Cerita Dewasa:
Seri Pembantu Rumah Tangga, Titin
Pertengahan bulan April yang lalu, kami mendapatkan seorang pembantu baru bernama Titin, seorang gadis Sunda berumur 15 tahun, berwajah bulat dan manis dan sangat kekanak-kanakan, rambut sebahu dan berkulit putih, bertubuh mungil, sangat seksi dengan kedua buah dada yang ranum untuk gadis seusianya. Ia bercerita kalau dia terdampar ke Jakarta karena melarikan diri dari rumahnya di kampung saat hendak dikawinkan oleh orang tuanya dengan seorang lelaki tua yang telah beristeri, sedangkan saat itu ia sudah menjalin hubungan serius dengan pacarnya. Oleh salah satu kenalannya dari kampung, yang empunya yayasan penyalur tenaga kerja ia ditampung sebagai tenaga kerja pembantu.
Dalam minggu pertama kehadirannya di rumah kami, Titin bekerja dengan rajin, tetapi karena umurnya yang masih muda, ia masih sangat bersifat kekanakan dan manja. Titin senang berpakaian baju kaos terusan model daster, sehingga tubuhnya yang mungil dan padat tercetak dengan jelas pada pakaiannya itu. Aku sangat bernafsu sekali melihat Titin dalam keadaan seperti itu, terutama bila ia mencuci pakaian, dan kaos yang dipakainya tersiram air sehingga basah. Kontolku langsung menegang dengan keras, ingin rasanya langsung memeluk dan meremas-remas tubuhnya yang bagus itu. Sesekali aku dengan halus berusaha menyenggol pinggulnya atau toketnya bila berpapasan seakan-akan tidak sengaja, Titin biasanya diam dan senyum-senyum saja. Aku terus berusaha mencari akal untuk bagaimana caranya bisa menikmati dan menggeluti tubuh Titin yang ranum itu. Sampai satu hari, aku menemukan persediaan obat-obatan di lemari dan di situ terdapat sejumlah obat tidur.
Aku melirik ke arah jam dinding, sudah tengah malam. Aku melirik lagi ke arah istriku, yang terbaring dengan nyenyak di sisiku. Ia telah tertidur sekitar setengah jam yang lalu, dan aku memang menunggu saat ini untuk meyakinkan bahwa tidurnya benar-benar nyenyak.
Saat aku telah yakin benar bahwa isteriku telah tidur nyenyak, karena aku tahu persis kalau ia sudah tidur, akan sangat susah sekali untuk membangunkannya, apalagi ditambah minum susu kocok yang dibubuhi obat tidur. Aku cepat-cepat bangun dari tempat tidur dan langsung berjalan ke arah kamar mandi. Aku mengambil sehelai handuk kecil serta membasahinya dengan air hangat serta kemudian keluar dari situ dengan tidak lupa mengambil handuk, tidak lupa sayapun membuka semua pakaianku sehingga aku telanjang bulat.
Aku berjalan langsung ke kamar Titin, tempat di mana ia tidur dan saat ini ia tidur dengan pulas sekali, aku tahu demikian karena iapun meminum segelas susu kocok bercampur obat tidur sebagaimana isteriku. Pelan-pelan aku membuka pintu kamarnya dan setelah mataku terbiasa dengan cahaya kamar Titin, aku dapat melihat badannya yang terbaring di dipan. Titin tidur tanpa mengenakan pakaiannya, mungkin karena kamar yang agak panas, ia hanya mengenakan celana dalamnya saja. Toketnya yang montok tampak menyembul dengan indahnya, dengan boba yang mencuat kecil kemerah-merahan. Rambutnya tergerai dan dibalik celana dalamnya yang tipis terbayang rambut-rambut memeknya yang tipis. Aku berdiri memperhatikannya, bibirnya yang manis mengeluarkan napas dalam tidurnya yang nyenyak. Benar-benar gadis 15 tahun yang menggairahkan. Aku menaruh handuk kecil dan handuk besar di kaki tempat tidur, kemudian aku menyentuh pipinya, Titin tidak bereaksi sedikitpun terhadap sentuhan itu, aku mengulum bibirnya serta meremas dengan pelan kedua buah toketnya bergantian. Ooh, kulitnya halus sekali, sungguh nikmat meremas toket Titin ini. Aku mengangkat badannya dan mendekatkan kepada pinggiran tempat tidur, sehingga kakinya tergantung pada pinggir tempat tidur tersebut. Celana dalamnya kulepaskan perlahan.
Titin bergerak untuk berbalik, tetapi aku menahannya pada pinggulnya yang bulat. Kemudian aku membuka kedua belah pahanya yang mulus dan mencium memeknya yang kecil, ooh.., nikmat sekali. Sesekali kusapukan lidahku pada clitorisnya, kemudian clitorisnya kukulum-kulum dengan bibir dan memainkan lidahku untuk menjilat-jilatnya, pinggul Titin bergelinjang dan kakinya secara refleks menjepit kepalaku. Pelan-pelan aku mengangkat kedua belah kakinya sehingga kedua kaki Titin terlipat dan kedua lututnya menempel pada toketnya yang ranum dan kedua telapaknya bertumpu pada pantatnya yang bulat. Dengan perlahan aku mulai menindih Titin dan menahan agar ia jangan bergerak sehingga posisinya berubah. Kontolku yang sudah sangat tegang langsung kuarahkan ke memek kecilnya yang sudah menanti. Benar-benar gerakan yang susah sekali mengingat Titin tetap tertidur dan tidak memberikan gerakan bantuan kepadaku.
