Cerita Dewasa:
Niki, Yang Tak Terlupakan 03
Sambungan dari bagian 02
Niki membuka tangannya, lutut kirinya juga rebah membuka. Aku mengusap pipinya dengan halus saat jari Niki menjelajahi leherku pelan, lalu dada, lalu naik mengelus lenganku, pelan dan lembut menyusuri bagian dalam lenganku ke arah ujung jari. Digenggamnya jari-jariku, dikecupnya lalu dibawa ke leher, dada, mendekapnya sesaat. Lalu.. tiba-tiba aku telah terbenam dalam dekapannya. Dadanya yang bulat penuh menekan, memberikan kehangatan yang lembut ke dadaku, kehangatan yang menjalar pelan ke bawah perut.
Tanganku mengusap punggung dan rambutnya, lalu entah gimana mulainya, tiba-tiba saja aku sudah menciumi lehernya. Kukecup hidungnya, keningnya, telinganya, Niki menggelinjang geli. Kusodorkan bibirku untuk meraih mulutnya, ia merintih lirih dan merangkulku sambil mulutnya bergeser mencari bibirku, lalu kami berpagutan dengan lahap bagaikan kelaparan. Pelukan dan ciuman ini yang sebenarnya paling kurindukan, yang tidak dapat dilakukan saat di saung atau di ruanganku. Cinta dan ketulusannya kini dapat kurasakan lewat peluk dan ciumannya.
Niki terpejam manja saat kujelajahi mulutnya dengan lidahku, bibirnya langsung menyedot dan melumat lidahku dalam-dalam.
"Oohh, Yang..!" Niki mengeluh saat tanganku mulai merayapi tubuhnya, bermain di sekitar boba susu, turun ke perut menyelusup ke CD-nya.
Masih dalam pelukan ia merebahkan badan di meja dengan dialasi jasnya si Hongkong.
Setelah rebah berdampingan kami mengendorkan pelukan, membebaskan tangan agar lebih leluasa. Kami saling menyentuh bagian-bagian sensitif yang masing-masing sudah sangat hapal. Niki memejamkan mata menikmati sentuhan-sentuhanku, sementara jarinya mengurut lembut batang kontolku, dari pangkal ke atas, memutari helm lalu turun lagi ke pangkal, membuat batangku keras membatu.
"Yang..! Jilat..!" ia mendesah, aku mengerti maksudnya.
Aku bangkit, lalu bibirku mulai menciumi seluruh tubuhnya, mulai dari lengan sampai ke ujung jari, kembali ke ketiak, menyusuri buah dadanya ke tangan satunya.
"Yaanng, Nik kangen jilatanmu..!" Niki mengerang dan menggelinjang semakin kuat.
Saat jilatanku mencapai pangkal lengannya, Niki berbalik menelungkup. Kini lidahku menyusuri pundak, Niki terlonjak saat lidahku mendarat di kuduknya, lalu perlahan menjelajahi punggungnya.
Saat jilatanku mencapai pinggiran CD-nya, Niki kembali menelentang lalu sambil membuka CD-nya, lidahku pelan-pelan menyusur pinggang, perut terus ke bawah. Paha Niki membuka, menyodorkan bukit kemaluannya yang menggunduk dengan belahan merekah ke hadapanku. Melewati pinggiran gundukannya, lidahku meluncur ke samping, menjilati paha luar sampai ke jari kaki, lalu kembali ke atas lewat paha bagian dalam. Sampai di pangkal, lidahku menjelajahi lipatan paha, memutari pinggiran bulu-bulu halusnya, lalu menyeberang ke paha sebelah. Niki melenguh keras.
Aku menjelajahi kedua lipatan pahanya bolak balik, kadang lewat gundukan bulu-bulunya, kadang lewat bawah liang memeknya. Pahanya terkangkang lebar, sementara cairannya semakin membanjir. Lalu tangannya menggenggam rambutku, menyeret kepalaku dibenamkan ke tengah selangkangannya yang basah dipenuhi cairan kenikmatannya. Aku langsung menyedot kelentitnya.
