Cerita Dewasa:
Kisah dengan Tetangga 2: Bu Mina - 2
Dari Bagian 1
Setelah membersihkan diri, kami saling berpelukan dan aku masih menikmati sisa sisa kenikmatan tadi dalam keadaan telanjang bulat, hanya ditutup dengan selimut. Napasku mulai normal dan keringatku sudah mengering. Kepala Bu Mina masih berada di dadaku, matanya masih terpejam. Aku merenung sejenak, membayangkan apa yang baru saja terjadi.
Kupeluk dia dan kucium belakang telinganya dengan lembut. Ia menggerinjal. Kuremas dadanya dengan lembut.
"Sudahlah To, aku mau istirahat dulu sebentar. Kecuali kalau kau.."
Tanpa menunggu lagi segera kulumat bibir indahnya.
"Hmm.. Kudaku rupanya mengajak berpacu lagi..".
Kami berciuman lagi, semakin lama kembali semakin liar seiring dengan nafsu kami yang mulai bangkit lagi. Tanpa terasa selimut yang tadinya menutup tubuh kami sudah tersingkap jatuh ke lantai dan tubuh kami berdua kembali tidak tertutup apa-apa lagi.
Bibir kami saling berpagut, hangat. Kulumat bibir Bu Mina itu dengan penuh nafsu. Sekali-sekali kugigit bibirnya dan kumainkan lidahku di atas langit-langit mulutnya. Nafsu sudah menguasai kami berdua.
Kami semakin tenggelam dalam birahi. Kini leher jenjang Bu Mina menjadi sasaran berikutnya. Kuciumi dan kujilati sepuasnya. Hampir saja kugigit lehernya itu, kalau tidak diingatkan oleh Bu Mina.
"Jangan To.. Nanti kelihatan orang", bisiknya.
Kupandangi tubuh indah itu sesaat. Lidahku tahu-tahu sudah memainkan puting toket yang berwarna coklat muda dan keras itu. Pelan-pelan kaki kanannya ku angkat dan kuletakkan di atas perutku.
Dalam posisi telentang berdampingan jari kiriku memainkan bulu-bulu halus di sekitar memeknya, kemudian merambat menggesek-gesek lipatan pahanya. Pinggangnya terangkat dan bergerak-gerak tidak beraturan. Kudengar Bu Mina melenguh-lenguh tanda terangsang.
"Ahh.. Ouuhgh.. Sedaap.. Sshh.. Nikkmaatt.. Terusskan..".
Kakinya kuturunkan dan dengan penuh nafsu serangan kuteruskan. Lidahku sudah berada di lipatan pahanya, menggantikan jariku tadi. Kudekatkan hidungku ke sela pahanya. Sekilas tercium bau segar yang khas.
Akhirnya kuserang bibir memeknya yang sudah mulai basah. Kujilat-jilat sambil sesekali menjepit bagian dalam bibir memeknya itu dengan kedua bibirku. Dengan sentuhan ringan tanganku sesekali memainkan daging kecil sebesar biji kacang tanah. Rupanya seranganku membuahkan hasil. Bu Mina bergetar keras dan mulai meracau.
"Hmm.. Sshh.. Ngghh.. Akhh. Aku juga mau To, berputar.. Berputar".
Tangannya kemudian memegang kepalaku, meraih pinggang dan menangkap kakiku dan memutarnya ke arah mukanya. Kuikuti saja kemauannya.
Kami berbaring berlawanan arah. Aku tengkurap diatas tubuhnya. Selangkanganku berada di atas mulutnya dan sebaliknya sambil kami terus melakukan stimulasi di sekitar paha. Ia langsung melahap kontolku sampai habis. Diisap-isap, dikocok-kocok dan dijilati sampai puas. Gantian aku yang menggelinjang hebat.
"Mmhh.. Srup.. Srup..".
Kontolku dihisap-hisap dan dijilati sampai badanku merinding semua. Ia memberi isyarat agar berubah posisi. Kami berguling ke samping dan kini masih tetap dalam posisi kepalaku pada selangkangannya dan sebaliknya, aku sekarang yang berada di bawah.
Rupanya dengan posisi demikian ia lebih mudah menikmati kontolku. Akupun demikian, lebih leluasa untuk menjelajahi selangkangannya. Kami saling merintih dan melenguh memberikan respon terhadap rangsangan yang diterima. Bu Mina menggelinjang penuh kenikmatan ketika kujilat dan kugigit itilnya. Tetapi sebaliknya Bu Minapun semakin gencar menyerang kontolku dengan tak kalah hebatnya.
