Cerita Dewasa:
Cindy: Second Story 01
Namaku Cindy, 2x tahun. Aku akan menceritakan kisahku waktu aku masih di kelas 2 SMA di Surabaya. Aku sekolah di SMA swasta Katolik terkenal di pusat kota. Aku termasuk anak yang pandai di kelas namun tidak kuper. Aku memiliki banyak teman laki maupun perempuan. Aku punya teman baik namanya Andi. Andi adalah sahabat baikku sejak kecil. Kebetulan rumah kami berdekatan. (lihat Cindy: First Story)
Dari kecil kami selalu main bersama, sekolah di sekolah yang sama dan kadang kala beli baju yang sama pula. Orangtuaku dan orangtuanya sudah kenal baik sejak pindah di komplek perumahanku sekitar tahun 80-an. Sebenarnya aku ada sedikit perasaan sih sama Andi. Tapi kok rasanya dia hanya menganggapku saudara. Jadi kusimpan baik-baik saja perasaanku.
Aku punya pengalaman unik dengan Andi, mengenai orgasme, namun tidak sampai kehilangan keperawananku. Suka atau tidak ternyata itu membuatku ketagihan. Aku selalu menginginkan orgasme. Kadang aku mencoba masturbasi, namun tidak pernah berhasil. Aku tidak dapat masturbasi. Aku butuh bantuan lelaki untuk memuaskanku. Biasanya kalau aku sedang ingin, aku selalu menelpon Andi dan minta dia segera datang ke rumahku. Andi selalu memuaskanku.
Kadang kami melakukan di kamar mandi, kadang di kamarku. Kalau lagi iseng kami melakukan di dapur atau di taman belakang. Hari Selasa, Rabu dan Jum'at, Mamaku selalu pergi untuk melakukan kegiatannya. Pulangnya baru sore hari. Kalau Papaku ngantor dari pagi sampai sore. Sedang kakak perempuanku kuliah di luar negeri. Pada ketiga hari itu aku selalu memanggil Andi ke rumah. Kadang semua pembantuku kuberi uang dan kusuruh jalan-jalan ke supermarket. Dan kami berdua akan telanjang bulat di rumah. Pokoknya seperti pengantin baru.
Tapi itu hanya pada awalnya. Kemudian Andi mulai terganggu dan membatasi diri untuk tidak melakukan lagi bersamaku. Alasannya terlalu berbahaya dan perasaan bersalah. Takut kalau kami terjerumus dan kehilangan keperawananku. Andi menyarankan agar aku mulai mengurangi frekuensi petting dan kalau bisa berhenti total. Aku jadi bingung sama Andi. Dia yang mengajariku orgasme, sekarang malah tidak mau bertanggung jawab. Aku jadi kesal dengannya. Aku tidak tahu apakah libidoku yang terlalu besar atau dia yang kelewat sering onani hingga dapat menahan nafsu.
Andi benar-benar berniat berhenti. Dia mulai mengajakku rutin fitness dan kumpul-kumpul bersama teman-teman. Memang kuakui, sejak aku punya jadwal petting sama Andi, aku jadi jarang fitness dan kumpul bareng teman-teman sepermaianan. Aku jadi sibuk berdua dengan Andi.
Dengan aktif kembali ke kegiatanku semula, aku dapat menahan nafsuku. Seharian di fitness center membuat badanku lelah dan tidak berpikiran untuk orgasme. Apalagi teman-teman mulai menyiapkan pesta lagi menyambut paskah. Aku ikut sibuk membantu 'panitia' persiapan sehingga jarang berduaan dengan Andi.
Namun dengan berkurangnya frekuensi orgasmeku, aku jadi punya kebiasaan aneh. Aku sendiri sering heran dengan diriku sendiri. Aku merasa puas dan senang kalau ada teman pria yang melihatku dengan pandangan kagum dan berhasrat. Maka aku sering menggunakan pakaian yang seksi. Kadang aku menggunakan pakaian berleher rendah, sehingga kalau aku menunduk, orang di depanku dapat melihat BH dan bagian depan tubuhku. Aku paling sering melakukan itu pada David. Karena David orangnya sangat lugu dan tidak berani pada wanita. Wajahnya selalu merah kalau aku, Rosa dan Dewi menggodanya habis-habisan.
