Cerita Dewasa:
Lily Panther 13: Berbagi Ceria Dimana Saja - 4
Dari bagian 3
Kuraih kontolnya dan kubalas dengan remasan kuat, Piter semakin cepat menancapkan kontolnya, kepala anjingnya terasa makin dalam menyundul rahimku, apalagi ketika dia menekan kuat ke selangkanganku, antara sakit dan nikmat bercampur menjadi satu.
Hari mengganjal kepalaku dengan bantal lalu memasukkan kontolnya ke mulutku yang sedang terbuka mendesah dalam nikmat, dia langsung mengocok begitu kontolnya masuk ke mulutku, kembali aku mendapat dua kocokan yang bersamaan dengan posisi kebalikan.
Akhirnya pertahananku runtuh juga dikeroyok secara bersamaan, meledaklah jeritan kenikmatanku, kujepit Piter dengan pahaku erat erat dan kuremas kontol Hari, tubuhku mengejang kaku, suatu orgasme yang menjebol segala dinding dinding pertahanan dan menerbangkan semua energi yang tersisa, beruntung Piter menyusulku beberapa detik kemudian, kepala anjing itu serasa membesar di memekku, aku memejamkan mata dan menggigit bibir bawah, tak mampu lagi meneriakkan kenikmatan yang teramat nikmat.
Piter langsung mencabut kontolnya begitu denyutan berakhir, melepas kondom lalu menumpahkan isinya di perutku sambil mengusapkan kontolnya di selangkanganku. Masih tersisa satu kontol di tanganku, tanpa menunggu lagi Hari langsung mengocok mulutku dengan cepat, tubuhku yang berada di bawah kangkangan kakinya tak mampu menghindar, hanya pasrah menerima. Beberapa menit kemudian aku berhasil melaksanakan tugasku, Hari menyemprotkan spermanya memenuhi mulutku, sebagian tertelan sebagian menetes keluar dari celah celah bibirku, lalu dia menyapukannya ke wajahku dengan senyum penuh kepuasan.
Kedua laki laki itu lalu menggeletak di sampingku, napas kami masih tersengal, baru sekarang kurasakan betapa letihnya aku, entah sudah berapa jam mulai di kamar Hari tadi, sama sekali aku tak menyangka mengalami pengalaman seperti ini, ternyata kenikmatannya jauh lebih mengasyikkan. Akhirnya akupun terdidur dalam pelukan kedua laki laki ini, membawa sejuta kenikmatan dan kenangan, kubiarkan sperma yang ada di memek dan tubuhku seakan tak mau terbangun dari mimpi.
Keesokan harinya aku terbangun kesiangan, matahari sudah tinggi, sinarnya yang menerobos jendela menyilaukan pandangan mataku yang baru terbuka, kulihat Hari dan Piter masih tertidur di sampingku, kaki kanan Hari menumpang kakiku sedang tangan Piter masih memelukku, perlahan kusingkirkan dan aku beranjak ke kamar mandi.
Kehangatan air dari shower menyegarkan tubuhku, terasa segar dan mengembalikan kebugaran, mengusir semua kelelahan yang ada, kupejamkan mata relax, entah berapa lama aku berendam dalam bathtub, ketika kusadari ternyata Hari dan Piter sudah berdiri menghadapku, masih telanjang.
"Hai, kamu bikin aku kaget saja"
"Habis kamu sepertinya asik banget" kata Hari lansung menyusulku masuk ke bathtub, diikuti Piter, air bathtub meluber keluar.
"Sini aku mandiin" kata Piter yang posisinya di belakangku seraya mengambil busa dan sabun, digosoknya punggungku sambil tangannya meraba raba bagian dadaku.
Hari yang posisinya berhadapan di depanku ikutan meraba bagian yang sama, empat tangan menjamah kedua buah dadaku. Kuraih kontol Hari dan mengocoknya dalam hangatnya air, ciuman Piter dari belakang menjelajah telinga, tengkuk dan punggung, aku menggeliat geli. Hari menarikku dalam pangkuannya, sesaat kemudian kontolnya sudah berada dalam hangatnya memekku. Air beriak keras makin meluber saat aku mulai mengocoknya, kami mulai saling mendesah, Piter keluar dari bathtub dan berdiri disampingku menyodorkan kontolnya ke mulut, kusambut dengan jilatan dan kuluman yang membuat kami mendesah berbarengan. Aku sangat menikmati permainan bertiga ini, makanya kukerahkan segala kemampuanku untuk meraih kenikmatan demi kenikmatan.
Piter memegang kepalaku dan mengocoknya dengan cepat sementara pantatku juga bergoyang di atas kejantanan Hari. Tak kusangka permainan bertiga di kamar mandi di pagi hari membuatku lebih cepat melayang, dan akupun mencapai puncak kenikmatan terlebih dahulu, kali ini tak kukeluarkan kontol Piter dari mulutku, aku hanya menahannya di dalam, suatu percobaan apakah aku bisa menanganinya tanpa gigitan, dan aku berhasil melalui puncak dengan kontol di mulut.