Niki tersentak, "Yaangg.. kamu.. nakal..!" rintihnya menahan nikmat yang menggelora.
Dengan bertumpu kedua tangan, lidahku kini menjelajah dengan bebas di celah memek, menjilati itilnya dengan putaran teratur, lalu turun, menjelajahi liang kewanitaannya. Niki mengejang sambil mengerang-erang.
"Yaang, udaah.. masukin..!" Niki mencengkeram leherku dan menyeretnya ke arah bibirnya.
Aku mengambil posisi konvensional. Batangku yang sudah tegang mengeras menyentuh gerbang kenikmatan yang licin oleh cairannya. Niki tersentak saat kepala kontolku menyeruak di bibir memeknya.
Kubenamkan kepala kontolku sedikit demi sedikit, oh.. hangatnya memek Niki. Dinding memeknya mulai bereaksi menyedot-nyedot, remasannya yang selalu kurindukan mulai beraksi. Kutarik lagi kontolku, pinggul Niki menggeliat seolah ingin melumatnya. Kubenamkan lagi batang kontolku perlahan, Niki menaikkan pinggulnya ke atas, sehingga setengah batang kontolku ditelan memeknya. Pinggulnya diputar-putarkan sambil melakukan remasan nikmatnya.
"Ooogghh, Niikk.. aduuhh..!" desahanku membuat Niki semakin semangat menaik-turunkan pinggulnya, membuat batang kontolku seolah dipilin-pilin oleh liangnya yang masih sempit.
"Maass.. tekaann Maass..! Niikii.. hh.. nikmaatt.. sekali..!"
Pinggul dan badannya semakin sexy, perutnya yang sedikit membesar membuat nafsuku semakin menjadi-jadi. Aku setengah duduk dengan bertumpu pada dengkul mengentot kontolku keluar masuk memek Niki yang semakin berdenyut.
"Creekk.. creekk.. blees.." gesekan kontolku dan memeknya bagaikan kecipak cangkul Pak tani di sawah berlumpur.
"Yaang, aduuhh, batangnyaa.. oohh.. Niik.. nggaak tahaan..!"
Niki badannya bergetar, pinggulnya naik turun dengan cepatnya, miring ke kiri dan ke kanan merasakan kenikmatan kontolku.
Badan Niki berguncang-guncang keras, goyangan pantatnya tambah menggila dan lubangnya seakan mau memeras habis batang kontolku. Spermaku rasanya sudah mengumpul di kepala kontol, siap menyembur kapan saja, susah payah aku bertahan agar Niki mencapai klimaks lebih dulu.
"Teken teruuss..! Yuu bareng keluariin Maass..!"
Goyangan kami makin menggila. Aku menusukkan batang kontolku setengah, dan setiap coblosan ke delapan aku menekannya dalam-dalam. Akibatnya gelinjang pantat dan pinggul Niki semakin menjadi-jadi. Sambil mengelepar-gelepar keasyikan, matanya merem-melek. Kuciumi dan kulumat seluruh wajahnya, bibirnya, lidahnya, ludahnya pun kusedot dalam-dalam. Niki mencakar punggungku keras sekali sampai aku tersentak kesakitan. Itu tandanya ia mau mencapai klimaks. Kutahan mati-matian agar aku jangan muncrat dulu sebelum ia orgasme.
Tiba-tiba, "Yaanng.. oohh.. aduhh.. Niik.. keluaar.. oohh.. aduuh.. gilaa.. aahh. aahh.. uuhh.. uuhh.. uuhh..!" dia sekali lagi mencakariku, itu memang kebiasaannya kalau meregang menahan klimaks luar biasa.
Aku tidak perduli punggungku yang baret-baret oleh cakarannya. Aku terus mengentotkan kontol dengan teratur sambil konsentrasi merasakan nikmat yang semakin mendesak-desak di ujung kontolku. Suatu gelombang dahsyat bagaikan menyedot seluruh perasaanku menyembur dari ujung kemaluanku, memancar dalam dalam di liang memeknya. Aku mengejang beberapa detik, lalu terkulai dalam pelukannya.
