Cerita Dewasa:
Pertama Bersama Wulan 01
Kenalkan, namaku Rahmat, Rahmat Ardiansyah, sobat-sobat dekatku biasa memanggil Ans. Tinggiku 173 cm, tapi beratku hanya 55 kg, jadi aku memang agak kurus. Di kampus, aku lumayan terkenal karena aku jago basket dan wajahku lumayan cakep hanya mirip wajah cewek, jadinnya aku sering dipanggil cowo cantik atau cowo komik. Karena wajahku ini juga, aku pernah juara coverboy dan jadi bintang iklan dua kali. Aku baru berumur 20 tahun November nanti. Asalku dari Jakarta, tapi sekarang kuliah di Bogor, masih semester 4.
Aku mau berbagi kisah pengalaman seks pertamaku waktu di SMA. Aku beruntung sekali, karena pengalam pertamaku bisa kudapatkan dari ceweku sendiri, malah pertama kalinya aku dikulumi juga sama dia. Perlu diketahui, aku ini paling senang dikulumi baik sama cewekku, Bu Irda yang jadi guru matematikaku atau pun sekedar teman saja. Jadi kalau ada di antara pembaca yang merasa jago mengulum, kontak aku yahh..
Hari pertama di SMA kulewatkan dengan rasa BT, kenapa..? Karena bayangan SMA yang asik, gaul dan banyak teman baru, langsung ketutup dengan kerasnya penataran dari senior-seniorku. Mana aku hari pertama itu salah pakai celana lagi. Katanya sih anak baru seminggu pertama tidak boleh pakai celana panjang dulu dan tetap pakai celana "monyet" gaya anak SMP, tapi aku tidak tahu. Yah.., dengan sukses aku kena marah. Tanda penataranku diambil, terus aku disuruh menghadap ketua Osis setelah pulang sekolah. Besoknya sama saja, banyak makian senior yang masuk ke telingaku, hanya pada waktu aku sedang dijadikan bulan-bulanan anak kelas dua, ada senior cewek yang langsung menengahi. Lagi turunnya keringat dingin serta bulu kuduk meremang karena masuk angin, eh karena dimarahin, tiba-tiba ada malaikat menggunakan seragam SMA yang menyelamatkanku, mana cantik lagi, selamat deh aku..
Ketika istirahat, aku menghampiri dia hanya sekedar mengucapkan rasa terima kasihku. Dengan sopan aku berusaha mengajak kenalan.
"Permisi Mbak, sendirian aja..?" sapaku basa-basi.
"Iya, lagi ngadem, panas seeh..! Kenapa emangnya..?"
"Nggak, tadi kan Mbak nolongin saya dari senior, jadi saya mo bilang makasih aja.."
"Nggak perlu.. lagi, soalnya saya nggak suka aja ngeliat mereka meloncoin adik kelasnya di penataran ini!" katanya sambil tersenyum memamerkan giginya yang bagus.
Dia cantik sekali, sayang senior.
"Eh iya, nama kamu siapa..?" tanyanya.
"Eh iya, lupa ngenalin nama sendiri, nama saya Rahmat Budiansyah, panggil aja Ans."
"Nama saya Wulan Ratnasari. II sos.. Kamu dari SMP mana Ans..?"
"Dari SMP *** (edited) Mbak.."
"Eh.., sama dong, tapi gue kok nggak pernah ngeliat elu yach..?"
"Wahh, nggak tau deh.., abis SMP *** (edited) kan gede.. Mbak.."
Kemudian kami terlibat obrolan ringan, dan ternyata dia orangnya asik sekali. Tetapi karena bel istirahat habis telah berbunyi, aku mohon diri.
"Udah gitu aja yah Mbak, makasih skali lagi.." kataku sekaligus pamit.
"Ehh, ntar dulu, masa udah saya tolongin, gitu aja seeh..?"
"Maksud Mbak..?"
"Yah.., beliin coklat kek..!"
"Loh, tadi katanya nggak perlu terima kasih.."
"Hemm.., kalo coklat sih perlu..!" katanya sambil senyum manis.
Sialan, dongkol aku dalam hati, "Iyah deh Mbak, mo nya apaan..?"
"Toblerone aja kali yah..?"
"Gile lu, baru nolong gitu aja minta coklat mahal..!"
"Yah udah, kalo ada apa-apa nggak gue tolongin lagi..!"
