Cerita Dewasa:
Petualangan Villa Cinta 01
Setelah sekitar satu bulan tidak menulis cerita, akhirnya kami kembali ke dunia virtual dan kembali menuliskan semua kenangan, fantasi dan mimpi kami untuk kemudian merangkai sebuah cerita lagi. Ada puluhan tanggapan dan kritikan dan juga pujian yang kami terima. Dalam satu bulan ini kami coba untuk mengevaluasi cerita-cerita kami, menghilangkan bagian negatif dan menonjolkan bagian positif dari cerita kami. Oke tanpa memperpanjang kata lagi, kami mulai cerita yang kami beri judul "Petualangan Villa Cinta".
Pagi-pagi benar handphone-ku sudah bunyi. Aku sedikit kesal dan malas bangun dari tempat tidurku. Tapi bunyinya itu tidak kurang keras, aku malah tidak bisa tidur lagi. Akhirnya aku paksakan juga berdiri dan lihat siapa yang call aku pagi-pagi begini. Eh, tidak tahunya temanku Vivie. Aku sedikit ketus juga menjawabnya, tapi langsung berubah waktu aku tahumaksudnya. Si Vivi mengajakku ikut bareng cowoknya ke vilanya tidak terlalu jauh dari tempatku.Aku sih setuju sekali sama ajakan itu, terus aku tanya, apa aku boleh ajak cowokku. Si Vivi malah tertawa, katanya ya jelas dong, memang harusnya begitu. Rencananya kami bakal pergi besok sore dan kumpul dulu di rumahku.
Singkat cerita kami berempat sudah ngumpul di rumahku. Kami memang sudah saling kenal, bahkan cukup akrab. Alf, cowoknya Vivie teman baik Ricky cowokku. Oh ya, aku belum mengenali aku sendiri ya, namaku Selvie, umurku sekarang 17 tahun, sama-sama Si Vivie, Ricky cowokku sekarang 19 tahun, setahun lebih tua dari Alf cowoknya Vivie. Oke, lanjut ke cerita. Kami berempat langsung cabut ke villanya Vivie. Sekitar setengah jam kami baru sampai. Aku sama Vivie langsung beres-beres, menyimpani barang-barang dan menyiapkan kamar. Ricky sama Si Alflagi main bola di halaman villa. Mereka memang pecandu bola, dan kayaknya tidak bakalan hidup kalau sehari saja tidak menendang bola.
Villa itu punya tiga kamar, tapi yang satu dipakai untuk menyimpani barang-barang. Mulanya aku atur biar aku sama Vivie sekamar, Ricky sama Alf di kamar lain. Tapi waktu aku beres-beres, Vivie masuk dan ngomong kalau dia mau sekamar sama Si Alf. Aku kaget juga, nekad juga ini anak. Tapi aku pikir-pikir, kapan lagi aku bisa tidur bareng Si Ricky kalau tidak di sini. Ya tidak perlu sampai gitu-gituan sih, tapi kan asik juga kalau bisa tidur bareng dia, mumpung jauhdari bokap dan nyokap-ku. Hehehe, mulai deh omes-ku keluar. Oke, akhirnya aku setuju, satu kamar buat Alf dan Vivie, satu kamar lagi buat Ricky sama aku.
Sore-sore kami makan bareng, terus menjelang malam, kami bakar jagung di halaman. Asik juga malam-malam bakar jagung ditemani cowokku lagi. Wah, benar-benar suasananya mendukung. Hehehe, aku mulai mikir yang macam-macam, tapi malu kan kalau ketahuan sama Si Ricky. Makanya aku tetap diam pura-pura biasa saja. Tapi Si Vivie kayaknya memperhatikan aku, dan dia nyengir ke aku, terus gilanya lagi, dia ngomong gini, "Wah.. sepertinya suasana gini tidak bakalan ada di Bandung. Tidak enak kalau dilewatin gitu saja ya." Aku sudah melotot ke arah dia, tapi dia malah nyengir-nyengir saja, malah dia tambahin lagi omongannya yang gila benar itu, "Alf, kayaknya di sini terlalu ramai, kita jalan-jalan yuk!" Aku sudah tidak tahu harus apa, eh Si Alf juga samanya, dia setuju sama ajakan Si Vivie, dan sebelum pergi di ngomong sama Ricky, "Nah, sekarang elu harus belajar bagaimana caranya nahan diri kalau elu cuma berdua sama cewek cakep kayak Si Selvie." Aku cuma diam, malu juga dong disepet-sepet kayak gitu.
