satu hal yang membuatku tergila-gila padanya adalah matanya yang bulat dihiasi dengan hidung kecil mancung dan bibir kecilnya yang berwarna merah muda tanpa lipstik dan selalu basah itu.
Aku dan dia berpacaran sudah cukup lama, selama berpacaran aku sangat menghargai dia, pertama karena aku sangat mencintai dia, selain itu aku pun melihat keberadaan keluarganya. Waktu berjalan tidak terasa 1 tahun lebih aku berpacaran dengannya tanpa ada masalah, bahkan aku dan keluarganya (ayah, ibu dan kakak-kakaknya) sudah benar-benar diterima seperti layaknya anak sendiri, hal ini membuatku semakin yakin akan gadis pilihanku ini. Dalam waktu yang sekian lama kegiatan pacaran kami hanya berkisar antara nonton di bioskop ataupun makan-makan di restoran, selama itu aku belum pernah mencium bibir merahnya, ataupun memeluknya walaupun pada dasarnya aku memiliki hasrat untuk melakukan hal itu, namun hasrat tersebut kalah oleh rasa cinta dan sayangku padanya, sehingga aku tidak ingin sedikitpun melukai hatinya. Paling-paling cium kening sebelum pulang apel yang selalu kulakukan padanya selama kurun waktu tersebut sebagai penghias cinta kami berdua.
Singkat cerita, pada saat aku duduk di kelas 1 SMA, dimana Poppy yang adik kelasku itu duduk di kelas 3 SMP akan menghadapi EBTANAS untuk masuk ke SMA, Aku yang sudah benar-benar dipercaya oleh keluarganya, mendapatkan perintah dari kedua orangtuanya untuk memberikan bimbingan kepada Poppy selama masa EBTANAS tersebut. Aku yang jelas-jelas sangat menyayanginya sudah barang tentu tidak akan mengecewakan dirinya apalagi kedua orang tuanya. Karena aku sudah mendapatkan mandat untuk memberikan bimbingan selama masa EBTANAS itu, maka aku pun dianjurkan untuk menginap di rumahnya selama kurang lebih 2 malam. Pada mulanya aku ragu untuk menginap di rumahnya, karena memang aku belum pernah menginap di rumah teman cewek, apalagi di rumah cewekku sendiri seperti ini. Namun berkat dorongan kedua orangtua serta kakak-kakaknya yang terus memaksa, akhirnya aku pun memberanikan diri untuk menginap selama 2 malam di rumah kekasihku.
Malam Senin (malam pertama aku menginap). Aku datang ke rumahnya (kira-kira pkl 18.30 WIB)menggunakan sepeda motorku, sesampainya di rumahnya, aku memencet bel, tak lama kemudian Poppy muncul dengan berlari-lari kecil, "Eh, Kaka, kok jam segini baru dateng sih, Poppy sudah nungguin dari tadi tau, katanya mau dari siang", ujar Poppy sambil membukakan pintu garasi rumahnya. (Oh iya aku lupa menjelaskan pada pembaca bahwa selama berpacaran Poppy selalu memanggilku dengan panggilan "Kaka"). Aku pun menuntun sepeda motorku masuk dalam garasi rumahnya.
"Ayo, Kak, buruan masuk, itu tasnya taruh saja di kamarnya Mas Dody", ujar Poppy sambil menarik lenganku menuju kamar kakaknya (Mas Dody) yang kebetulan sedang pergi ke Pangandaran bersama teman-temannya. "N'tar dulu dong Pop, aku kan belon ketemu Ibu dan Bapak, masa sih langsung main masuk kamar saja, entar disangka nggak sopan lagi", ujarku.
