kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru Ughtea Liza PEMERSATUDOTFUN

Ughtea Liza

Tidak ada voting
Ughtea, Liza
Ughtea Liza
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Ughtea, Liza yang ada pada kategori COLMEK, EXCLUSIVE CONTENT, JILBAB, SKANDAL, TEEN, VIRAL published pada 11 Agustus 2024 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming Ughtea Liza secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Cerita Dewasa:


Mbah Blabar Dukun Cabul - 4


Dari bagian 3


Dan dijulurkannya lidahnya. Mbah Blabar mulai menyapu gundukkan toket yang mulus bagai pualam china itu. Ayu menjerit kecil. Kenikmatan surgawai langsung menyergap sanubarinya. Tangannya mencengkeram tepian bale-bale menahan gereget dari hasratnya yang menggelegak. Sapuan lidah Mbah Dukun ini langsung mengobarkan nafsu birahinya. Tubuhnya menggeliat. Jeritannya memenuhi ruang sempit berasap dupa ini.

Burhan yang mengikuti apa yang berlangsung sejak tadi kembali terpukau. Nampaknya istrinya sedang meretas jalan birahinya kembali. Dia tahu jeritan macam itu adalah jeritan Ayu saat dilanda nikmat yang tak bertara. Burhan yakin bahwa sapuan lidah Mbah Blabar memang sangat akan membuat istrinya kelojotan. Jeritan istrinya serasa langsung membangunkan hasrat syahwatnya kembali. Kembali tangannya mengelusi kemaluannya.

Memang kontolnya ini tak sehebat kontol Mbah Blabar, namun Burhan ingat betapa istrinya juga kelojotan menganggung nikmat saat malam pertama perkawinannya dulu. Dielusinya kemaluannya sambil khayalnya terbang mengikuti matanya yang melotot mengawasi ulah Mbah Dukun bersama istrinya itu.

Rupanya Mbah Blabar tak hanya mencium, menjilat dan mengeyoti toket Ayu. Kini wajahnya terlihat melata ke bawah. Perut dan puser Ayu menjadi sasaran rambahan ciuman Mbah Blabar.

Dan Ayu kini bukan lagi hanya meremasi tepian bale-bale tetapi sudah menjamah kepala Mbah Dukun dan meremasi rambutnya. Dan bukan itu saja, direnggutnya sarung penutup tubuh bawahnya berikut sekaligus celana dalamnya dan kembali dilemparkannya ke lantai.

Tepat di depan hidung suaminya Ayu kini benar-benar telanjang dalam dekapan Mbah Dukun tanpa secuil benangpun pada tubuhnya. Dan dengan desahan yang bertubi nampaknya tangannya itu mendorong agar rambahan bibir Mbah Blabar turun lagi menuju ke bukit dan lembah kemaluannya. Dia tekan kepala Mbah Dukun untuk menjilati jembutnya. Dia desakkan wajah Mbah Dukun agar menciumi dan menjilat-jilat memeknya.






Diangkat-angkatnya pantatnya seakan hendak menjemput jilatan Mbah Blabar. Dia sorong-sorongkan kemaluannya dan tekan ke wajah Mbah Dukun ini. Ayu telah sepenuhnya dikuasai nafsu birahinya. Dia tak lagi pertimbangkan adanya Burhan suaminya. Kalau toh sesekali terlintas dia hanya kembalikan bahwa semua ini terjadi karena keinginan Burhan sendiri.

Tentu saja nafsu Ayu ini menjadi puncak kenikmatan syahwat Mbah Blabar. Di turuti dorongan tangannya untuk menjilati kemaluan istri Burhan ini. Dan saat bibirnya menyentuh bibir memek Ayu tak ditunda lagi, Mbah Dukun langsung menyedot-sedot memek Ayu. Dia rasakan becek yang deras membasahi gerbang memek perempuan ayu ini. Ditengah pedihnya jambakan rambut Ayu dengan sepenuh kerakusannya Mbah Blabar menjilati-jilat hingga kering cairan birahi Ayu.