Aku lihati Si Alf sama Si Vivie, bukannya jalan-jalan malahan masuk ke villa. Aku jadi tidak tahu harus ngapain, aku cuma diam, semoga saja Ricky punya bahan omongan yang bisa diomongin. Eh, bukannya ngomong, dia malah diam juga, aku jadi benar-benar bingung. Apa aku harus tetap begini atau nyari-nyari bahan omongan. Akhirnya aku tidak tahan, baru saja aku mau ngomong, eh.. Si Ricky mulai buka mulut, "Eh.. kamu tidak dingin?" Duer.. Aku kaget benar, tidak jadi deh aku mau ngomong, sebenernya aku memang mau ngomong kalau di sini itu dingin dan aku mau ajak dia ke dalam. Tapi tidak jadi, aku tidak sadar malah aku geleng-geleng kepala. Ricky ngomong lagi, "Kalau tidak dingin, mau dong kamu temenin aku di sini, lihat bulan dan bintang, dan.. bintang jatuh itu lihat..!" Ricky tiba-tiba teriak sambil menunjuk ke langit. Akukontan berdiri kaget sekali, bukan sama bintang jatuhnya, tapi sama teriakan Si Ricky, aduh.. malu benar jadinya. Ricky ikutan berdiri, dia rangkul aku dari belakang, "Sorry, aku tidak punya maksud ngagetin kamu. Cuma aku seneng saja bisa lihat bintang jatuh bareng kamu."Aku cuma bisa diam, tidak biasanya Ricky segini warm-nya sama aku. Dia malah tidak pernah peluk aku seerat ini biasanya. Aku tengok arlojiku, jam 11.00 malam. Kuajak Ricky ke dalam, sudah malam sekali. Dia setuju sekali, begitu masuk ke villa kami disambut sama bunyi pecah dari lantai atas. Kontan saja kami lari ke atas melihat ada apa di atas. Ricky sampai duluan ke lantai atas, dan di nyengir, terus dia ajak aku turun lagi, tapi aku masih penasaran, memang ada apa di atas. Waktu aku mau ketuk pintu kamar Vivie, tiba-tiba ada teriakan lembut, "Aw.. ah.. pelan-pelan donk!" Gila aku kaget setengah mati, tapi tanganku sudahkeburu ngetuk pintu. Terus kedengaran bunyi gedubrak-gedubrak di dalam. Pintu dibuka sedikit, Alf nongol sambil nyengir, "Sorry, ngeganggu kalian ya? tidak ada apa-apa kok kami cuma.."Aku dorong pintunya sedikit, dan aku lihat Si Vivie lagi sibuk nutupi badannya pakai selimut. Dia nyengir, tapi mukanya merah benar, malu kali ya. Aku langsung nyengir, "Ya sudah, lanjutin saja, kami tidak keganggu kok."
Terus aku ajak Ricky ke bawah. Ricky nyengir, "Siapa coba yang tidak bisa nahan diri, hehehe." Tiba-tiba ada sandal melayang ke arah Ricky, tapi dia langsung ngelak sambil nyengir, terus buru-buru lari ke bawah. Aku ikut-ikutan lari sambil ketawa-ketiwi, dan kami berdua duduk di sofa sambil mendengarkan lagu di radio. Tidak lama kedengaran lagi suara-suara dari atas.Aku tidak tahan dan langsung nunduk menahan ketawa. Gila, bisa-bisanya mereka berdua meneruskan juga olah raga malamnya, padahal sudah jelas-jelas kepergok sama kami berdua. Eh, di luar dugaan aku, Ricky bediri dan mengajakku slow-dance, kebetulan lagu di radio itu lagu saat Ricky ngajak aku jadian. Aku jadi ingat bagaimana deg-degannya waktu Ricky ngomong, dan bagaimana aku akhirnya menerima dia setelah tiga bulan dia terus nunggui aku. Ricky memang baik, dan dia benar-benar setia menungguiku.
Selesai dance, Ricky tanya lagi, "Eh kalau mereka berdua ketiduran, aku tidur dimana? memang tidur sama barang-barang?" aku malu sekali, bagaimana ngomongnya. Tapi akhirnya akubuka mulut, "Kita.. kita tidur berdua." Wah lega sekali waktu omongan itu sudah keluar. Tapiaku takut juga, bagaimana ya reaksi Si Ricky. Eh tahunya dia malah nyengir, "Oke deh kalau kamu tidak masalah. Sebenernya aku juga sudah ngantuk sih, aku tidur sekarang ya." Aku jadi salah tingkah, Ricky naik ke lantai atas dan tidak sengaja aku panggil dia, "Eh.. tunggu!" Ricky berbalik, dia nyengir, "Oke.. oke.. ayo naik, tidak bagus anak cewek sendirian malam-malam gini." Aku sedikit canggung juga sih, baru kali ini aku tidur seranjang sama cowok, tapi lama-lama hilang juga. Kami berdua tidak ngapa-ngapain, cuma diam tidak bisa tidur. Dari kamar sebelah masih kedengaran suara Vivie yang mendesah dan menjerit, dan sepertinya itu juga yang bikin Ricky terangsang. Dia mulai berani remas-remas jariku. Aku sih tidak nolak, toh dia khan cowokku. Tapi aku kaget sekali, Ricky duduk terus sebelum aku tahu apa yang bakal dia lakukan, bibirku sudah dilumatnya. Aku mau nolak, tapi kayaknya badan malah kepingin. So, aku biarkan dia cium aku, terus aku balas ciumannya yang semakin lama semakin buas.
