Cerita Dewasa:
Kucing Dikasih Daging 02
Sambungan dari bagian 01
Kemudian kami sama-sama mengatur napas dan menghimpun kembali tenaga yang cukup terkuras. Ivone berbaring di sampingku sambil memainkan bulu dadaku. Tidak lama kemudian, dia kembali mencoba merangsangku dengan menciumi dadaku.
"Aahh.. Ivone. Kamu jadi bandel ya..? Harus tanggungjawab udah bikin aku kerangsang." kataku.
Kontolku kembali mengeras dan tidak sabar lagi ingin dimasukkan dalam liang memek penuh lendir yang terasa manis dan nikmat di mulutku ini. Maka aku memanjat tubuhnya dan melebarkan kangkangan kedua paha Ivone sambil memposisikan kontolku di depan memeknya. Kedua tangan Ivone memegang bahuku, dengan lembut kubelai pipi dan rambutnya dan kuciumi bibirnya dengan lembut. Kutekan kontolku masuk perlahan-lahan ke dalam liang memeknya. Mata Ivone terbelalak merasakan tekanan kontolku pada memeknya. Ia kembali menggigit bibirnya sementara aku terus memasukkan kontolku semakin dalam ke dalam memeknya, membuat Ivone semakin keras menggigit bibirnya.
"Ouggh Dikii.. aah.. hhkk.." erangan kenikmatan terdengar dari bibirnya.
"Slepp.." kutekan batang kontolku sedalam-dalamnya hingga pangkal kontolku menempel di bibir memeknya.
Nikmat sekali kurasakan memek teman kerjaku yang terasa sangat sempit ini.
"Ohh, Voon..!" desahku sambil mulai menarik kontolku keluar hingga setengah jalan, lalu menekannya kembali hingga masuk penuh sampai ke pangkal kontolku.
"Ohh.. ohh.. Ivoon.. aah.. ouggh.. ohh.."
Aku pun mulai memaju-mundurkan pantatku, sementara Ivone mengimbangi dengan memutar pantatnya dengan tetap menggigit bibirnya. Entah apa yang ia rasakan, mungkin sama seperti yang kurasakan saat itu adalah kenikmatan hebat melakukan perbuatan penuh birahi.
"Ohh.. ohh Sayang.. mmhh.., aku cinta kamu, Voon.." kubisikkan lembut kata-kata cinta gombal di telinganya sementara tanganku meraba-raba bobanya yang mengeras dan mengacung itu dengan lembut dan penuh perasaan tanpa menghentikan gerakan pantatku yang maju-mundur di memeknya dengan kontol besar dan kerasku yang lembut dan perlahan-lahan.
"Ohh Sayang.. ohh Ivoon.. Sayang.. Mmhh.. Sayang.. oh.., aku cinta kamu Sayang.."
Bisikan-bisikan cintaku kuselingi dengan sesekali menjilati telinga, leher dan bibirnya. Kadang turun ke buah dada dan bobanya. Kuhisap bibirnya dengan bernafsu. Hampir 10 menit kulakukan ini.
Tubuh Ivone mengikuti rangsanganku dan pantatnya terus bergerak mengikuti irama sodokan kontolku yang mulai agak kupercepat.
"Hnghh.. mmhh.. hh.. ohh.." desahan dan erangan dari celah bibirnya kembali terdengar.
Kedua tangannya yang tadi memegang bahuku mulai berpindah meraba-raba boba dadaku dan punggungku.
Saat mulutku kembali melahap bibirnya, tangannya langsung berpindah mengacak-acak rambutku sambil menekan kepalaku hingga ciuman kami benar-benar terasa ketat dan penuh birahi, dibarengi dengan gerakan lidahnya yang semakin liar merespon dan melilit lidahku yang dengan ganas menjilati isi mulutnya.
Erangan dan desahan kami semakin liar seiring dengan entotan kontolku pada memeknya yang semakin mengganas dan cepat, dimana pantat kami maju-mundur dengan cepat dan bernafsu, membuat selangkangan kami saling menghantam dengan keras dan hebat. Lidah dan bibirku menari liar menjilat dan menghisap bobanya, sementara ia menjambak rambutku, menekan kepalaku agar menancap lebih dalam di dadanya.
15 menit yang liar dan penuh birahi berlalu hingga mendadak Ivone mengejang dan kakinya menjepit keras melingkari pantatku.
