Cerita Dewasa:
Nani Gadisku dari Kampung: The Sequel - 1
KETIKA NANI DAN AKU DITINGGAL PERGI
Ini kisah lanjutan "NANI GADISKU DARI KAMPUNG" yang pernah termuat sebelumnya. Sengaja terasa penuh khayal kutulis pengalamanku ini, karena demikianlah fantasiku yang melambung jika mengingat pergumulanku bersama Nani yang tak mudah kulupakan, dan selalu menjadi fantasiku sampai sekarang walau telah berlalu hampir 19 tahun, karena baru sekarang aku mengenal situs cerita XX yang sering kubuka di Internet.
Setelah aku mengenal kehidupan di atas ranjang bersama gadisku Nani, yaitu gadis adik ipar induk semangku yang juga temanku sekantor di tempat kostku maka setiap kesempatanku hanya berdua di rumah selalu hanya gejolak birahi memenuhi hari-hariku bersama Nani. Kenikmatan ngentot dapat kulakukan bersama seakan tiada puasnya karena terus berulang dan berulang lagiberdua di rumah.
Cerita ini sebagai akumulasi fantasiku bila mengingat saat dulu menggaulinya, rutinitas kegiatanku jika kesempatan hanya berdua dengan Nani kuperoleh, terutama saat hari libur, seolah temanku memberikan kesempatan dengan leluasa kepadaku untuk hal ini, kebetulan dia kalau hari libur mengajak keluarganya menginap di rumah saudaranya, dan Nani tidak ikut jadi yah apalagi yang dapat aku perbuat kecuali romantisme di atas ranjang. Hubunganku bak pasangan suami istri yang sedang mesra-mesranya.
Kebetulan hari itu hari libur, temanku pagi-pagi sekali sudah berkemas bersama istri dan anaknya berangkat menuju ke rumah saudaranya ketika aku masih belum keluar kamar, sementara aku masih malas-malasan di kamar namun kudengar suara akan keberangkatannya. Setelah suasana senyap, kucoba untuk melihat keluar kamar dan ternyata sepi sedang Nani juga tampaknyamasih belum bangun dari tidurnya. Kupikir ini saat yang nikmat pagi-pagi untuk kembali menyetubuhinya, mengingat sudah lima hari dari Senin sampai Jumat kesempatan itu tertunda karena temanku dan istrinya berada di rumah, sedang mau nyolong kesempatan rasanya agaksulit.
Aku segera menuju kamar Nani menyelusup ke lehernya, mencium dan menggigit-gigit kecil untuk membangunkan Nani. Sebetulnya Nani sendiri sepertinya sudah terbangun sejak tadi, cuma masih malas membuka mata. Ia memelukku erat-erat, menyebut juga dirinya sebagai dan mulai menggelinjang sambil tertawa kecil. Berarti aku juga sebagai suaminya dalamkehidupan yang sudah seranjang atau samen leven di rumah kost.
Di pagi dengan udara yang masih sejuk, aku demikian bernafsu untuk menggumulinya. Pagi itu kulihat posisi tidurnya seakan dia sengaja sehingga kembali dada Nani yang subur dan kenyal segar itu terpampang. Cepat-cepat Aku menelusuri bulatan sintal yang menggairahkan itu dengan hidung dan mulutku. Hmm.. tambah nikmat jika kecupanku tanpa penghalang seperti ini.
"Sengaja Mama harapkan Papa nyusul ke sini, mumpung kita tinggal berduaan," katanya sambil senyum dengan matanya yang masih mengatup ketika aku naik ke atas ranjangnya.
"Papa mau ngerasain buah dada hangat Mama waktu pagi begini," sambutku saat mulai mengecup bobanya yang sudah terbuka.
"Yang nikmat Sayang, pelan-pelan nyedotnya, yaa.." bisik Nani sambil menggelinjang, seolah dia membimbing bayinya yang sedang bernafsu akan menyusui boba buah dadanya.
Aku menjulurkan lidahku, menelusuri lembah diantara dua toket Nani. Aku naik ke bagian atas, melingkari wilayah bulat coklat hitam di pangkal boba Nani. "Aah.. geli, Yang.." desah Nani, tetapi sama sekali tidak bermaksud memprotes. Aku berputar-putar lagi di tempat yang sama, dengan takjub melihat boba yang tadinya tergolek lemah kini perlahan menegak tegang. Setelah tegak sepenuhnya, tak tahan lagi, aku memasukkan boba itu ke mulutku. Pelan-pelan kusedot daging kenyal hangat itu. "Aah.. geli sekali, Yaang.." erang Nani, sama sekali tidak memprotes, melainkan justru bermaksud menambah semangat suaminya.