Baru saja aku mulai nikmati bibirnya yang hangat di bibirku, aku merasa ada yang meraba tubuhku, disusul remasan halus di dadaku. Aku tahu itu Ricky, aku tidak menolak. Aku biarkan dia main-main sebentar di sana. Ricky makin berani, dia angkat badanku dan diduduki di pinggir ranjang. Dia cium aku sekali lagi, terus dia mau buka pakaian tidurku. Aku tahan tangannya, ada sedikit penolakan di kepalaku, tapi badanku kayaknya sudah kebelet ingin mencoba, kayak apa sih nge-sex itu. Akhirnya tanganku lemas, aku biarkan Ricky buka pakaianku, dia juga buka baju dan celananya sendiri. Dia cuma menyisakan celana dalam putihnya. Aku lihat kontolnya yang membayang di balik celana dalamnya, tapi aku malu melihati lama-lama, so aku ganti lihat badannya yang lumayan jadi. Mungkin karena olahraganya yang benar-benar rajin.
Aku tidak tahu apa aku bisa tahan memuaskan Ricky, soalnya aku tahu sendiri bagaimana staminanya waktu dia main bola. 2x45 menit dia lari, dan dia selalu kuat sampai akhir. Aku tidak terbayang bagaimana aksinya di ranjang, jangan-jangan aku harus menerima kocokannya2x45 menit. Gila, kalau gitu sih aku bisa pingsan.
Waktu aku berhenti memikirkan stamina dia dan aku, aku baru sadar kalau bra-ku sudah dilepasnya. Sekarang dadaku telanjang bulat. Aku malu setengah mati, mana Ricky mulai meremas dadaku lagi, yah pokoknya aku tidak tahu harus bagaimana, aku cuma diam, merem siap menerima apa saja yang bakal dia lakukan. Tiba-tiba remasan itu berhenti, tapi ada sesuatu yang hangat di sekitar dadaku, terus berhenti di putingku. Aku melek sebentar, Ricky asik menjilati putingku sambil sesekali mengisap-ngisap. Aku makin malu, mana ini baru pertama kali aku telanjang di depan cowok, apalagi dia bukan adik atau kakakku. Wah benaran malu deh.
Lama-lama aku mulai bisa menikmati bagaimana enaknya permainan lidah Ricky di dadaku, aku mulai berani buka mata sambil melihat bagaimana Ricky menjelajahi setiap lekuk tubuhku. Tapi tiba-tiba aku dikagetkan sesuatu yang menyentuh selangkanganku. Tepat di bagian memekku. Aku tidak sadar mendesah panjang. Rupanya Ricky sudah menelanjangiku bulat-bulat. Kali ini jarinya mengelus-elus memekku yang sudah basah sekali. Dia masih terus menjilati puting susuku yang sudah mengeras sebelum akhirnya dia pindah ke selangkanganku.
Aku menarik nafas dalam-dalam waktu lidahnya yang basah dan hangat pelan-pelan menyentuh memekku naik ke itil-ku, dan waktu lidahnya itu menyentuh itil-ku, aku tidak sadar mendesah lagi, dan tanganku tidak sengaja menyenggol gelas di meja dekat ranjangku. Lalu "Prang.." gelas akhirnya pecah juga. Ricky berhenti, kayaknya dia mau memberesi pecahan kacanya. Tapi entah kenapa, mungkin karena aku sudah larut dalam nafsu, aku malah pegang tangannya terus aku menggeleng, "Barkan saja, nanti aku beresin. Lanjutin.. please.."
Sesudah itu aku lihat Ricky nyengir, terus diciumnya bibirku dan dia melanjutkan permainannya di selangkanganku. Ricky benar-benar jago mainkan lidahnya, benar-benar bikin aku merem-melek keenakan. Terus di mulai melintir-melintir itilku pakai bibirnya. Aku seperti kesetrum tidak tahan, tapi Ricky malah terus-terusan melintir-melintiri "kacang"-ku itu. "Euh.. ah.. ah.. ach.. aw.." aku sudah tidak tahu bagaimana aku waktu itu, yang jelas mataku buram, semua serasa mutar-mutar. Badanku lemas dan nafasku seperti orang baru lari marathon. Aku benar-benar pusing, terus aku memejamkan mataku, ada lonjakan-lonjakan nikmat di badanku mulai dari selangkanganku, ke pinggul, dada dan akhirnya bikin badanku kejang-kejang tanpa bisa aku kendalikan.
Bersambung ke bagian 02