Aku menekan ujung kontol yang sudah benar-benar keras ke arah kedua belah bibir memek Titin dan menggosok-gosokan terus berulang-ulang sehingga cairan mulai membasahi memeknya. Aku mengisap-isap toketnya yang ranum dan tetap menggosok-gosokan ujung kontolku ke memeknya untuk mempersiapkan memek Titin menyambut kontolku yang besar ini. Aku menekan kontolku pelan-pelan sehingga sepertiga dari kontolku mulai amblas ke dalam memek Titin yang sempit. Aku berhenti sebentar untuk merasakan kehangatan, licinnya cairan dan cengkeraman liang memek Titin pada kontolku nikmat sekali. Aku menekan terus ke dalam liang memeknya.., aduuh.., hangatnya.., nikmat.
Setelah kontolku masuk setengahnya ke dalam memek Titin, baru kusadari bahwa memek Titin ini sangat sempit sekali. sungguh ketat otot-otot memeknya mencengkeram kontolku, aku menekan lagi dengan keras sampai kontolku terbenam seluruhnya ke dalam liang memek Titin sambil menahan nikmat yang dihasilkan oleh memeknya yang mulai berdenyut-denyut meremas kontolku. Aku benar-benar tidak dapat menahan kenikmatan yang begitu nikmat akibat denyutan dan remasan memek Titin ini, aku langsung menarik kontolku dengan cepat sehingga tinggal kepala kontolku saja di dalam memeknya kemudian secara cepat dan keras kubenamkan lagi, begitu berulang-ulang secara perlahan-lahan, aku merasakan bahwa otot-otot memek Titin mengejang dan memberi cengkreaman yang keras kepada kontolku yang besar. Setelah beberapa saat aku diam untuk menikmati kenikmatan memek ini, aku mulai lagi untuk menarik dan mengentot masuk kontolku, kuulangi lagi gerakan ini berulang-ulang, masuk.., keluar.., tarik.., tekan.., tarik.., tekan dalam-dalam. Aku benar-benar bernafsu sekali kepada Titin, apalagi saat aku menekan dan menarik, kedua toketnya berayun-ayun bagai mengikuti irama gerakanku.
Aku merasa bahwa aku sudah mau sampai puncak orgasme, biarpun aku mau keadaan ini tetap berlangsung terus, tetapi aku harus cepat-cepat mengakhiri ini kalau tidak mau tertangkap basah, biarpun Titin dan isteriku sudah terkena pengaruh obat tidur. Bahaya ketahuan tetaplah bahaya yang besar bagiku.
Akhirnya, aku merangkul badannya yang mungil melewati kedua belah kakinya yang terlipat, aku pertemukan kedua tanganku di belakang punggung Titin dan memeluknya erat sekali ke badanku, kemudian aku memutar pinggulku sambil tetap menekan ke arah memeknya sehingga aku bisa menanamkan kontolku sedalam-dalamnya di liang memek Titin sampai kontolku terasa menyentuh liang peranakannya. Aku benar-benar tidak pernah merasakan hal seperti ini, mungkin hal ini terjadi karena perbedaan ukuran tubuh dan kontolku yang besar dibanding tubuh Titin yang begitu mungil. Aku menekan terus, kemudian menarik kontolku lagi dan menekan lagi dengan keras dan cepat, sehingga terasa tubuhnya bagaikan orang yang menggigil dan cengkeraman memeknya terasa semakin memuntir batang kontolku, benar-benar nikmat dan nikmat sekali, Tanpa terasa aku menggigit toketnya yang kanan dengan gigiku. Saat aku menekan batang kontolku dalam-dalam ke liang memeknya, sampailah aku kepuncak kenikmatan ngentot, kontolku mengeluarkan cairan mani yang menyemprot masuk ke dalam liang memek Titin dalam-dalam. Aku tetap menekan terus dan tidak melepaskan batang kontolku dari dalam memeknya sampai aku tidak merasakan lagi denyutan-denyutan yang mencengkram. Begitu aku mencabut batang kontolku, aku langsung menggosok-gosokan ke bibir memeknya yang kecil itu sebelum aku mengambil handuk basah untuk mengelapnya.
Aku langsung membersihkan badan Titin dengan handuk lembab untuk menghapus segala tanda-tanda persetubuhan yang terjadi dan memakaikan celana dalamnya lagi serta mengatur tubuhnya dengan rapi di tempat tidur. Tanpa membersihkan diri lagi langsung saja aku menaruh handuk-handuk tersebut ke tempat cucian dan kemudian kembali ke kamarku.
Esok pagi, aku bangun agak terlambat, isteriku sudah pergi ke kantor duluan, saat aku ke belakang menuju kamar mandi, tampak Titin sedang duduk termanggu-manggu melamun di atas sebuah bangku kecil di tempat cucian.
"Ada apa, Tin.., kok pagi-pagi ngelamun siih", sapaku.
"Aakh.., nggak.., anu Pak..", jawabnya.
"Anu.., apanya", kataku lagi.
"Itu.., tadi malem Titin mimpi.., kok.., aneeh bener", jawabnya senyum-senyum.
Waktu melewati Titin, aku menengok ke arah belahan toketnya yang terlihat dari sela-sela daster kaosnya, tampak sekilas di atas toketnya yang sebelah kanan bekas gigitan yang memerah.., Waahh.
TAMAT
Good
Bagus