Cerita Dewasa:
Kopi Ginseng - 5
Dari bagian 4
Aku pun tak kalah gesitnya, kuambil botol sabun dari tangannya dan kubalur tubuh Mbak Wulan dengan sabun cair. Tubuhnya menggerinjal saat tubuhnya yang licin kugosok dengan kedua tanganku. Kedua toketnya menjadi sasaran pertama tanganku. Aku sudah terlupa akan tekadku untuk menghentikan permainan ini. Yang aku tahu aku harus menuntaskan permainan ini sepuas-puasnya. Urusan lain biar dipikir belakangan!!
"Shh.. Ohh.. Ter.. Russhh" desis Mbak Wulan saat tanganku bergerilya di daerah selangkangannya.
Rambutnya yang lebat memenuhi bukit kemaluannya kugosok seperti layaknya sedang cream-bath. Kuremas dan kupijat gundukan bukit kemaluan Mbak Wulan hingga ia semakin liar menggerinjal dan semakin liar pula tangannya mengurut batang kontolku yang sudah sangat keras.
"Sekk.. Aranghh.. Ohh.." desisnya berusaha menghentikan tanganku. Aku pun mengikuti kemauannya. Kuhentikan aksiku meng-creambath rambut kemaluannya dan kubilas seluruh tubuhnya dengan kucuran air shower.
Aku diseretnya ke tempat tidurnya lagi setelah mengeringkan tubuh dengan handuk yang tersedia di kamar mandi, dengan menarik batang kontolku. Seperti kerbau ditarik kontolnya aku mengikuti langkahnya. Mbak Wulan langsung memelukku begitu kami duduk di tempat tidurnya. Bibirnya menyergap bibirku dan lidahnya dijulurkannya menyelusup ke dalam mulutku. Kubalas tindakannya tadi yang menyedot lidahku dengan menyedot lidahnya yang terjulur.
"Uggh.. Ugh.." ia gelagapan, apa lagi tanganku secera refleks langsung mengarah ke bukit toketnya dan bermain-main di sana dengan meremas dan memilin kedua bobanya secara bergantian. Tangan Mbak Lisa yang masih memegang batang kontolku turut meremas apa yang dipegangnya. Ia meremas dan mengocok dengan lembut.
"Shh.. Ter.. Rushh.. Ohh.. Saa.. Rang.. Hhee.." desahnya terputus-putus menerima rangsanganku Saat tanganku yang sudah puas bermain di dadanya langsung meluncur ke bukit kemaluannya yang sudah mulai basah. Kumasukkan jariku ke dalam celah sempit di belahan bukit kemaluannya yang licin dan kokorek-korek liang yang sudah sangat licin itu. Tubuhnya mulai gemetar menahan desakan nafsu yang semakin menggelegak.
Sejurus kemudian kulepas tanganku dari jepitan celah bukit kemaluannya dan kuminta Mbak Wulan untuk merangkak di atas kasur. Segera ia memposisikan diri seperti layaknya anjing yang siap kawin. Pantatnya sedikit menungging ke atas memperlihatkan gundukan bukit di selangkangannya yang terbelah seperti yoyo. Tanpa membuang waktu kudekatkan wajahku ke depan belahan itu dan kutekankan wajahku ke selangkangannya yang terbuka. Kujulurkan lidahku ke celah sempit di belahan bukit kemaluannya yang tembam. Cairan yang agak asin terasa di lidahku. Aku tak peduli rasa dan baunya.. Biar baunya seperti comberan namun rasanya nikmat seperti durian!!
Tubuh Mbak Wulan yang menungging semakin indah menggerinjal saat lidahku mengais-ngais di dalam liang sempit di celah bukit kemaluannya. Pantatnya semakin dinaikkan berusaha menekankan bukit kemaluannya ke wajahku. Aku semakin bersemangat mengorek dan mengais liang itu. Kedua tanganku membekap buah pantatnya agar tidak terlalu liar bergerak.
"Hhaahh.. Shh.. Ohh.. Ter.. Russhh.. Oohh.." dengan diiringi jeritan histeris tubuhnya tersentak-sentak menahan sesuatu yang meledak-ledak. Ia terus meronta selama beberapa detik lalu tubuhnya terdiam. Ia berusaha mengatur napasnya setelah pendakian yang melelahkan itu.
Aku tidak memberinya kesempatan. Aku segera naik ke tempat tidur dan dengan posisi berlutut menempatkan diriku di belakang pantatnya yang masih menungging. Kuarahkan batang kontolku ke belahan di bukit kemaluannya yang sudah dibasahi cairan pelicin. Dengan pelan kudorong pantatku ke depan hingga ujung kepala kontolku menerobos celah sempit di tengah bukit kemaluannya. Aku segera dapat merasakan betapa batang kontolku terjepit daging hangat dan licin.
Sedikit demi sedikit batang kemaluanku menyeruak ke dalam. Setiap satu inci masuk kutarik lagi sedikit lalu kodorong lagi lebih maju! Inilah yang namanya mundur selangkah untuk maju dua langkah.. Seperti kata peribahasa. Hal itu terus kulakukan berulang ulang hingga ujung kepala kontolku seperti menumbuk daging lembut di dalam sana.
"Hkk.. Hh" aku dan Mbak Wulan menahan napas hampir bersamaan. Kudiamkan sejenak batang kontolku yang sudah terbenam seluruhnya ke dalam celah sempit di belahan bukit kemaluannya.