Kadang aku menggunakan rok mini dan kaos ketat, sehingga teman-temanku mencuri-curi pandang padaku. Tapi aku memamerkan tubuhku hanya pada teman-temanku saja. Aku tidak pernah menggunakan pakaian seperti itu di tempat umum. Paling kalau kami kumpul-kumpul ke rumah teman.
Hal yang paling mengasyikkan dan mendebarkan yaitu kalau aku tidak mengenakan celana dalam di balik rokku. Aku beberapa kali melakukan di sekolah dan waktu kumpul-kumpul di rumah teman.
Suatu hari aku merasa libidoku meningkat. Aku bingung bagaimana memuaskan diri. Jam menunjukkan pukul 11.45. Di sekolahku, seluruh anak kelas 2 masuk siang. Jadi tidak mungkin untuk menelpon Andi. Kemudian timbul ide untuk tidak menggunakan celana dalam. Segera kulepas celana dalamku dan kumasukkan ke dalam tas. Aku merasa tegang waktu melakukannya. Aku berpikir betapa asyiknya berada di tengah orang-orang tanpa menggunakan celana dalam namun mereka tidak menyadarinya. Aku tertawa dalam hati.
Aku segera berpamitan dengan Mamaku dan menuju ke depan garasi. Supirku sudah menunggu di balik kemudi. Aku duduk tepat di belakang bangkunya.
"Siang non." sapanya.
Aku membalasnya dan kami berbincang-bincang singkat. Dalam hatiku aku bertanya-tanya, apakah supirku tahu kalau aku tidak pakai celana dalam. Di perjalanan aku mulai menyingkap rokku pelan-pelan. Dengan tegang kulihat arah kaca spion. Kulihat arahnya tepat ke kaca belakang. Berarti ok.
Aku melebarkan kakiku. Kulihat reaksinya. Di diam saja. Kusingkap rokku sampai ke atas. Kemaluanku menyembul dari balik rokku. Cepat-cepat kututup rokku dengan tegang. Aku melihat belakang kepala supirku dengan cermat. Apakah dia kelihatan ya? Tapi setelah menunggu sekian detik ternyata tidak ada respon. Aku mengulanginya lagi. Kali ini langsung kugulung ke atas. Wajahku kubuat setenang mungkin. Kemaluanku terpampang jelas. Aku mulai menikmatinya.
Aku melihat ke samping kiri kanan mobil, ke arah kendaraan lain yang lewat. Aku tidak perlu khawatir karena kaca mobilku dilapisi kaca film yang tidak dapat kelihatan dari luar.
Aku seakan-akan berkata kepada orang-orang di luar, "Inilah pameran memek paling vulgar abad ini."
Hihihi. Aku geli sendiri membayangkan kegilaanku.
Aku mulai mengajak ngobrol supirku. Aku bertanya tentang anaknya yang mulai masuk sekolah. Aku membayangkan bagaimana kalau dia tahu ada seorang gadis memamerkan kemaluannya tepat di belakangnya. Aku jadi semakin terangsang. Kemaluanku berdenyut-denyut. Apalagi AC mobil yang dingin semakin menambah gairahku. Kuelus-elus perlahan rambut kemaluanku. Geli sekali. Aku menahan kegelianku agar raut wajahku tidak terlihat dari kaca spion.
Tidak terasa sudah mendekati sekolah. Terpaksa kuhentikan 'kegiatanku' dan kurapikan rokku. Setelah mengucapkan terima kasih pada supirku, aku turun dan menuju gerbang sekolahku. Kudekap map tempat tugasku di dadaku. Perasaan tegang dan gairah yang menggebu-gebu semakin menjadi-jadi. Tidak pernah terbayangkan kalau aku, Cindy, cewek yang selalu tampil anggun dan modis ini, berani tidak menggunakan celana dalam di sekolah.