"Aahh..! Aahh..! Diikii..!" ia memekik dan menjambak rambutku keras dengan bola mata berputar hingga hanya terlihat putih matanya saja, lalu "Ahk..!" kembali memekik tertahan menyertai sentakan terakhir pantatnya membuat kontolku tertancap sedalam-dalamnya pada memeknya yang meledakkan lendir orgasme panas hingga meleleh keluar dari memeknya.
Ivone ambruk lemas tidak dapat bergerak lagi dengan napas memburu, sementara kontolku masih keras berdenyut-denyut di dalam memeknya.
"Aaah, Dikii capee.." Ivone berkata lirih.
Aku masih berdiam di atas badannya dengan kontolku masih menancap dalam memeknya.
"Aku masih belum juga nih, nanggung Sayang.." kataku.
Lalu kutuntun agar ia berbalik memunggungiku sambil berlutut, dan kudorong punggungnya hingga menungging. Kutarik kedua pahanya hingga semakin mengangkang, dari belakang kulihat rekahan pantatnya yang memang padat dan besar. Lalu kumasukkan kontolku ke dalam memeknya yang memang sudah siap dimasuki itu.
"Clep.." kumasukkan kontolku ke dalam memeknya yang sudah basah dan kuremas dengan gemas pantatnya.
Pelan-pelan kumaju-mundurkan pantatku agar ia terbiasa dengan posisi ini, dan semakin lama semakin cepat. Kontolku terasa diremas-remas oleh memek Ivone yang sempit dan berlendir oleh rangsangan dia. Tidak dapat kuucapkan dengan kata-kata kenikmatan yang kurasakan pada seluruh tubuhku.
Kumaju-mundurkan pantatku dengan cepat sehingga terdengar 'keceplok' perutku menghantam pantatnya seiring dengan semakin liarnya aku menyetubuhi Ivone dari belakang. Lama-lama ia pun mengimbangi gerakanku dengan semakin bernafsu menggoyang-goyangkan dan memaju-mundurkan pantatnya.
Rupanya ia menyukai posisi yang kulakukan padanya ini, sebab ia tampak bernafsu menggoyang tubuhnya sementara kedua tangannya mencengkeram kasur dan desahan dan erangannya mulai berubah menjadi jeritan kecil, dan tidak terkendali, semakin lama semakin keras.
"Ahk.. ahkk.. aahh.. ahhkk.. Dikii.. Diikkii.."
Aku pun semakin terangsang mendengar jeritan-jeritannya ini. Maka aku pun semakin larut dalam gairah dan kenikmatan ini.
"Voon.. nikhmaat.., Sayang.. ohh.. ohh.. ohh.."
"Aahkk.. ahkk.. aahh.. Diikii.. Diikii.. terus..!"
Ia menggelinjang hebat menyertai jeritan terakhirnya itu dan aku pun semakin keras mengentotkan kontolku di memeknya sambil meremas-remas buah dadanya yang sudah sangat mengeras.
Ivone mendorong pantatnya habis-habisan sehingga kontolku menancap dalam memeknya dengan muncratan lendir orgasme hingga meleleh keluar dari memeknya. Kutekan kontolku dalam-dalam sambil kuremas buah dadanya. Kembali ia ambruk lemas hingga kontolku tercabut lepas dari memeknya. Kutindih ia dari belakang dan kuciumi punggungnya yang basah oleh keringat terus ke leher dan telinganya. Ivone diam saja membiarkanku menjilatinya sementara napasnya terdengar memburu.
Begitu napasnya terdengar mulai tenang, kutarik lagi pinggulnya sehingga Ivone kembali berlutut menungging seperti tadi, namun ia menoleh dan memohon.
"Hhh.. Dikii, Ivone nggak kuat, Diik..!"
"Aku belum keluar juga, nanggung nih..!" kataku sambil mencengkram pantatnya yang merangsang.
Ia terdiam sementara aku pun menungging di belakangnya, lalu kujilati pantatnya dan lubang anusnya.
Memeknya tidak lagi kusentuh, kini lidahku habis-habisan menyerang lubang anusnya dan membuat pantat dan lubang anusnya basah kuyup. Ivone diam saja tidak bereaksi. Lalu aku bangkit dan mengarahkan kontolku yang masih dipenuhi lendir orgasme teman sekerjaku ini pada lubang pantatnya, lalu perlahan-lahan kutekan pada lubang pantatnya. Ivone tersentak kaget dan menarik pantatnya sampai ia berbalik dalam posisi duduk di kasur. Rupanya ia baru menyadari apa yang ingin kulakukan.
"Dikii, jangan Dikk.. sakiitt.. jangan di situ..!"
Aku memeluknya dan membelai rambutnya, "Nggak Von. Diki pelan-pelan.. ya.. biar kamu merasakan sesuatu yang baru."