Dalam sekejap boba kiri Nani sudah basah dan berdenyut hangat. Apalagi Aku juga kadang-kadangmemainkan bobanya di dalam mulut, menekan-nekan boba itu ke kiri dan ke kanan. "Yang satu lagi ngiri, Yaang.." desah Nani gelisah, sambil dia meremas, merangsang sendiri toketnyayang sebelah kanan, untuk membangkitkan boba buah dadanya yang juga mulai menegang.
Aku melepaskan mulutku dari toket kiri, berpindah cepat ke toket kanan. Nani mengerang keras, menggelinjang gelisah, karena tanganku kini meremas toket kiri yang untuk menggantikan mulutku sambil memberi pelintiran lembut pada bobanya yang tegak. Kini kedua bukit gairah sensual itu terasa geli belaka. Sambil mendesis dan mendecap seperti orangkepedasan, Nani memejamkan matanya, menikmati sensasi luar biasa di pagi yang segar ini.
Aku sangat mudah terangsang kalau bersentuhan dengan toket istriku ini. Rasanya seperti tidak pernah puas walau setiap kali menggairahi Nani, terasa dalam buaian wanita yang memberinya buah dada penuh pesona. Naluriku sebagai lelaki begitu bergejolak. Buah dada wanita adalah bagian tubuh yang paling kelihatan sensual karena wanita sendiri ternyata memberikan bagian yang menonjol itu untuk merangsang lelaki. Apalagi suatu kemujuran bagiku dan mungkin sudah menjadi keberuntunganku, begitu pertama aku mengenal indahnya tubuh wanita, yang kudapatkan adalah Nani, seorang wanita yang mempunyai ukuran toket 36B, proporsional dengan bentuk anatomi tubuhnya yang sempurna mulai dari tinggi badan, dada, perut, pinggul dan pahanya demikian serasi yang tanpa rahasia lagi diantara aku dan Nani, kini setiap saat dapat aku nikmati dalam kebugilannya dan kusetubuhi dengan penuh birahi.
Ukuran buah dadanya yang 36B itu boleh dibilang cocok untuk ukuran tubuh dan pinggangnya yanglangsing. Memang indah tubuh istriku ini. Melihat buah dadanya yang telah terbuka lebar itu, dengan tidak sabarnya aku mulai meremas dan menciumi buah dadanya yang belum pernah dijamah oleh siapa pun. Dengan segenap ketulusannya Nani membagi birahi denganku, sengaja dia menelentangkan tubuhnya, dengan posisi membentangkan tangannya di atas kepala untuk menyerahkan sepenuhnya kedua daging toketnya untuk kugagahi sepuasnya sebagai suaminya, sehingga dadanya lebih bebas terbuka dan aku lebih bergairah mencumbunya.
Aku mengangkat badannya, naik menjelajahi bukit toket yang menjulang penuh, menggunduk dan menantang itu dengan gairah yang semakin membara. Lalu satu tanganku merayap turun sambil membawa serta daster istriku. Sekali tarik, daster itu lolos dari kedua kaki Nani, sehingga kini tinggal celana dalam ketat lagi transparan yang membungkus bagian selangkangan tempat di mana telah sering memberikan nikmatnya persetubuhanku berkali-kali.
Aku menelusupkan tanganku ke bawah, meraih selangkangan Nani yang dengan senang hati membuka memberi jalan. "Aaah.. hhmm!" Nani mengerang keras ketika jari tengahku masuk diantara dua bibir kenikmatan birahinya. Nani seolah dibuai oleh gejolak kenikmatan seks bertubi-tubi, yaitu dari buah dada dan liang senggamanya.
Sambil terus mengulum, menyedot dan menggigit toket serta bobanya, aku mengelus-elus lembut lembah cinta istriku yang mulai basah. Sekali-sekali ujung jariku memutar-mutar di atas bibir kenikmatan perempuan ini, terselip di pojok atas bibir kewanitaannya. Nani mengerang-erang semakin keras dan semakin gelisah.
"Kaosnya dong Yaang.. dibuka.." desah Nani sambil mulai menarik baju kaos yang kukenakan. Cukup susah melakukan hal itu karena aku tidak mau lepas dari dada dan selangkangan istriku. Tetapi dasar Nani namanya kalau sudah tersengat birahinya tidak kurang akal membuka baju suaminya tanpa mau kehilangan momen kenikmatan barang sedetik.
"Papa, aku kulum kontolmu, Yaang.." permintaan Nani, nafasnya memburu ingin segera menciumi kejantananku. Aku menurutinya dan segera berdua bisa saling hisap, saling kulum, saling sedot, penuh gairah dan penuh rasa gelora birahi yang tak terkira. Nani mengerang-erang dengan mulut dipenuhi kejantananku. Aku mendesah-desah sambil menenggelamkan wajahku diantara dua paha mulus Nani. Decap kecipak mulutnya dan desah selagi mengemot kejantananku terdengar ramai, erotis sekali.