Aku melewati tatapan mata serombongan anak kelas 3 yang sedang menunggu jam praktikum. Aku termasuk cewek yang ngetop di angkatanku, jadi sebenarnya hal itu biasa terjadi. Tapi karena aku sedang dalam keadaan tegang, tatapan mereka serasa menelanjangiku. Aku merasa seperti mereka memandangi daerah kemaluanku. Aku jadi penasaran apakah kelihatan kalau aku tidak bercelana dalam? Apakah belahan pantatku tercetak di rokku? Aku segera mempercepat langkahku. Dan berpikir untuk menghentikan ini semua.
Di kelas perasaanku jadi lebih enak. Aku membatalkan niatku untuk memakai celana dalamku. Kali ini aku mengajak Dewi duduk di bangku paling depan pojok. Aku duduk merapat di dinding kelas. Rosa sahabat baikku yang sedang bercanda dengan Samuel heran melihatku duduk di bangku yang tidak biasanya.
Dia menghampiriku dan menanyaiku. Aku hanya bilang kalau aku lagi suntuk dan mau melamun saja di kelas. Kalau duduk di belakang sering jadi incaran guru-guru dengan pertanyaan. Rossa mengangguk angguk dan mengajak Renny duduk di belakangku dan Dewi. Kali ini aku lebih memilih duduk dengan Dewi karena Dewi lebih tenang dan memperhatikan pelajaran dengan serius. Kalau duduk dengan Rossa yang sering mengajak ngobrol bisa barabe.
Ketika bel tanda pelajaran berbunyi dan guru masuk, perasaan gairahku kembali mengganggu. Aku mulai membuka-buka kedua kakiku. Kemudian doa mulai. Doa dipimpin dari kantor guru dan disalurkan lewat pengeras suara di masing-masing kelas. Anak-anak yang lain menundukkan kepala. Entah berdoa sungguh atau tidur sejenak. Aku segera menundukkan kepalaku dalam-dalam. Tangan kiriku kumasukkan ke rokku dan kupermainkan kemaluanku. Aku merasa asyik dan nikmat.
"Aaahh.." aku mendesah perlahan.
Jari tengahku kuusapkan ke itilku. Sebab inilah titik paling nikmat dari seluruh kemaluanku. Aku memainkan itilku pelan-pelan. Memutar dan naik turun.
Tidak terasa waktu doa yang dipimpin guru fisikaku selesai. Aku segera menghentikan perbuatanku. Kulihat guru sejarahku mulai pelajaran pertama. Dia berjalan di depan kelas mondar mandir sambil mencoret-coret di papan tulis. Tiap kali dia menulis di depanku aku membuka kakiku lebar-lebar. Kalau dia membalikkan badannya aku menutup kakiku lagi. Aku merasakan diriku benar-benar berani melakukan perbuatan ini. Aku jadi semakin panas dan menggelora. Tiap kali aku hampir terlambat merapatkan kaki kalau guruku membalikkan badan membuat hatiku berdebar-debar aneh.
Saat istirahat, aku berkumpul bersama teman-teman di kantin soto kebanggaan sekolahku yang terkenal. Kami berkumpul dan 'ngrumpi' bersama. Aku berdebar-debar memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kalau mereka tahu aku tidak pakai celana dalam. Kadang aku melebarkan sedikit kakiku di hadapan teman-teman lakiku. Namun mereka tidak mungkin melihat karena kami duduk berdekatan. Sekali waktu secara perlahan aku menekan dan menggeser-geserkan kemaluanku di bangku warung. Asyiik sekali. Sensasi ini membawa diriku serasa di awang-awang.
Saat pulang sekolah, aku merayu-rayu Andi untuk mengantarkan aku pulang. Soalnya aku ingin ke Mc. D. Andi menyetujuinya. Pelajaran terakhir Andi adalah olahraga. Kupikir betapa tidak enaknya olahraga malam-malam. Setelah Andi selesai ganti pakaian, dia menyuruhku menunggu sebentar. Dia mau ke ruang PMR dulu menemui anggotanya untuk memberikan lembaran jadwal kegiatan minggu depan. Andi adalah ketua PMR periode tahun ini.
Bersambung ke bagian 02