"Ammpuunn.. Mbahh.. Enak bangeett.. Terusi ya Mbaahh..." rintih iba Ayu.

Dan kini Mbah Blabar kembali dengan perintahnya. Dia bangkit merangkaki tubuh Ayu. Naik hingga wajahnya berhadapan dengan wajah istri Burhan itu,

"Kini saatnya bibir bawahmu mengambil obat dari tubuhku. Aku akan memberikan bimbingan dan petunjuk"

Selepas ucapan itu Mbah Dukun meraih paha Ayu dan dengan pasti merenggangkannya. Dielusinya memek Ayu. Dicelupkannya jari telunjuk serta jari tengahnya ke liang memek itu kemudian ditariknya. Nampak lumuran getah birahi terbawa ke jari-jari itu. Mbah Dukun membawanya ke mulutnya untuk dikemot dan diisep-isepnya,

"Lihat, Neng Ayu sudah suci sekarang. Semua kotoran telah lepas dari tubuh Neng. Ayo.. Ambillah obat itu.." kata terakhir ini disertai gerakannya yang mendekatkan dan mendorong kontolnya ke liang memek Ayu. Kontol itu pelan tetapi pasti dia tekan untuk menembusinya.

Ayu yang memang sudah sangat mendambakan nikmat syahwati tak ayal lagi. Dijemputnya kontol Mbah Blabar. Pantatnya menaik dan tangannya menepatkan arahnya. Kontol itu langsung blezz.. Tertelan masuk ke dalam memek ayu yang telah licin oleh cairan memeknya yang membanjir. Kontol yang begitu gede dan panjang nampak menyusup pelan mengisi dinding-dinding peka memek Ayu. Terdengar jerit kecil Ayu dan dengus liar Mbah Dukun. Kedua orang yang satu pelukan itu menemukan kenikmatannya masing-masing.

Sementara itu Burhan terus mengelusi kontolnya sendiri sambil khayalnya membubung tinggi. Dia merasakan betapa nikmat Ayu ditembusi kontol segede itu. Dan dia juga merasakan betapa Mbah Dukun kontolnya tercengkeram ketat oleh kemaluan istrinya. Burhan semakin mempercepat kocokkan kontolnya. Dia ingin meraih nikmat bersama istrinya yang sedang dientot Mbah Blabar.

Kini yang terlihat adalah Mbah Dukun mengayun-ayunkan bokongnya naik turun dan Ayu menggoyang-goyangkan pantatnya. Burhan menyaksikan betapa kontol gede Mbah Dukun ditelan lahap oleh memek istrinya. Dia saksikan bibir memek Ayu yang termonyong-monyong keluar masuk karena mesti menampung batangan besar yang menyarat di memeknya.

Akhirnya Mbah Dukun meracau,

"Enak Neng.. Enaakk?? Enak mana sama punya suami Nengg..?? Enak manaa..??" racaunya itu nyata terdengar oleh kuping Burhan. Namun Burhan sendiri sudah abai. Dia telah menemukan identitasnya sendiri. Bagi Burhan adalah 'kenikmatanmu adalah kenikmatanku juga'.

Dan tiba-tiba Mbah Blabar membalikkan tubuhnya,

"Sekarang Neng.. Sekarangg..!! Neng yang harus mengambilnya sendiri. Sekarang nengg..!!"

Tanpa melepaskan kontolnya dari cengkeraman memek Ayu dia angkat istri Burhan itu untuk menindih tubuhnya. Kemudian diajarkannya sesaat bagaimana Ayu mesti mengayun-ayunkan pantatnya agar memeknya bisa menjemput sendiri obatnya dari lubang kontolnya.