Tidak lama kemudian, aku berdua tak kuasa menahan lagi untuk saling meneruskan posisi ini. Nani menelentang dan membuka kedua pahanya lebar-lebar memberikan bibir kewanitaannya. Aku mengangkat tubuhku dalam posisi push up di atas tubuh istriku dan mulailaHPersetubuhan yang penuh tumpahan gejolak birahi. Lalu dengan tangan Nani, dituntunlah kejantananku yang tegak menekan dalam-dalam ke gerbang birahi kewanitaannya.
"Yaang.. masuknya masih belum pas.. eehh.. yah.. heehh.."
"Aah!" Nani menjerit sambil memejamkan matanya erat-erat tanda kejantanan suami yang kenyal ini amblas masuk, langsung menyentuh sarang kenikmatan kelaminnya, langsung menuju saat orgasmenya.
Sambil bertumpu di kedua siku, aku menenggelamkan wajahku di leher Nani yang sudah dibasahi keringat. Sambil mencium dan menggigit-gigit kecil, aku mulai mengentot, mengeluar-masukkan kejantananku penuh semangat. Nani mengangkat kedua kakinya, memeluk pinggangku erat-erat, mengunci tubuh yang juga sudah berkeringat itu kuat-kuat. Perjalanan menuju puncak birahi."Ah.. yang keras, Yang! uuhh.." desah Nani, merasakan orgasmenya sudah tiba, dan ia ingin dientot sekeras-kerasnya.
Aku menekan lebih keras lagi, sampai kadang-kadang ranjang seperti bergeser diterjang tubuhnya. Pangkal kejantananku membentur lingkar bibir kewanitaan Nani yang sedang berdenyut-denyut mempersiapkan ledakanku. "Aah!" Nani menjerit merasakan ledakan pertama menyeruak dari dalam tubuhnya, "Nggak tahan, Yang.. aah! hh.. Yaang.."
Aku terus menekan dan menghujam, karena aku sendiri juga sudah ingin meledak rasanya. Seluruh perasaanku seperti ingin tumpah ruah sesegera mungkin. Apalagi otot-otot kenyal di kewanitaan istriku kini mencekal dan mengempot erat, seperti meremas-remas dan mengurut-urut kejantananku. Aku juga tidak tahan lagi. "Uuuh!" aku itu menggeram sambil mengentot keras-keras.
"Ah.. ah.. ah.. ah..!" Nani mengerang setiap kali entotan maha dahsyat itu menerjang tubuhnya."Aah!" Aku mengerang keras, menancapkan dalam-dalam kejantananku dan bertahan menikmati indahnya persetubuhanku, ketika denyutan ejakulasi melanda seluruh tubuhku.
"Oooh.. Oooh.. Oooh.." Nani mendesah panjang saat merasakan air spermaku menumpahkan sejutakenikmatan di dalam liang kewanitaannya untuk yang kesekian kali setiap kali aku dan Nani bersenggama.
Senggama pagi yang panas ini benar-benar sangat bergairah, sehingga setelah mencapai puncak. Aku terjerembab nikmat di atas tubuh telanjang istriku. Nani tersengal menahan tubuhku, dan menelentang tak berdaya.
Aku mulai bangkit meninggalkan ranjang untuk mandi sementara Nani masih tinggal tergolek telanjang di tempat tidur beberapa lama lagi, memejamkan mata, merasakan dan membiarkan cairan kenikmatan cinta dari alat kelamin kami berdua perlahan-lahan menyatu meresap turun menjalar dan membasah juga tidak tahan lagi, sementara keringat kenikmatan kami berdua seakan mengalir dengan deras.
Aku mulai bangkit meninggalkan ranjang untuk mandi sementara Nani masih tinggal tergolek telanjang di tempat tidur beberapa lama lagi, memejamkan mata, merasakan dan membiarkan cairan kenikmatan cinta dari alat kelamin kami berdua perlahan-lahan menyatu meresap turun menjalar.
"Papa mau yang ketiga..?"
"Emangnya apa Ma..?"
"Yah.. Nanti lagi.."
"Menu ketiganya emang apa Ma?" tanyaku.
"Papa mau apa terserah pinginnya yang gimana, he.. hee.. he.." Nani ketawa bercanda.
Dan siang itu aku lengket terus bergelut dengan Nani, kunikmati tubuhnya sepanjang hari liburku sepuasnya. Gairah yang akan kuceritakan pada episode berikutnya.
Bersambung ke bagian 02