Cerita Dewasa:
Sony & Dian: Sebuah Cerita Indah - 1
Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri kepada seluruh penjelajah setia situs pemersatu.fun, dalam kesempatan ini saya menggunakan nama samaran untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dari berbagai pihak, sebut saja nama saya Sony. Saat cerita ini ditulis dan diupload ke database server pemersatu.fun saya berumur � 25 tahun. Saya adalah salah seorang Senior Programmer di salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa Konsultan IT di Bandung, saya akan menceritakan mengenai cerita cinta saya dengan si cantik Dian (nama samaran). Mohon maaf apabila penggunaan nama Sony dan Dian, status dan pekerjaan serta nama lokasi yang disebutkan dirasa mengganggu, karena hal tersebut hanya merupakan hal yang disamarkan yang sudah kami sepakati bersama.
Sebelum saya memulai cerita ini saya ingin menjelaskan bahwa cerita yang saya tuliskan di sini tidak hanya mengeksploitasi masalah seks belaka (seperti umumnya cerita-cerita lain yang pernah saya baca di situs ini), cerita yang saya tuliskan lebih ditekankan kepada kompleksitas ceritanya yang menarik untuk dipahami, dan sebelumnya juga saya ingin menjelaskan mengenai status kami masing-masing, Dian sudah memiliki suami dan pada saat cerita ini terjadi saya akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat.
Cerita ini tidak saya tuliskan berdasarkan sudut pandang saya pribadi melainkan berdasarkan sudut pandang kami berdua, oleh karena itu cerita ini akan saya gambarkan dari dua sisi (dari sisi saya sebagai pelaku pertama dan dari sisi Dian sebagai pelaku kedua). Selamat membaca, semoga memahami dan ikut merasakan apa yang kami rasakan selama ini.
*****
Cerita ini dimulai dari awal perkenalan kami pada awal tahun 2004, saat itu perusahaan tempat saya bekerja mendapatkan job untuk membuat web site serta program aplikasi perkantoran di perusahaan tempat Dian bekerja, kebetulan orang yang bertanggungjawab untuk menyelesaikan proyek itu adalah saya dan Contact Person dari pihak client adalah Dian karena di perusahaan tempatnya bekerja Dian mengetahui seluk beluk mekanisme kerja yang saya butuhkan untuk melakukan analisa dalam perancangan web site dan pembuatan program aplikasi.
Saat pertama kali saya melihat Dian, di balik kecantikannya Dian terkesan judes dan angkuh dengan bibir seksinya, namun matanya yang bulat besar memancarkan keteduhan bagi siapapun yang memandangnya, berkulit putih, rambut pendek, dan wajahnya selalu memancarkan aura kecantikan yang luar biasa (maaf, saya tidak bermaksud menyalahgunakan situs pemersatu.fun sebagai ajang umbar rayuan, ini hanya sekedar agar lebih eksploratif), dan saya yakin bukan hanya saya yang memuji kecantikan Dian sedemikian rupa (mudah-mudahan para pembaca dapat menggambarkan kecantikan Dian berdasarkan penjelasan di atas), sedangkan menurut Dian, pada saat pertama kali dia melihat saya, terkesan biasa saja tanpa ada suatu perasaan khusus, menurutnya saya terlihat jutek abis dan galak (karena memang untuk urusan pekerjaan/kantor, saya selalu serius) dan Dian tidak pernah menyangka kalau umur saya jauh di bawah umurnya (perbedaan umur kami � 4 tahun), menurutnya cara berpakaian saya yang selalu resmi (Office Style) membuat saya jauh terlihat lebih tua dari yang sebenarnya.
Dian sempat berpikiran kalau umur saya di atas 30 tahun, tapi setelah kenal sekian lama akhirnya Dian meralat habis semua pendapatnya tentang saya, sekarang ini Dian berpendapat bahwa saya orangnya asyik, ramah dan baik (terima kasih), 'Don't Judge The Book By It's Cover' mungkin cocok untuk pendapat yang satu ini. 'kedewasaan tidak pernah bisa diukur dari umur dan penampilan' karena menurut Dian, saya jauh lebih dewasa dibandingkan pria-pria lain baik yang seumur saya maupun yang lebih tua dari saya (terima kasih juga sayang), 'That's Why She Love Me'.
Sebenarnya perkenalan kami hanyalah sebuah perkenalan biasa pada umumnya, berjabat tangan sambil menyebutkan nama masing-masing.
"Hai, dari PT. X ya?" sapa Dian sambil tersenyum manis dan langsung mengambil tempat duduk di sebelah saya.
"Ya betul, saya butuh data dan informasi untuk pembuatan program aplikasi" jawab saya sambil membalas senyumannya.
"Oh iya, kita belum berkenalan, nama saya Dian" ujarnya sambil mengulurkan tangannya.
"Saya Sony" jawab saya singkat sambil menjabat tangannya.
Tidak pernah terlintas sedikitpun di benak saya untuk menjalin suatu hubungan di luar hubungan kerja dengan Dian walaupun pada pandangan pertama saya merasakan suatu ketertarikan yang tidak biasa, mungkin 'Love At The First Sight' itu ada benarnya juga.
Untuk mempersingkat cerita, saya langsung saja 'loncat' ke bagian di mana kami sudah sering bertemu, jalan-jalan, nonton ataupun ngobrol lewat telepon hingga akhirnya status hubungan kami pun berubah yang awalnya hubungan kami hanya sebatas hubungan professional kini berubah menjadi hubungan emosional, hubungan tersebut kami anggap 'resmi' pada awal bulan Mei 2004 saat kami tengah berada di sebuah Caf� di kawasan Jl. Merdeka, Bandung.