"Uh.. kalo gini bisa-bisa dia malah mengusahakan aku biar dimarahin senior lain nih..!" dalam hati.
"Yah, iya deh.., mo kapan coklatnya..?"
"Besok yah..?"
"Iya deh..!"
Sambil kembali ke kelas, aku menggerutu sendirian, kirain baik ternyata kadal juga. Wulan kelas II sosial, anaknya manis, tinggi 170 cm (masih setelingaku), kulitnya putih bersih, mancung, bibirnya bagus dan toketnya besar (34), rambutnya lurus dengan ujung yang agak ikal, panjangnya sebahu, jarang diikat, lebih sering digerai.
Besoknya, setelah seharian ditatar, aku pulang bersama teman baruku, tapi Wulan sudah menunggu di gerbang.
"Mana..?" katanya sambil senyum manis.
"Nih..!" kataku sambil menggerutu.
"Makasih yah, eh mo pulang bareng nggak..? Lo juga naek bis itu kan..?"
Eh, apalagi nih maunya, "Ayo deh..!" kataku.
Sambil pulang, kami berdua banyak ngobrol macam-macam, dari membicarakan alasan memilih SMA *** (edited), sampai curhat?curhatan. Ternyata dia orangnya asyik sekali. Dan ternyata coklatnya kami bagi dua, terus kami makan berdua. Iseng-iseng aku memperhatikan parasnya yang manis, bibirnya, buah dadanya yang goyang-goyang karena gerakan bis yang kami naiki, hingga pikiranku ngeres sendiri.
Ketika sampai di depan gang rumahnya, dia turun dan minta diantarkan sampai ke rumahnya.
"Eh.. Ans, anterin gue dong..!"
"Kok..?"
"Yah.., anterin aja.." sekali lagi aku menurut, senior sih.
Ketika sampai di rumahnya, ternyata rumahnya besar juga, setidaknya lebih besar dibandingkan rumahku. Rumahnya tingkat dua, pagarnya di cat hitam dengan kisi-kisi warna merah, rumahnya sendiri kelihatan mewah dengan pintu besar. Catnya putih, halamannya luas dengan tanaman bunga yang tidak kuketahui namanya. Di sebelahnya ada garasi yang ketutup, pokoknya rumahnya bagus deh.
"Ans, masuk yuk..!" ajaknya.
"Eh.. nggak deh, laen kali aja.."
"Ya, hati-hati yah..!"
Besoknya, hari bahkan lebih indah lagi, tiap ada senior yang ingin memarahi aku, dia langsung datang dan membelaku. Baru kemudian kuketahui dari teman sebangku Wulan, ternyata dia sebenarnya lagi mencoba pendekatan ke aku. Aku sih senang sekali, soalnya dia memang manis sekali dan sesuai dengan tipeku. Akhirnya, setelah dua bulan lebih kami jalan bersama, aku "nembak" Wulan, dan diterimanya.
Sabtu malamnya, aku secara resmi kencan ke rumahnya. Setelah berdandan, bedakan dan merias rambut selama setengah jam, terus kutelpon Wulan, bilang kalau aku mau datang. Kencan perdana nih ceritanya.
Jam tujuh malam aku sampai, terus Wulan menyambutku dengan senyum manisnya. Wulan mengajakku ngobrol di dalam, alasannya sih biar tidak dingin. Ternyata rumahnya lagi sepi, katanya sih karena kedua orangtuanya pergi ke pernikahan saudaranya. Terus kami berdua duduk di sofa sambil nonton pesta Indosiar. Waktu itu Wulan menggunakan baju "Tank Top" warna kuning kesukaannya dipadu celana Jeans straight warna coklat. Baju ketatnya memperlihatkan perutnya dan buah dadanya yang ketekan, apalagi BH-nya dari kain, sehingga bobanya terlihat menonjol dari balik kaosnya.
"Ans.. Lu tau aja kalo rumah gue lagi sepi.."
"Emang gue nggak tau.., emangnya kenapa sih..?"
"Enggak.., romantis aja.." kata Wulan sambil menyandarkan bahunya ke pundakku.
Aku ingat sekali wangi rambutnya, segar sekali waktu itu. Sambil mencium rambutnya yang wangi, kupeluk bahu Wulan dan kudekap dia keras-keras.
"Rambut kamu wangi deh..!"