"Oh, iya lupa", ujar Poppy sambil tersenyum kecil dan mencubit lenganku, yang membuatku semakin gemes kepingin mencium bibir mungilnya itu. Tak sadar aku pun terbengong-bengong melihat wajah imutnya sambil pikiranku membayangkan aku sedang mencium bibir sambil berpelukan dengannya. "Eh, kok malah bengong bukannya masuk, hayo lagi mikirin siapa yaa?" ujar Poppy. Aku pun tersentak kaget dan tersadar dari lamunanku. "Eh, nggak kok, ujarku sambil buru-buru membuang pikiran kotorku, takut ketahuan lagi mikirin yang jorok-jorok.
Tak lama kemudian muncul Ibunya, "Eh, Nak Eot, kapan dateng kok nggak kedengeran", ujar ibunya sambil mempersilakan aku masuk ke dalam ruang keluarganya. "Sudah, dari tadi bu", sahutku pelan sambil berjalan menuju ke dalam. "Nanti, Nak Eot tidur saja di kamarnya Dody, kebetulan Dody sedang keluar kota jadi kamarnya kosong", ujar ibunya.
"Iya Bu", sahutku.
"Poppy, ayo ajak masnya makan malem dulu, sebelum belajar!" ujar ibunya sambil mengajak kami ke ruang makan untuk makan malam. "Kak, ayo makan dulu, nanti masuk angin lho", ajak Poppy sambil menuntun tanganku menuju ruang makan. Kami pun makan malam bersama bertiga. Ternyata ayahnya sedang dinas keluar kota sedangkan kakak-kakaknya pergi semua keluar dengan alasan malas untuk mengajarkan adiknya yang sedang menghadapi EBTANAS ini. "Untung ada Nak Eot, kalau nggak bisa gawat nih, mana kakak-kakaknya Poppy pada ngabur lagi, wah maaf ya Nak Eot, jadi merepotkan nih", ujar ibunya. "Oh, nggak apa-apa kok Bu, kan kalau Poppy NEM-nya bagus, saya juga yang senang Bu", balasku sambil melirik ke arah Poppy yang tersenyum-senyum manja. Setelah makan malam, aku dan Poppy ditinggal oleh ibunya, masuk ke dalam kamar.
Aku pun mulai mengajari Poppy di ruangan komputer, malam itu Poppy menggunakan baju kaos tipis berwarna putih, dipadu dengan rok mini corak kotak-kotak merah-hitam sehingga tampak kontras sekali di kulit pahanya yang putih bersih. Selama mengajarinya mataku kadang terpaku kepada pahanya yang putih mulus, ingin rasanya aku mengelusnya, merasakan kehangatan pahanya, namun apakah hal itu mungkin, sedangkan selama ini aku belum pernah melakukan hal tersebut. Tak terasa aku menjadi terangsang, dan kemaluanku pun menjadi tegang, namun sebelum menjadi semakin parah segera kubuang pikiran itu jauh-jauh.
Soal demi soal dikerjakan, waktu pun tidak terasa sudah menunjukkan pukul 22.30 (setengah sebelas malam).
"Kak, sudah dulu ah, istirahat dulu sebentar, Poppy kan capek", ujar Poppy sambil menggelendot manja.
"Eh, Poppy masak sih baru sebentar saja sudah capek, nanti NEM-nya jelek lho", sahutku.
"Ya, tapi kan kalau sudah capek dipaksain terus belajar juga malah nggak bagus", jawab Poppy.
"Dasar kamu pinter ngomong, ya sudah kalau gitu kukasih kamu 1 soal lagi, nanti kalau bisa ngerjain dan jawabannya benar, kamu aku kasih hadiah dan boleh istirahat", ujarku lagi.
"Asyiikk.., benar ya, tapi hadiahnya apa?" tanya Poppy padaku.
"Ya, sudah sekarang kerjain saja dulu nanti hadiahnya surprise", jawabku. Poppy pun mengerjakan soal, sementara aku bingung memikirkan hadiah apa yang bakal diberikan padanya sedangkan tadinya aku hanya iseng saja, dan benar-benar tidak memiliki sesuatu yang akan diberikan padanya. Akhirnya tidak lama kemudian Poppy pun menyelesaikan soal, kuperiksa dan ternyata jawabannya tidak ada yang salah.
