kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru Skandal Viral Random 164 PEMERSATUDOTFUN

Skandal Viral Random 164

Tidak ada voting
Skandal, Viral, Random
Skandal Viral Random 164
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Skandal, Viral, Random yang ada pada kategori SKANDAL published pada 29 Desember 2022 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming Skandal Viral Random 164 secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Berbagi Kebahagiaan Dengan Kenalan Baru - 2


Dari Bagian 1


Dia cukup mengerti keadaanku yang shock dioralnya. Maka dia kembali menyerang dadaku, terus diciumnya bibir, leher, hidung dan kembali lagi ke dadaku. Dia sangat menyukai benda kenyal di dadaku itu. Sambil menyerang dadaku, perlahan tangannya kembali beralih ke memekku. Selangkanganku terasa semakin banjir saja karena jarinya mengorek-ngorek lubang itu. Satu jari tanganya masuk semakin dalam ke rongga itu, lalu ditariknya keluar masuk secara perlahan dan lembut. Sungguh aku menyukai kelembutannya.

Tapi itu tidak berlangsung lama karena dia kemudian melanjutkan permainannya di selangkanganku. Kembali liang senggamaku menjadi persinggahan mulutnya. Mulutnya kadang mengisap dan kadang meniupkan angin sehingga menimbulkan sensasi luar biasa. Stanco benar-benar jago memainkan lidahnya, benar-benar membuatku berkejap-kejap keenakan. Terus dia memelintir-melintir itilku memakai bibirnya. Aku seperti tersetrum tidak tahan, tapi Stanco malah terus-terusan memelintir-melintir 'kacang'-ku itu. Jilatannya menyapu setiap milimeter memekku. Aku semakin keras meremas ranjang. Sambil mengoralku tangannya tak pernah berhenti meremas-remas paha dan pantatku. Bahkan tangannya menjulur ke atas untuk kembali meremas puting dadaku yang semakin mencuat tegak. Aku sudah sangat keringatan karena oral terpanjang dan terindah yang pernah kudapat.

"Euh.. Ah.. Ah.. Ach.. Aw.." desahku.

Aku sudah tidak tahu bagaimana keadaanku waktu itu. Yang jelas mataku buram, semua serasa berputar-putar. Badanku lemas dan nafasku memburu. Aku benar-benar pusing hingga aku terus memejamkan mata. Terasa ada lonjakan-lonjakan nikmat di tubuhku mulai dari selangkangan, pinggul, dada dan akhirnya membuat badanku kejang-kejang tanpa bisa aku kendalikan. Aku orgasme.. Desahan panjang menandakan orgasmeku bersamaan dengan mengucurnya cairan cintaku membasahi selangkangan. Cairan bening dari memekku mengucur deras membasahi mulutnya. Segera dilepaskannya mulutnya dari memekku. Kubuka pahaku dengan lebar sehingga cairanku mengalir keluar dengan sendirinya.

Aku menatap langit-langit kamarku, sungguh indah permainannya di selangkanganku tadi. Mataku menatapnya. Kulihat mukanya sangat merah. Dia pasti sangat bernafsu melihat kondisiku. Dan satu hal yang pasti, dia pasti ingin sekali merasakan jepitan memekku di penisnya. Tapi dia belum melakukanya. Stanco memberikan handuk kepadaku untuk menyeka keringat. Lalu memberiku minum air putih untuk mengisi kerongkongan yang sudah kering akibat aku berteriak-teriak dari tadi.

Aku semakin kagum dibuatnya. Dia memberikan kenikmatan kepadaku terlebih dahulu dan tak mau memaksaku. Dia memberikanku waktu istirahat. Sungguh gentleman sikapnya. Aku mulai menyukainya, aku ingin membalas kenikmatan yang diberikannya padaku. Maka kudekati dirinya yang kini duduk di sisi ranjang. Aku tersenyum padanya. Segera kulumat bibirnya dengan lembut. Dia membalasku. Sambil berciuman dengannya, perlahan-lahan tanganku beralih ke balik CD-nya. Kuremas benda itu. Dia mendesah sambil kembali menyerang dadaku. Merasa terhalang oleh CD-nya, Stanco lalu melepas penutup penisnya itu. Aku dapat melihat batangnya yang sudah menegang. Lumayan besar dan kokoh. Lebih besar daripada milik Alan.






Tanpa menunggu lama, kembali kuremas penisnya. Kukocok-kocok ke atas dan ke bawah. Hal itu membuatnya semakin mendesah. Aku ingin memuaskannya sama seperti dia telah memuaskanku tadi. Maka segera aku bersimpuh di lantai, kepalaku tepat berada di depan penisnya. Aku menatapnya dengan tersenyum nakal. Dia hanya menatapku sambil menanti tindakanku selanjutnya. Kontolnya yang hampir berukuran maksimal hanya berjarak beberapa inci berdiri di depan mukaku. Dia memegangi batang penisnya memakai tangan kanannya sedang tangan kirinya membelai rambutku. Kemudian aku buka mulutku, aku jilat sedikit kepala penisnya. Hangat dan membuatku ketagihan. Aku mulai berani menjilat lagi, terus dan terus. Stanco hanya duduk di tepi ranjang, kedua kakinya dibiarkan telentang. Dia menikmati mulutku yang mulai bekerja.