Hari memintaku doggie, tapi sebelum dia sempat pada posisinya, Piter sudah mendahului memegang pantatku.
"Aku ingin merasakannya tanpa kondom, sebelum kamu mencemarinya, oke?" katanya sambil menyapukan kontolnya.
Aku sih terserah saja siapa yang melakukannya, tapi dengan Piter tanpa kondom uniknya, aku bisa memperkirakan berkurangnya kenikmatan apalagi setelah kontol Hari mendahuluinya. Perkiraanku benar, kontol Piter serasa meluncur begitu saja dalam memekku, jauh dari nikmat, masih lebih nikmat kocokan dua jari yang bisa berputar putar di dalam, apalagi dibandingkan dengan Hari.
Untunglah Hari membantu rangsanganku, tubuhnya berada di bawahku yang nungging menghadap dinding kamar mandi, dikulumnya buah dadaku yang menggantung berayun ayun di depannya, inilah yang membuatku mendesah desah. Hari memegangi tubuhku, kami saling berpelukan dan berciuman, sementara Piter masih asik mengocokku dengan sodokan sodokan kerasnya dari belakang, tapi apalah artinya untuk ukuran kontolnya, bahkan lebih sering terlepas karena terganjal pantatku. Mereka membalik posisiku, aku berpelukan dengan Piter dan ganti Hari mengocokku dari belakang, barulah kini kurasakan nikmatnya. Beberapa kali posisiku berbalik mondar mandir seperti itu, aku sudah tak peduli lagi siapa yang akan memenuhi memekku dengan spermanya terlebih dahulu.
Mereka menuntunku keluar dari bathtub, aku kira mereka mau melanjutkan di ranjang seperti tadi malam tapi aku keliru, justru mereka memintaku jongokok, dua kontol yang berbeda ukuran dan dalam keadaan tegang telah siap di depan mulutku, kuraih keduanya dan bergantian aku kulum penuh gairah. Piter mengisi mulutku dengan spermanya tak lama kemudian, kutelan habis tanpa ada sisa, lalu kusapukan ke wajahku, dia langsung mandi setelah itu. Giliranku membuat Hari orgasme, cukup lama mulutku mengocoknya hingga terasa pegal. Akhirnya dia menyemprotkan spermanya di wajahku, dan diusapkan ke seluruh mukaku, berakhir dengan kuluman membersihan, kujilati dan kutelan sisa sisa sperma yang masih menempel di kontolnya hingga bersih.
Inilah sarapan pertamaku di Tretes, dua macam sperma yang berbeda rasa dan aroma.
Hanya mencuci muka membersihkan wajahku, dan tanpa mandi lagi kukenakan kemeja Hari tadi malam karena setelah ini kami berencana menyusul Ivan dan Nenny ke kolam renang. Bersamaan kami keluar dari kamar Piter, ternyata terpergok Ivan dan Nenny yang sedang menuju kamarnya.
"Eh kok kalian bertiga keluar dari kamar Piter, baru bangun lagi siang siang begini dan kemana si cewek kampung itu?" Tanya Nenny.
Kami hanya diam tersenyum tanpa menjawab, tapi kulihat mata Ivan yang menatapku dengan tatapan aneh, mungkin dia menebak apa yang telah kami lakukan.
Karena aku memang tidak siap untuk berenang, maka terpaksa kupakai bikini yang semi transparan untuk berenang, toh mereka sudah tahu isi tubuhku, untuk apa ditutupi lagi, bagitu pikirku tanpa mengingat bahwa masih ada Ivan dan pacarnya. Lebih dari satu jam kami berenang dan bermain di kolam, Ivan dan pacarnya kembali ikutan bergabung dengan kami, sering kulihat tatapan nakal Ivan yang mengarah ke tubuhku, apalagi hanya mengenakan bra semi transparan yang bisa menggambarkan apa dibaliknya.
"Piter sudah cerita apa yang terjadi tadi malam, kapan kapan aku ingin mencobanya, tapi yang jelas bukan sekarang" katanya pada suatu kesempatan di pinggir kolam yang jauh dari pacarnya.
Sehabis makan siang, Hari mengajakku ke kamarnya, disusul Piter. Terjadilah adegan ulangan tadi malam, aku melayani mereka dengan penuh kenikmatan, kami lakukan tidak hanya diranjang bahkan di kursi dan di atas meja seperti santapan penutup makan siang. Hampir tanpa istirahat aku melayaninya hingga sore, kami hanya keluar kamar untuk makan malam, setelah itu melanjutkan lagi sampai keesokan paginya, terlupakan sudah keberadaan Ivan dengan pacarnya. Dengan penuh semangat kuhadapi mereka berdua, baik secara sendiri sendiri, bergantian maupun bersamaan.