Seperti di aba-aba, aku dan Mbak Wulan bergerak mengayunkan pantat secara bersama-sama. Bedanya arahku maju mundur Mbak Wulan arahnya memutar!! Berbeda tapi satu tujuan.. Kenikmatan!! Alangkah harmonisnya!! Tanganku yang mencengkeram buah pantat Mbak Wulan selalu menarik kuat-kuat menekan ke arahku saat aku mengayunkan pantatku ke depan. Hingga ujung kepala kontolku menghantam mulut rahimnya agak keras. Setiap kali itu pula kudengar Mbak Wulan menjerit "Owghh.. Owghh.. Owghh!!"
Merasa capai dengan posisi demikian, Mbak Wulan memintaku berganti posisi. Ia meminta untuk memegang kendali permainan dengan bermain di atas. Aku segera menggulingkan tubuhku dan telentang di kasur. Sejenak kemudian Mbak Wulan naik ke atas perutku dan membuka pahanya lebar-lebar. Dipegangnya batang kontolku dan diarahkan ke celah sempit di tengah bukit kemaluannya. Kemudian perlahan lahan pantatnya diturunkan.. Bless..!! Batang kontolku langsung tertelan celah bukit kemaluannya hingga amblas sampai pangkalnya.
"Owghh.." aku dan Mbak Wulan tanpa aba-aba melenguh secara bersamaan. Batang kontolku serasa diremas dan dipilin sangat nikmat oleh gerakan memutar pantat Mbak Wulan yang berjongkok di atas perutku.
Mbak Wulan terus bergerak semakin liar. Toketnya berayun-ayun indah saat ia bergerak memutar. Tanganku segera meraihnya dan meremas serta memilin kedua bobanya. Kulihat mata Mbak Wulan terpejam dan mulai menggigit bibirnya sendiri. Gerakannya semakin liar dan tubuhnya terhentak-hentak..
"Akhh.. Ak.. ku.. kell.. luarhh.. Ohh.. ter.. russhh.." ia menggeliat-geliat selama beberapa detik lalu akhirnya ambruk di atas perutku.
Napasnya terdengar tersengal-sengal seolah-olah habis berlari jauh. Denyut jantungnya terasa berdetak kencang menempel dadaku. Kubiarkan ia mengatur napasnya sebelum aku mengambil giliranku. Setelah ia cukup istirahat segera saja kuangkat pantatnya dan kuganjal dengan dua bantal. Dengan posisi telantang dan terganjal bantal, bukit kemaluannya jadi semakin membusung indah. Kupentang pahanya lebar-lebar dan kuposisikan tubuhku di antara kedua bentangan pahanya. Kucucukkan batang kontolku ke dalam celah merah di sela bukit kemaluannya yang berdenyut-denyut kembang kempis. Kodorong pelan-pelang hingga seluruh batang kontolku masuk sampai ke pangkalnya. Kudiamkan sejenak untuk menikmati sensasi menyatunya tubuhku dengan tubuhnya.
"Ehhkk.." Mbak Wulan menjerit keras saat tiba-tiba kutarik batang kontolku dari jepitan liang kemaluannya dengan cepat. Namun sebatas ujung kepala kontolku masih tetap menancap erat di tempatnya. Kemudian kudorong lagi pantatku ke depan secara pelan hingga masuk seluruhnya.. Kutarik lagi dengan cepat hingga berulang-ulang. Akibatnya luar biasa!! Tubuh Mbak Wulan seperti terhentak-hentak setiap batang kontolku kutarik mundur! Ia selalu menjerit.
Toketnya berguncang terayun-ayun setiap kali tubuhnya terguncang! Aku pun merasakan adanya desakan maha dahsyat yang mulai mengumpul di ujung batang kontolku! Aku semakin mempercepat ayunan pantatku maju mundur. Kutindih tubuh Mbak Wulan dengan seluruh berat tubuhku hanya bertumpu pada lututku. Kedua tanganku kutempatkan menyangga kedua buah pantat Mbak Wulan untuk mengentotnya.
"Terrushh.. Mbaakk.. Putt.. Tarrhh.. Shh.. Ohh" tubuhku mulai menegang. Otot perutku terasa ditarik-tarik dan batang kontolku berdenyut-denyut siap memuntahkan semua isi yang sudah menggumpal.
Mbak Wulan pun semakin liar memutar pantatnya menyambut setiap tusukanku. Batang kontolku seperti digiling oleh daging lembut dan licin. Aku sudah tak kuat lagi menahan gempuran kenikmatan yang sudah mau meledak.
"Akhh.. Akku.. Kel.. Lu.. Arrghh" akhirnya aku menggeram saat batang kontolku mengedut-ngedut dan memuntahkan cairan sperma ke dalam rahim Mbak Wulan! Crott.. Crutt.. Crrtt.. Crrt.. Crtt..! Tubuhku terhentak-hentak di atas perut Mbak Wulan selama beberapa saat hingga akhirnya terdiam. Aku benar-benar lemas tak bertenaga! Napasku kembang kempis tinggal satu-satu saling berlomba dengan napas Mbak Wulan.
Kubiarkan batang kontolku tetap menancap di dalam jepitan liang kemaluan Mbak Wulan hingga kurasakan lubang kemaluan Mbak Wulan berdenyut-denyut seolah memeras sisa-sisa sperma yang masih tersimpan di dalam batang kontolku. Kubiarkan biar tuntas sekalian.. Aku sudah terlalu capai. Akhirnya aku dan Mbak Wulan terkapar sama-sama tak bertenaga. Tenaga kami sudah terkuras habis.
Ke bagian 6