Mula-mula aku cuma menjilati, lalu aku mulai mengulum kepala penisnya, aku hisap sedikit terus kumasukkan semuanya ke mulutku. Kepala penisnya sudah menyodok ujung mulutku, tapi masih ada sisa sedikit lagi. Aku tidak memaksakan, aku gerakkan naik-turun sambil aku hisap dan sesekali aku gosok batang penisnya memakai tangan kiriku. Harus kuakui bahwa dalam urusan oral sex, aku bukanlah ahlinya. Tapi Stanco sepertinya puas juga dengan permainanku. Dia memperhatikan bagaimana aku meng-'karaoke' dia. Dia menggumam tak jelas setiap kali lidahku menyentuh ujung batangnya sambil sesekali membuka mulut. Aku mulai bisa menikmati bagaimana enaknya mengoral penis laki-laki, apalagi dari orang yang mulai kusukai ini. Tak terasa nafsuku kembali mulai bangkit. Aku tak tahan melihat desah kenikmatan darinya kala penisnya kuoral.

Sekitar 5 menit kemudian akhirnya Stanco tidak tahan. Sepertinya dia tidak mau cepat-cepat orgasme sebelum berlanjut ke permainan yang lebih intim. Kemudian dia berdiri, didorongnya badanku ke lantai sampai aku telentang. Lantai kamarku dilapisi oleh permadani yang sangat empuk, barangkali sama empuknya dengan kasur (walau mungkin juga tak seempuk spring bed-ku), maka aku tak menolak jika dia membaringkanku di sana.

Diambilnya 2 buah bantal besar untuk menyangga kepalaku. Kemudian dia bersimpuh di lantai. Dibukanya pahaku agak lebar dan dijilatinya sekali lagi memekku yang mulai kebanjiran. Lalu dipegangnya penisnya yang sudah sampai ke ukuran maksimal. Aku menanti dengan perasaan berdebar-debar. Dia mengarahkan penisnya ke memekku, tapi tidak langsung dia masukkan. Terlebih dulu dia gosok-gosokkan kepala penisnya ke bibir memekku hingga kembali sarafku terangsang dibuatnya. Beberapa detik kemudian baru dia dorong penisnya ke dalam. Seperti ada sesuatu yang memaksa masuk ke dalam memekku, menggesek dindingnya yang sudah dibasahi lendir.

Memekku sudah basah, tapi tetap saja tidak semua penis Stanco yang masuk. Paling hanya setengahnya. Dia tidak memaksa, dia hanya mengocok-ngocok penisnya di situ-situ juga. Aku mulai berkejap-kejap lagi merasakan bagaimana nikmatnya penisnya menggosok-gosok dinding memekku yang sempit itu. Aku merasakan benar-benar nikmat. Waktu aku asyik merem-melek, tiba-tiba penis Stanco memaksa masuk terus melesak ke dalam memekku.

"Aw.. Ah.." aku tak kuasa untuk tidak menjerit kala akhirnya penisnya melesak semuanya ke memekku.

Uuhh.. Aku merasakan nikmat desakan batang yang hangat panas memasuki lubang kemaluanku. Sesak. Penuh. Tak ada ruang dan celah yang tersisa. Daging panas itu terus mendesak masuk.

"Nikmat sekali memekmu, Al" ujarnya bergetar.

Aku hanya bisa memelototkan mata ke arahnya, tidak tahu harus berbicara apa. Yang penting aku ingin segera menikmati indahnya dunia. Stanco sendiri juga mengerang nikmat akibat himpitan dinding memekku. Stanco mengerti akan keinginanku yang ingin segera dipuaskan, maka dia mulai menggerakkan pinggangnya naik-turun. Kontolnya menggesek-gesek memekku dengan pelan dan lambat. Ditariknya pelan kemudian didorongnya. Ditariknya pelan kembali dan kembali didorongnya. Begitu dia ulang-ulang dengan frekwensi yang semakin sering dan semakin cepat.

Stanco semakin cepat dan semakin keras mengocok memekku. Aku sendiri sudah berkejap-kejap karena tidak tahan merasakan nikmat yang terus-terusan mengalir dari dalam memekku. Toketku bergoncang-goncang, rambutku terurai, keringatku, keringatnya mengalir dan berjatuhan di tubuh masing-masing. Mataku menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong, dan mata Stanco sama-sama melihat ke atas dengan hanya menyisakan sedikit putih matanya.

"Ahh.. Ahh.. Terus.. Stan.. Terus.." jeritku.

Aku tidak bisa tidak mendesah setiap kali dia mengentotku. Suaraku membahana di seluruh kamar. Malah terkadang aku harus menggigit bibir atau jari. Dia semakin cepat memaju-mundurkan penisnya hingga hal ini menimbulkan sensasi nikmat yang terus menjalari tubuhku. Tidak beberapa lama kemudian, kedua pergelangan kakiku dipegang olehnya. Stanco lalu menaikkan kedua betisku ke bahunya. Tanpa menunggu lama dia kembali menyentuhkan kepala penisnya ke bibir memekku.