"Gimana Pak Guru, apa jawabannya benar", tanya Poppy,
"Aku pun menganggukkan kepalaku sambil tersenyum padanya.
"Nah, sekarang mana janjinya, katanya mau ngasih hadiah", tanya Poppy.
"Oh iya ya, naah sekarang pejamkan dulu mata kamu baru nanti saya kasih hadiahnya", ujarku pelan. Poppy pun menurut memejamkan kedua belah matanya.
"Sudah belum", ujar Poppy mendesakku.
"Sebentar, dulu dong", jawabku. Aku pun memandangi wajah imutnya, bibir mungilnya, hidung mancungnya, semua terasa sangat indah malam itu, aku pun memang sudah berniat untuk memberanikan diri akan memberikan sesuatu yang belum pernah kuberikan padanya malam ini. Aku pun mendekatkan wajahku padanya, pelan-pelan kudekati bibir mungilnya, dengan perasaan dag-dig-dug tak menentu akhirnya kuberanikan diriku dan kedua bibir kami pun bersentuhan, bibirnya terasa sangat lembut dan hangat. Aku takut dia akan marah atau menganggapku kurang ajar. Sesaat kemudian dia membuka kedua matanya, kupandang wajahnya takut-takut, tak lama kemudian ia pun tersenyum padaku, "Ma kasih ya Kak", ujarnya sambil tersenyum manja, manis sekali. Ingin rasanya aku berteriak karena girang, ternyata bisa juga aku merasakan bibirnya walaupun hanya sekejap, batinku dalam hati. "Sudah, ya hanya segitu saja hadiahnya Kak", ujar Poppy lagi. "Ya, kalau pengen hadiah lagi juga nggak apa-apa", harapku ragu-ragu.
Tak disangka Poppy pun memelukku sambil mencium bibirku, akhirnya kami pun saling berciuman sambil berpelukkan, nafsuku semakin tinggi setelah kedua buah dadanya menyentuh dadaku, terasa kenyal dan hangat, ingin rasanya aku memegangnya. Kami terus berciuman, sementara tanganku sudah mulai berani mengelus-elus punggung, kemudian pelan-pelan turun ke arah pantat, gila benar.. pantatnya empuk benar, sudah gitu hangat lagi, tapi aku tidak berani berlama-lama di area tersebut, aku pun kembali memindahkan tanganku di punggungnya, kembali mengelus-elus punggungnya sambil lidah kami berdua saling berpagutan di dalam, benar-benar malam spesial yang sangat indah, batinku dalam hati.
"Pop, apa Ibu sudah tidur, n'tar ketauan lagi", kataku sambil melirik ke arah kamar sang Ibu, "Nggak apa-apa kok, kalau Ibu biasanya jam sepuluh sudah tidur", jawab Poppy menenangkanku. Jawaban Poppy benar-benar membuatku tenang, tapi juga membuat birahiku semakin memuncak, akhirnya kami pun kembali berciuman, aku pun memberanikan diri untuk memegang buah dadanya, mula-mula kuelus dari belakang, kemudian menjalar dari samping, terasa kenyal, ternyata bagian bawah buah dadanya sudah terpegang olehku, dia diam saja, sementara aku semakin lupa diri, dan akhirnya kuberanikan diri untuk memegang buah dadanya dari depan, ternyata dia diam saja bahkan kudengar nafasnya semakin tidak beraturan, rupanya dia terangsang juga, pikirku dalam hati. "Pop, boleh nggak tangan kakak masuk ke dalam?" tanyaku takut-takut, Poppy pun mengangguk pelan malu-malu, akhirnya kumasukkan tanganku dari bawah baju kaosnya, pertama tersentuh kulit perutnya yang halus dan hangat, membuat pikiranku melayang kemana-mana, semakin ke atas akhirnya ketemu juga gunung kembar yang selama ini hanya bisa kubayangkan tanpa bisa kupegang.
Bersambung ke bagian 02