Kami tetap dalam posisi ini sampai beberapa menit.
Tiba-tiba ia menghentikan serangannya dan duduk di tepi ranjang. Ditariknya tanganku. Kupeluk dari samping dan kemudian ditariknya badanku sehingga kami jatuh ke karpet di lantai dekat ranjangku. Dipeluknya tubuhku dengan eratnya dan dengan gencar menciumiku, sampai aku kesulitan mengambil napas. Suara dari ciuman mulut kami semakin keras.
Sejenak kemudian ia menghentikan gerakannya. Aku mencoba bangkit dan berusaha mengangkatnya kembali ke ranjang. Tapi dia menggigit daun telingaku dan berkata lirih..
"Jangan To.. Tidak usah. Kita coba variasi lain.. Di bawah.. Di karpet saja".
Aku tidak jadi mengangkatnya dan kembali kurebahkan di atas karpet yang lembut dan empuk. Kutindih tubuhnya dan ia mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar. Kucoba untuk menerobos lubang guanya, meleset, kucoba lagi dan meleset. Kepala kontolku sudah masuk dan menyentuh bibir memeknya. Bu Mina merintih rintih minta agar aku segera memasukkan kontolku.
"Masukkan.. To.. Masukin sekarang!".
Rupanya dia tidak sabar lagi. Ia segera menggenggam batang kontolku dan mengarahkan ke memeknya yang merekah. Begitu seluruh kepala kontolku yang besar sudah menerobos masuk ke bibir memeknya, ia tersentak dan menekan pantatku dengan kedua tangannya.
"Dorong To.. Anto dorong kuat-kuat," desahnya.
Kudorong pantatku dengan kuat sampai semua batang kontolku amblas di dalam liang guanya. Ia berteriak agak kuat, kututup dengan tanganku. Ia menggoyangkan kepalanya ke kanan ke kiri dan melakukan gerakan-gerakan tak beraturan.
"Naikkan sedikit lebih ke atas dan turunkan lagi," desisnya.
Kuangkat pantatku sedikit naik dan tangannya kemudian memegang pinggangku untuk membantuku melakukan gerakan memompa. Gesekan kulit kontolku dengan dinding memeknya membuat aku mendesis nikmat. Kucium dadanya dan kugigit sampai merah. Ia sudah tidak peduli lagi dengan aksiku, hanya aku saja yang menjaga agar cupangku tidak sampai pada bagian tubuh di luar baju, kelihatan orang nantinya.
Kini aku sudah bisa menikmati dan melakukan gerakan memompa dengan terkendali. Toketnya kukulum sampai setengahnya dan putingnya kugigit kecil. Kepalanya tersentak menengadah sehingga lehernya yang jenjang terlihat semakin menggairahkan. Kalau mulutku di toketnya, maka tanganku mengusap pipi dan lehernya, jika mulutku ada di lehernya maka tanganku meremas toketnya. Ia mengimbangi dengan menggerakkan pinggulnya memutar sehingga kontolku terasa seperti tersedot suatu pusaran arus yang kuat.
Kutambah kecepatan permainanku karena akupun merasa sudah mendekati saat-saat terakhir menggapai puncak. Kurasakan darah mengalir deras ke kontolku. Kugoyang, kuentot dan kugoyang terus. Putaran pinggulnya juga dipercepat. Tubuh kami saling merapat. Akhirnya kusemburkan spermaku ke dalam memek Bu Mina dengan menekan pantatku kuat-kuat sampai menyentuh dinding rahimnya.
"Ouhh Bu Mina.. Oouhh!!"
"To.. Anto.. Tahan sebentar.." Kurasakan dinding rahimnya berdenyut-denyut.
"Sekarang To.. Sekarang ayo tusukkhh!!"
Aku mencapai puncak kenikmatan terlebih dulu dan dalam hitungan sepersekian detik Bu Minapun kemudian mendapatkan orgasmenya. Kulihat ia akan berteriak dan kusumbat dengan mulutku karena akupun rasanya juga akan berteriak sambil memperketat pelukanku. Kontolku terus berdenyut-denyut dan kurasakan dinding memeknyapun juga berdenyut. Kedua kakinya terangkat ke atas dan bergerak-gerak seperti mengayuh sepeda.
Semenit berikutnya kami berpagut mesra. Hingga akhirnya ia mendorong tubuhku ke samping.
"Kamu pintar sekali," katanya sambil mencubit lenganku.