"Eh.. ancur ntar badan gue neeh..!"
"Mana mungkin ancur, kan toket elo gede, jadi ada yang nahan.." kataku sambil tertawa.
"Ihh.. bokep.." sambil mencoba melepaskan pelukanku, "Tapi emangnya toket gue gede..?"
"Iyah, gede banget, bagus banget lagi.."
"Ihh.. kaya yang pernah liat aja." tawanya.
"Makanya, kasih liat dong..!"
"Enak aja..!" sambil tertawa dan mencubitku.
"Lan.." bisikku mesra sambil mengelus rambutnya, "Gue cinta sama elo.." sambil mencium telinga terus lehernya.
"Sshhtt.. geli ah.. Ans..!" bisiknya.
"Elo cinta nggak sama gue..?" kucium lehernya sambil sesekali menggigit lembut.
"Iyah.., shhtt.. Wulan cinta Ans.. Aaahh..!" teriaknya kecil waktu kuremas lembut buah dadanya dari luar.
Lalu mulutku pindah ke bibirnya yang seksi berwarna merah jambu itu dan mulai mencium Wulan. Untungnya Wulan merespon ciumanku dengan menghisap bibir bawahku. Setidaknya kutahu kalau Wulan tidak marah karena aku agresif duluan. Terus kumasukkan lidahku ke dalam mulutnya yang langsung dihisap Wulan.
Merasa tidak puas hanya dari luar saja, kumasukkan tanganku ke dalam kaosnya dan mulai meremas lembut buah dadanya.
"Pelan-pelan saja, yang penting Wulan menikmati.." kataku dalam hati.
Terus Wulan mulai menggelinjang waktu boba susunya kupilin-pilin dengan jariku, sesekali kucubit dan kutarik-tarik. Yang direspon Wulan dengan makin kuat menyedot lidahku sambil tangan kirinya meremas pantatku.
"Lan, Sayang.., Ans buka yah bajunya..?"
"Mo ngapain kamu Ans..?" katanya setengah kaget.
"Nggak diapa-apain, diciumin aja kok.. Yah.., boleh yah sayang..?" sambil menjilat lehernya yang putih jenjang.
Sebenarnya sih aku sudah senang sekali bisa begitu, hanya aku ingin menghisap buah dadanya juga.
"Iyah deh, tapi pelan-pelan yah..!"
Langsung kuangkat bajunya sambil terus mencium bibirnya. Setelah dia bugil pinggang ke atas, aku juga melepas kaosku sendiri.
"Lan, toket lu bagus banget..!"
"O ya..?"
"Iya.., putih, mulus, padet dan bunder lagi..!" kataku sambil memilin-milin boba susunya yang berwarna pink, "Ukuran berapa sih..?" tanyaku lagi.
"34."
"Oohh.. enak nggak Lan..?" tanyaku sambil meremas buah dadanya, tapi dia malah menarik kepalaku ke buah dadanya, maka semakin bernafsunya kuhisap toketnya.
"Ssshhtt.., Annsshh. Geli Ansshh.., truss.. oohh..!" kuciumi boba buah dadanya yang berwarna pink.
Dia mengeluh, "Ah.., Annsshh.." sambil menggelinjang.
Bobanya kuhisap sampai dia terus menyentak-nyentak.
"Uhh.. enak Anssh.."
Tanganku mulai merayap ke balik celana pendeknya. Dia membuka sedikit pahanya, wah udah basah nih CD-nya. Lalu kuhentikan hisapanku dan mulai menjilat kulit di antara kedua buah dadanya. Semakin lama jilatanku semakin turun hingga ke perutnya, lalu tanpa melepas jilatan pada perutnya yang putih, aku melepas celananya hingga Wulan bugil total.
Merasa Wulan sudah pasrah dengan apa yang akan kulakukan, kumulai melanjutkan menjilati sekitar bibir kemaluannya sambil melihat sesekali ke matanya yang menutup. Aku menjilati pangkal paha hingga ke bibir memeknya. Pantatnya bergerak-gerak menikmati jilatanku, terasa cairan yang sudah banyak mengalir hingga liangnya basah sekali dan baunya agak aneh, sedikit asam dan rasanya nggak asam.
"Akhh.., Ansshh.. ehhmm.. uusshhtt.. Iyah Ansshh di situ uuhhsshhtt.."