Aku paling menyukai ketika mereka bersamaan mengulum putingku atau saat dimana satu mengulum puting dan satunya menjilati memek bersamaan, sensasinya sungguh luar biasa, tentu hal ini tak bisa dilakukan kalau hanya bermain dengan satu orang. Dan juga ketika kami bercinta bertiga di pinggiran kolam di tengah dinginnya malam udara Tretes beratapkan langit yang berbintang cerah, suatu moment yang tak didapat setiap saat. Aku yakin Ivan dan Nenny sudah tahu apa yang kami lakukan selama di kamar bertiga, tapi tentu saja mereka tak tahu detilnya.
Setelah menghabiskan segala nafsu selama 3 hari 2 malam, sorenya kamipun kembali meluncur ke Surabaya, mengejar flight terakhir. Piter ingin melanjutkan lagi di Surabaya tapi pekerjaannya menuntut dia berada di Jakarta esoknya. Perjalanan Tretes-Juanda terasa begitu cepat meski kecepatan kami tidak lebih dari 60 km/jam, tapi mulutku terpaksa bekerja sangat keras. Bergantian aku melakukan oral pada mereka di jok belakang New Eyes, masing masing mendapatkan satu kali orgasme dengan semua sperma keluar di mulutku. Kalau saja tidak diingatkan Hari, Piter sudah minta jatah lagi, karena mobil sudah keluar dari tol, terlalu beresiko kalau melakukan di jalanan umum meskipun kaca film-nya tidak tembus pandang.
Kami mengantar hingga di depan Pintu Keberangkatan, aku berharap tak ada orang yang memperhatikanku karena mungkin masih ada sisa sisa sperma di wajah atau rambutku. Setelah mendapat ciuman perpisahan dari aku dan Nenny dia masuk.
"Thanks atas segalanya, kita lakukan lagi lain waktu, aku akan sering ke Surabaya" bisiknya ketika aku menciumnya.
Kamipun berpisah ke mobil masing masing, Ivan dengan pacarnya entah kemana lagi, sedangkan Hari mengantarku ke tempat kost.
"Ivan ngajak kita main bertiga seperti kemarin, entah besok entah lusa, di Surabaya aja, nggak perlu jauh jauh dan nggak usah nginap, kita lakukan di jam kerja" kata Hari ketika kami meluncur di jalan.
Aku yang udah merasakan nikmatnya bermain bertiga tentu saja menyambut gembira tawaran ini, tapi tentu saja aku harus bertindak professional.
"Terserah, tapi jangan mendadak" jawabku meng-iyakan, asal nego-nya cocok, lanjutku dalam hati.
Sebelum sampai di tempat Kost, HP-ku berbunyi, dari Koh Toni.
"Aduuh susah banget dihubungi" katanya tanpa basa basi, memang selama di Tretes HP-ku sengaja kumatikan agar tidak mengganggu.
"Sorry Koh, nggak ada sinyal, ini baru sampai, belum juga mandi" jawabku bohong, Hari hanya memandangku sambil tersenyum. Dia pasti sudah tahu siapa yang menelepon.
"Ya udah langsung saja ke Shangri La, Pak Tio udah nunggu tuh, dia kemarin sama sekali nggak puas dengan cewek yang di dapat dari GM-mu itu, minta aku carikan lagi, untung kamu udah datang" kata Koh Toni mendesakku.
"Tapi aku masih capek Koh, besok aja gimana, aku janji deh" bujukku karena aku masih capek setelah 3 hari melayani Hari dan Piter, paling tidak perlu semalam istirahat.
"Ly, please tolong aku, aku nggak mau ngecewain Pak Tio dua kali, please temanin dia malam ini, ayo dong sayang" Koh Toni memelas.
Aku diam sejenak, rasa capek masih terasa.
"Oke deh, demi Koh Toni" akhirnya aku mengalah demi kepuasan tamuku dan yang pasti juga demi uang.
"Gitu dong, aku tunggu di kamar ya sekarang" katanya seraya menutup HP-nya.
"Har, jangan marah ya" kataku nggak enak sama Hari yang masih menyetir.
"Nggak dong, masa gitu aja marah" jawabnya santai, tentu saja dia nggak boleh marah meskipun ada nada cemburu pada jawabannya, toh dia tahu siapa aku.
"Turunin aku di Pom Bensin depan itu deh" pintaku.
"Nggak usah ragu, kamu mau kemana, aku antar deh sekalian pulang, asal jangan minta di antar kembali ke Airport" jawabnya enteng.
"Shangri La" jawabku, berarti memang sejalan.
Akhirnya malam itu hingga pagi aku menemani Pak Tio, berpindah dari satu ranjang ke ranjang lain, dari pelukan satu laki laki ke laki laki lain, itulah perjalanan hidupku.
*****
Pengalaman pertama melayani 2 tamu sekaligus ternyata tidaklah seseram yang kubayangkan, justru semakin membuatku ingin mencoba lagi dan lagi. Sensasi yang kudapat sungguh luar biasa, berbeda kalau melayani tamu dengan gadis lain. Kutekatkan keberanianku untuk tidak menolak permainan bertiga seperti ini.
Hingga cerita ini dibuat, permainan bertiga dengan Hari dan Ivan tidak pernah terjadi.
E N D