Akhirnya menjelang sore kami check out dan pulang, sampai di rumah kurang lebih jam lima sore. Kami berjanji tiga hari kemudian untuk berkencan lagi di Kaliurang.
Tiga hari seperti yang dijanjikan pagi-pagi kami sudah ada dalam sebuah kamar di Kaliurang. Kupeluk Bu Mina dari belakang dan kuusap pinggangnya. Kurapatkan tubuhku ke tubuhnya sehingga kejantananku menekan belahan pantatnya. Ia mengenakan baju model kebaya warna hijau dengan kancing di depan dada sampai perut. Celana panjangnya berwarna hitam.
Sambil kupeluk kubawa ia ke jendela sambil melihat puncak Gunung Merapi dan Gunung Merbabu di kejauhan. Kucium tengkuknya dan ia menarik napas panjang..
"Hhmmh.. Anto".
Ia membalikkan badannya. Mukanya sedikit mendongak, bibirnya yang merah merekah setengah terbuka dan semakin mendekat ke bibirku. Kami berciuman dengan lembut namun penuh gairah. Ia merogoh kantung celananya dan mengambil sebutir pil, dan menyuruhku untuk meminumnya.
"To ini diminum dulu agar kita bisa bermain sampai sore".
Kuambil pil itu dan segera kutelan. Aku sebenarnya tidak terlalu percaya dengan khasiat obat kuat. Kupikir staminaku masih mampu untuk mencapai tiga atau empat puncak, bahkan sampai esok pagi rasanya masih mampu. Namun untuk menyenangkannya dan kupikir tidak ada salahnya untuk mencoba khasiat obat ini.
Kubuka kancing baju model kebayanya di depan dadanya dengan gigiku dan kemudian tanganku melanjutkan untuk membukanya. Dadanya yang terbuka berwarna putih mulus terlihat kontras dengan bra berwarna merah yang masih menutup toketnya. Kucium bahunya, kumainkan tali bra-nya. Ia memelukku dan mengusapkan pipinya di kepalaku. Mulutnya menjilati lubang telingaku dan membisikkan kata-kata penuh gairah..
"Ouhh Anto.. Hari ini akan menjadi hari panjang yang melelahkan. Kita akan menikmatinya sepenuhnya.. Ouhh!"
Kucium dan kugigit bagian dada di antara dua gundukan daging toketnya. Kulitnya memerah karena bekas gigitanku tadi. Ia tidak mencegahku untuk mencupangnya, bahkan ia memintaku untuk melakukannya lagi.
"Anto.. Berikan lagi gigitanmu. Cupang aku.. Aoouhh!"
Kubuka bajunya kemudian bajuku sendiri dengan posisi tetap berciuman dan berpelukan. Kudorong tubuhnya ke ranjang dan kutindih tubuhnya. Bibirku menyusuri bahunya melepas tali bra-nya lewat tangannya bergantian kanan kiri, kubiarkan bra-nya masih menutup dadanya karena pengait dipunggungnya belum kubuka. Kembali bahunya yang sudah terbuka kucium dan kugigit sampai memerah.
Aku bergerak memutar sehingga berada di belakangnya. Kulepas pengait bra-nya, dan kutarik dengan gigitanku. Kini dadanya terbuka polos. Dari belakangnya, tanganku meremas pantatnya dan menciumi punggungnya yang putih. Tanganku meremas buah dadanya yang kencang. Kuciumi leher dan belakang telinganya, kemudian kugesekkan pipi kananku ke pipi kirinya.
Sambil kucium punggungnya kini tanganku melepas celananya dan celana dalamnya sekaligus. Tak lama celana dan celana dalamkupun sudah melayang. Aku tetap menciuminya sambil berbaring miring di belakangnya. Kugigit punggungnya dan terus menyusuri sekujur punggungnya ke bawah. Tanganku mengusap pantatnya dan buah pantatnya kugigit pelan. Bu Mina menggelinjang.
Ia berbalik dengan posisi dadanya di depan mukaku. Putingnya yang berwarna coklat kemerahan digesekkannya di ujung hidungku dan segera kutangkap dengan bibirku. Mulutku bergerak ke bawah perutnya, ia membuka pahanya agar memudahkan aksiku. Aku hanya menggesekkan hidungku ke bibir memeknya. Aku tidak ingin merangsangnya dengan mulutku. Kepalaku bergerak ke atas dan menciumi ketiaknya yang terbuka, karena tangannya berada di atas kepala sambil meremas bantal.
Ke Bagian 3