Pada awalnya Dian tidak berniat untuk memiliki rasa cinta terhadap saya, awalnya Dian hanya berniat 'iseng', tetapi akhirnya Dian terjebak di dalam perasaannya sendiri ('makanya, jangan suka main-main sama orang Scorpio'), begitu pula saya terhadap Dian yang awalnya hanya tertarik sebatas visualisasi saja, namun sekarang ini perasaan yang kami miliki sudah lebih dalam sehingga hubungan kami yang awalnya 'Just Having Fun' itu pun berubah menjadi 'Not Just Having Fun', kami memiliki rasa cemburu terhadap pasangan kami masing-masing, kami juga memiliki rasa rindu/kangen yang mendalam jika lama tidak bertemu dan kami juga pernah berkhayal tentang rencana masa yang akan datang (menikah dan memiliki anak).
Pada suatu kesempatan kami pergi makan dan nonton, sejak awal kami sudah sengaja untuk memilih film yang kurang menarik untuk ditonton karena kami punya rencana lain tentang apa yang akan kami lakukan di dalam gedung bioskop. Akhirnya betul juga, terbuang percuma saja sang produser yang membiayai film tersebut karena memang benar kami tidak memperhatikan alur cerita dan isi film tersebut (saya ingat betul judul film tersebut, 'Out Of Time', dari sinopsis-nya cerita ini bercerita tentang sebuah perselingkuhan, 'kami banget'), kami berdua punya 'kesibukan' sendiri, selagi film tersebut diputar kami pun sibuk 'memutar' birahi kami masing-masing, saling berciuman dahsyat dan memainkan lidah (salah satu hal yang saya suka dari Dian adalah lidahnya yang panjang, wow), itu adalah pertama kalinya kami melakukan petting, sambil berciuman saya meremas buah dadanya, sesekali menciumi telinga dan leher belakangnya, sesekali juga dia menggesekkan dan menekankan kakinya ke selangkangan saya, dan yang pasti 'penghuni' selangkangan tersebut sudah mengacung tegak minta 'diabsen'.
"Mmhh, aah" desahnya dengan nafas tersengal-sengal.
Ekspresi wajahnya dengan mata agak sayu dan bibir yang setengah terbuka cukup membuat birahi saya naik ke ubun-ubun, dan ekspresi yang seperti itulah yang selalu membuat saya tergila-gila kepadanya, namun petting saat itu hanyalah sebuah petting singkat, karena kami sadar waktu dan tempat tidak memungkinkan untuk berbuat yang lebih (in a wrong place and in a wrong time), walaupun sebenarnya kami berdua sudah ingin melakukan hal tersebut.
Beberapa waktu kemudian kami merencanakan untuk pergi 'jalan' seperti biasanya, namun karena kondisi kesehatannya yang menurun (sehari sebelumnya Dian sakit), akhirnya kami memutuskan untuk tidak pergi kemana-mana, tetapi dia menawarkan kepada saya untuk datang ke rumahnya (suaminya sedang berada di luar kota), dalam hati saya berpikiran 'this is the time', mungkin ini waktu yang tepat untuk melakukan hal yang lebih dari sebelumnya, namun saya tidak berharap terlalu banyak karena kondisi kesehatannya sedang menurun begitu pun kondisi kesehatan saya yang sebenarnya agak kurang baik juga.
Akhirnya rencana pun dijalankan, saya menunggu di suatu tempat dan Dian pun datang menjemput saya dengan Taksi. Sesampainya di rumahnya, seperti biasa kami pun ngobrol tentang beberapa hal sambil nonton Blue Film (posisi saat itu adalah kami duduk di depan TV beralaskan karpet dan bersandarkan beberapa bantal), dan akhirnya 'Ladies And Gentleman, Start Your Engine', seperti yang sudah saya duga sebelumnya petting pun kembali kami lakukan, ciuman dahysat dan permainan lidah yang sangat gila, namun kali ini lebih 'All Out' dari sebelumnya, seiring dengan suara desahan wanita dalam Blue Film yang kami tonton, Dian pun mendesah lebih dahsyat saat saya mencumbunya, menciumi telinga dan leher belakangnya sambil sesekali meremas buah dada, menjilat, mengulum serta memberi gigitan-gigitan kecil pada boba toketnya dan memainkan clitoris memek-nya.
"Uuh, ssh, aah" desahnya.
Setelah cukup lama kami bercumbu, akhirnya saya merebahkan tubuhnya dan melepaskan celana dalam hitamnya, dan itu adalah pertama kalinya saya melihat memek-nya, bersih tanpa bulu kemaluan (yang seperti itu yang paling saya suka, karena sebenarnya bulu kemaluan adalah faktor lain penyebab bau tidak sedap), setelah sejenak saya memandangi memek-nya, saya pun mulai menjilati memek-nya, memainkan clitoris-nya menggunakan lidah saya, dan Dian pun 'bergejolak' hebat dengan seluruh perlakuan saya terhadap memek-nya.
Berhubungan seks (ML) bukan merupakan hal baru bagi saya karena sebelumnya saya sudah pernah melakukannya dengan beberapa wanita termasuk calon isteri saya (NB: bukan wanita panggilan, karena selain alasan penyakit kotor, alasan lainnya adalah saya tidak pernah mau membuang-buang uang hanya sekedar untuk seks) dan satu hal yang saya suka dari memek-nya adalah tidak adanya aroma pesing atau aroma tidak sedap lainnya seperti memek wanita kebanyakan (kelihatannya dia pandai merawat tubuhnya).
"Ssh, aah, oh my god, uuh" desahnya dengan suara dan tubuh bergetar.
Ke bagian 2