Kutarik pantatnya dengan lembut hingga kembali pada posisi menungging, kontolku semakin mengeras dan membesar. Tidak berlama-lama lagi, kupegang kedua pantatnya dan kumasukkan kontolku ke dalam lubang anusnya. Kepala kontolku tertahan erat di ujung lubang anusnya.
"Adduhh.. duuhh.. Diik, sakit. Duh.." erangnya.
Segera kuludahi kedua tanganku dan kuusapkan pada batang kontolku. Tidak lupa kujilati pula ujung lubang anusnya agar sedikit lebih licin, lalu kupaksakan kontolku memasuki lubang anusnya yang terasa sangat sempit dan mencengkeram itu. Perlahan-lahan kukeluar-masukkan kepala kontolku, terus hingga terasa lebih lancar. Tidak kuperdulikan pekik kesakitan dan meminta agar berhenti yang dilontarkan Ivone.
Kuremas pundaknya dan kujadikan penopang untuk menarik pantatnya ke arahku, sementara pantatku maju menyodokkan kontolku lebih dalam ke lubang anusnya. Kurasakan keringat dingin merembes di tubuh Ivone yang memang sudah basah berkeringat ini.
"Dikii, sakit.. duuh.. udah ya, Dikk.. brenti ya.. pelan-pelan Diiki.. ungh.."
Namun usahaku tidak sia-sia. Semakin lama kontolku berhasil masuk semakin dalam ke dalam lubang anusnya, dan gerakan sodokanku dapat semakin cepat. Kurasakan kenikmatan menggila yang baru kali ini kurasakan saat menyetubuhi pantat teman kerjaku yang tinggi putih dan bohay (bodi aduhay) ini.
Aku merasa seperti di surga dengan cengkeraman erat yang mengocok kejantananku dengan gila ini. Kini kemaluanku benar-benar sudah amblas ke dalam lubang anus Ivone dan kusodokkan keluar masuk dengan cepat, sementara keringat menetes dari wajah Ivone ke kasur tipis itu. Tidak lama aku mampu bertahan pada kocokan lubang anus yang mencengkeram ketat ini, kenikmatan puncak mulai meledak-ledak dalam tubuhku.
"Ohh.. ohh.. Voon.. akuu nggak kuat.., Sayang..!"
Aku menjerit keras dan, "Crat.. Crat.." berulang kali lendir mani kental dan panas meledak dalam pantat Ivone.
Ia menggigit bibir bawahnya dengan keras sementara kedua tangannya mencengkeram kasur menahan rasa yang campur aduk. Kutancapkan kontolku sedalam-dalamnya di lubang anusnya yang sempit itu, terus hingga muncratan mani terakhirku dan kontolku melemas seketika di dalam pantatnya.
Aku ambruk menindih tubuh Ivone dan kontolku pun tercabut lepas dari pantatnya. Kuciumi punggung dan lehernya yang basah. Kubalikkan dia, kupeluk erat dan kuciumi bibirnya dengan bernafsu. Ivone merespon ciumanku.
"Kamu puas Sayang..?" tanyanya sambil menatap wajahku.
Kupeluk dan kubelai-belai rambut dan tubuhnya sambil mengatur napasku yang tersengal-sengal. Kukecup bibir dan pipinya sesekali hingga akhirnya napasku pun kembali teratur.
"Hhh.. Makasih, Sayang.. Hhh.. Aku nikmatin banget.."
Ivone tersenyum dan mengecup bibirku sekali lagi.
"Mandi yuk..?" ajaknya.
"Ayuk mandiin ya..?" kataku.
Kami pun langsung berlomba menuju kamar mandi.
Setelah selesai mandi, kami pun keluar dari kamar mandi itu secara bersamaan. Sambil berpelukan, aku langsung mengambil rokok dan kunyalakan sambil menghembuskan asap dengan penuh kenikmatan, membayangkan apa yang baru saja kami lakukan. Setelah beres berpakaian, kami langsung check out. Tidak terasa jam telah menunjukkan pukul 23.10 aku mengantarkan Ivone hingga memperoleh taxi, dan sebelumnya dia menghadiahi sebuah kecupan.
"Ini cuma awal Dik.. aku ketagihan," katanya sambil melepas pelukan.
"Ya, Sayang.., met istirahat ya," kataku.
Aku langsung pulang ke rumah dengan kepuasan yang benar-benar tidak kuduga sebelumnya. Gila.. kucing diberi daging.. mana tahan..!
TAMAT
Mau gabung