"Shh.." desahku sambil menggigit bibir atasku.

Aku meringis dan mengerang saat liang senggamaku yang masih rapat diterobos benda itu lagi hingga tubuhku kembali menegang sambil meremasi bantal di sampingku. Dengan posisi seperti itu penisnya lebih dalam menyentuh rahimku. Kemudian dengan frekwensi yang tinggi disodok-sodokkannya penis itu. Dadaku semakin bergerak liar ke atas dan ke bawah. Matanya menatap tajam ke arah dadaku yang bergerak-gerak, aku sangat menikmati matanya yang melotot hampir keluar itu saat dadaku bergerak dengan indahnya. Aku sudah tidak bisa melukiskan lagi kenikmatan yang kualami.

Kenikmatan yang kurasakan semakin bertambah kala tangannya mulai meraba dadaku yang bergoyang-goyang. Diremasnya kedua toketku yang kiri dan yang kanan secara bergantian. Dipelintir-pelintirnya putingku dengan gemasnya.

"Ayo.. Stanco.. Puaskan aku.. Oh.. Oh.." aku mulai liar.
"Puaskan.. Aku.. Sayang.. Ayo.." kembali aku mendesah-desah dengan ribut.

Remasannya kurasakan semakin intens di dadaku bahkan kini cenderung kasar. Dia mulai menarik-narik buah dadaku sesukanya. Aku semakin menjerit kesakitan, tapi tak sebanding dengan kenikmatan yang kurasakan di bawah sana. Untung saja lantai kamarku dilapisi bahan yang sangat lembut, kalau karpet biasa pasti aku tidak akan merasakan kenikmatan sehebat ini.

Stanco menaikkan tempo permainannya. Disodoknya aku sambil sesekali digoyangnya ke kiri dan kanan untuk variasi, tak ketinggalan tangannya meremasi pantatku yang montok. Aku semakin menggeliat keenakan, desahannya pun semakin mengekspresikan rasa nikmat yang luar biasa. Sepertinya sebentar lagi aku akan 'keluar', maka aku ikut menggoyangkan pantatku sehingga terdengar suara badan kami beradu tak beraturan yang bercampur baur dengan erangan kami. Ranjang di depanku kulihat semakin lama semakin kabur, sementara rasa nikmat semakin menohok jiwaku. Demikian terus secara beruntun, semakin cepat, semakin cepat, cepat dan cepat.

Sampai akhirnya kurasakan suatu ledakan di relung sanubariku. Aku orgasme dalam waktu yang tidak terlalu lama. Pengaruh alkohol membuatku orgasme dengan cepat. Kurasakan cairan memekku mengalir dengan deras membasahi penisnya yang masih tegang.

"Oohh..!" desahku dengan tubuh menegang dan mencengkeram lengannya.

Tubuhku lemas sekali setelah sebelumnya mengejang hebat hingga keringatku sudah menetes-netes. Nikmat.. Namun sepertinya Stanco masih belum selesai. Hal ini tampak dari penisnya yang masih tegang. Sungguh hebat laki-laki ini, batinku, aku sudah orgasme dua kali sedangkan dia satu kali pun belum. Tapi aku tahu bahwa dalam kondisi normal (tidak mabuk seperti saat ini), aku pasti masih bisa mengimbanginya.

Stanco sangat perhatian kepadaku, dia tidak mau memaksakan nafsunya kepadaku, walau aku tahu bahwa libidonya sudah tinggi sekali, tapi dia masih sabar menuntunku ke kondisi normal. Hal itu sungguh sikap yang jantan. Aku merasa sangat nyaman berada di dekatnya. Aku cuma diangkat dan dibaringkannya di atas ranjang. Lumayan, aku bisa beristirahat sebentar karena dia sendiri mengatakan lelah walau masih belum keluar. Tubuh telanjangku tergeletak tak berdaya di tengah-tengah ranjang. Aku sudah tidak risih lagi kala tatapannya nanar menatap ke seluruh tubuhku, terlebih-lebih ke arah dadaku yang bergerak-gerak dengan perlahan seiring dengan tarikan nafasku. Kami menghimpun kembali tenaga yang tercerai-berai.

Selang beberapa saat, Stanco mulai beraksi lagi. Tampaknya dia sangat penasaran hingga dia memagut bibirku yang kubalas dengan tak kalah hot. Aku memainkan lidahku sambil tanganku memijat penisnya yang masih tegang. Kali ini dia tidak lagi meraba dadaku atau tubuhku yang lain, malah dia membalikkan tubuhku. Kutelungkupkan tubuh telanjangku di tengah ranjang dan meletakkan kepalaku di atas bantal. Aku sudah pasrah mau diapakan saja olehnya.

Stanco menaikiku lalu mencium juga mengelusi punggungku. Aku mendesah merasakan rangsangan erotis itu. Ciumannya semakin turun sampai ke pantatku. Disapukannya lidahnya pada bongkahan yang putih sekal itu, diciumi, bahkan digigit sehingga aku menjerit kecil.


Ke Bagian 3

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.