Beberapa menit kami berdiam sambil pelukan, sampai batangku melemas dengan sendirinya. Aku turun dari tubuhnya. Niki turun dari meja, mengambil tisyu dan teko air dari meja si Hongkong. Lalu kami bersih-bersih organ masing-masing, kembali berciuman sambil saling mengenakan pakaian. Selesai berpakaian Niki keluar duluan mengintip, dengan kodenya aku keluar kembali ke ruang komputer, di sana satpam sudah menunggu. Kukatakan aku dari kamar mandi, dan Niki tidak tau kemana.
"Kenapa..? aku dari bawah barusan.. lewat tangga." Niki muncul di pintu, memberi penjelasan.
"Lho, saya juga lewat tangga.." kata satpam.
"Ooo.. Naiknya sih lewat lift depan," Niki berkilah.
Program transferku sudah berhenti proses. Setelah beres-beres, mematikan komputer, AC, dan lainnya, aku, Niki dan satpam turun. Kuantar Niki sampai mobilnya.
"Thank's yaa.." kataku.
Ia mengedipkan mata, "Sama-sama.." katanya.
Ke tiga: Di Shiat Su
Kalian tahu Shiat Su..? Sauna ala Jepang yang populer akhir tahun 80-an. Sejak acara ngelembur di kantor, Niki dan aku sama-sama sibuk, jadi kami jarang ketemu. Aku kangen berat tapi tidak bisa apa-apa, sampai suatu ketika ada pesan di mejaku dengan tulisan rahasia yang hanya dimengerti kami berdua. Niki 'memerintahkan' aku mengecek jadwal SS untuk family (Kayak yang dulu!)
SS adalah Shiat Su, mandi uap ala Jepang, sedangkan 'family' adalah hari khusus yang mengizinkan pasutri (pasangan suami istri) mandi uap bareng. Aku langsung ngecek ke beberapa tempat, ternyata hanya ada satu yang terima family, yaitu di satu pertokoan besar di Jakarta Pusat, itu pun hanya hari Rabu. Niki segera kukabari.
Singkatnya, pada hari yang ditentukan Niki pamit keluar sedangkan aku memang sedang tugas di client. Pukul 10 Niki kujemput di wartel sekitar 1 km dari kantor. Niki minta naik taksi (untuk menghilangkan jejak!), yang lalu ngedrop kami di tujuan. Sepanjang jalan kami tidak ngobrol banyak, malah tangan yang lebih aktif saling remas, kadang 'nyelonong' ke lutut.
Bolak balik Niki berbisik di telingaku, "Yaang.. aku kangeen..!" desahnya bikin batangku pelan-pelan mengeras.
Aku bergegas ke loket mendaftar sebagai pasutri dan Niki langsung ke ruang ganti cewek. Buat yang belum tahu, begitu daftar kamu dapat celana pendek, handuk, dan kunci lokker. Dengan hanya pakai celana pendek kegiatan SS berlangsung, kecuali yang cewek. Biasanya mereka pakai swimsuit dulu baru dilapis celana pendek.
Acara SS dimulai dengan mandi uap, yaitu masuk ke satu ruang yang diuapi dengan batu dibakar dan ditetesi air, membuat kita sulit bernapas tapi keringat berikut berbagai racun yang 'ngumpet' keluar semua lewat pori-pori yang terbuka. Ruang uap untuk laki terpisah dengan yang untuk cewek.
Hari itu sepi, aku hanya bertiga di tempat cowok.
Tidak lama aku dipanggil waitress, "Bapak dipanggil Ibu ke sebelah," katanya.
"Boleh ke sana..?" aku tanya.
"Boleh, mumpung lagi kosong. Tapi nanti kalau ada ibu-ibu yang lain, Bapak harus kembali ke sini yaa..!" lanjutnya.
Tentu saja kujawab iya!
Bersambung ke bagian 04