Lalu aku menempelkan jariku ke itilnya dan mulai menggesek-geseknya sambil sesekali kutarik. Pertama kali kusentuh itilnya, Wulan langsung seperti tersengat listrik, membuatku ingin segera menjilati lagi bibir kemaluannya. Lalu belahan kemaluannya kubuka dengan dua jari, baru kali ini kulihat memeknya secara langsung. Ternyata seperti itu kemaluan cewek yang berwarna merah muda dengan dua lubang di atas dan di bawah, yang atas buat kencing. Dekat lubang kencing ada itil yang bentuknya kecil.
"Ansshh, isepin lagi dong kayak tadi..!" katanya memelas, menyadarkanku dari lamunan karena baru sekali itu melihat kemaluan cewek.
Tanpa diminta dua kali, kuhisap lagi itilnya. Ternyata reaksinya membuatku kaget, badannya melengkung, tangannya tidak henti-hentinya menjambak rambutku sambil menekan kepalaku ke arah liangnya, sementara mulutnya mendesis-desis sambil sesekali memanggil namaku.
"Ooohh.., Annsshtt.. iyah, enak banget.. aahh.. Teruss sayang.. Ooohh.. Uuuhh.. Aowww.. Ahh.. Aduhh, Ans.. nikmat.. nikmmaatt.. Ans, lebih dalam..!"
Aku terus menjilati dan menghirup udara dari liangnya, emh.. enak juga.
Lagi enak-enaknya menghisap itilnya sambil tangan kiriku mengocok batang kejantananku sendiri (habis tidak tahan sih), tiba-tiba Wulan teriak keras dan kemaluannya jadi becek sekali sampai masuk ke mulutku cairannya. Kemudian kuketahui bahwa dia sudah sampai pada orgasmenya. Dengan tubuh basah oleh keringat, Wulan jadi kelihatan seksi sekali, apalagi tubuhnya telanjang dengan buah dada besar yang terpampang tanpa penutup. Sementara kedua kakinya mengangkang dengan cairan klimaksnya masih menetes-netes. Melihat dia yang sudah merasa puas, membuat batang kemaluanku terasa berdiri dengan kerasnya.
"Sini Ans.." katanya memanggilku, tangannya menarik tanganku, sementara bibirnya tersenyum, "Makasih Ans, tadi luar biasa banget, gue nggak pernah ngerasa kayak gitu.." senyumnya manis.
"Sama-sama Sayang, abis Ans sayang banget sama Wulan.." lalu Wulan tersenyum dan mulai mencium bibirku.
"Lan sayang.., kocokin dong punya Ans..!" sambil tersenyum dia mulai mengocok batang kejantananku yang sudah keras sekali dari luar celana.
"Punya kamu gede yah..? Wulan keluarin yah..?" sambil melepaskan celanaku.
"Silakan aja..!"
Lalu batang keperkasaanku yang sudah tegang itu dikocok dengan lembut.
Gila, pertama kali dikocokin sama cewek sendiri rasanya enak sekali, sepertinya Wulan tahu kalau aku keenakan.
Sambil tersenyum dia bilang, "Diapain Ans biar enak..?"
"Ehh.. tunggu deh..!" lalu kubenarkan posisi dudukku.
Aku membuka kakiku sambil agak rebahan ke belakang biar rileks.
"Wulan sayang, pijitin dong kantung pelirnya..!"
"Ini yah..?" tanyanya.
"Iya digituin.., aauuhh.. Wulan, enak Lan.. lebih keras dong ngeremesnya..! Cepetan dikit ngocoknya, iyah.. gitu.. uuhh..!"
Tanpa kusuruh dia menjilat kepala batang kejantananku, aku kaget campur senang.
"Iya Lan.., diisep Lan..! Ayo dong Sayang..!"
Lalu sambil tersenyum, Wulan langsung menghisap kepala kemaluanku.
"Aaahh.. Lan.. Lan please isepin yang dalem, iyah gitu..!"
Jemarinya yang lembut memegang batangku dengan hati-hati, meraba setiap lekuknya. Wulan menggunakan kedua tangannya untuk mengenali sudut demi sudut, memegangnya dengan penuh perasaan. Matanya terpejam. Dengan ibu jari kanannya, dia melakukan gerakan memutar. Lalu wajahnya semakin turun.
Bersambung ke bagian 02