Ayu memang cepat belajar. Apa yang diperintahkan Mbah Dukun langsung dia laksanakan. Dia kini berada diatas tubuh Mbah Blabar dengan memeknya yang tetap mencengkeram kontol dukun itu. Dan rasa gatal pada dinding-dinding memeknya yang hinggap demikian hebatnya mau tidak mau Ayu mesti mengayun untuk menggosokkan rasa gatal itu. Bahkan bukan hanya itu. Untuk menyalurkan semua hasrat birahinya yang berlimpah bibir ayu dengan cepat memaguti bibir Mbah Blabar. Keduanya benar-benar tenggelam dalam kobaran semangat syahwati.

Dan Burhan seakan diberikan penampakkan yang sama sekali belum pernah diketaui dan di alaminya. Dia kini menyaksikan bahwa lubang memek istrinya yang sempit itu ternyata mampu menampung batangan gede panjang milik Mbah Blabar. Setengahnya bertanya, kemana kontol itu ditelan.

Dan yang lebih mempesonakan birahi Burhan adalah saat kontol itu keluar masu dijemputi memek istrinya. Batangnya berkilatan oleh basah lendir birahi keduanya. Dan bibir memek Ayu yang setiap dorong dan tarik memperlihatkan betapa sesaknya dengan pinggirannya setiap kali terbawa masuk dan keluar pula. Pemandangan itu membuat Burhan mendapatkan ejakulasinya lebih cepat. Sperma Burhan muncrat-muncrat dan kembali mengotori lantai Bale Semadi yang sempit itu.

Dan Mbah Blabar bersama Ayu terus meracau tentang nikmatnya kontol gede serta memek yang legit hingga puncak nikmat mereka mendekat. Saat Ayu didekati orgasmenya dia peluk erat punggung Mbah Blabar. Dia cengkeramkan kukunya hingga menembusi daging punggung itu. Dia mencakar sambil berteriak histeris,

"Mbbaahh.. Kontol Mbah enaakk buangeett.. Mbaahh.."

Tak ayal pula punggung Mbah Blabar langsung menanggung cakaran dan terluka. Goresan merah darah merembesi punggung dukun tampan itu. Namun sakitnya itu langsung terobati. Jepitan legit memek Ayu membuat Mbah Blabar memuncratkan kembali air maninya yang berlimpah. Ejakulasi yang kedua Mbah Blabar memberikan nikmat yang tak terperikan.

Pengobatan Mbah Blabar pada Ayu selesai tepat 2 jam sejak diawalinya pada jam 9 malam tadi. Kini, sesudah Ayu membersihkan tubuhnya dengan mandi air kembang yang disediakan asisten Mbah Dukun, di ruang kerjanya Mbah Blabar memberikan nasehat kepada pasangan suami istri itu,

"Aden dan Neng, jangan lupa nanti malam sepulang dari sini, Aden harus langsung tidur sebagaimana suami istri. Usahakan setidaknya selama 3 hari beturur-turut. Mudah-mudahan atas bantuan jin Soni dan leluhur Mbah, cucuku akan selekasnya diberi anak," begitulah pesan singkat Mbah Blabar.

Sebelum Burhan menanyakan Mbah Blabar sudah mendahului,

"Soal ongkos, sementara Aden dan Neng jangan pikirkan dulu. Nanti kalau berhasil boleh Aden dan Neng kembali kemari sebagai kaul akan keberhasilannya itu"

Burhan menjadi semakin kagum akan Mbah Dukun ini. Sudah menolong, tetapi nggak mau dibayar, begitu pikirnya.

Sementara pikiran Ayu, "Apakah cukup dengan sekali berobat, Mbah??". Namun itu pikiran yang tak terucapkan.

Sembilam bulan lebih sepuluh hari sesudah peristiwa itu Ayu melahirkan anak lelaki yang sangat tampan. Burhan merasa puas walaupun anaknya tidak begitu mirip dengannya. Sebagai ayah dia telah membuktikan bahwa mampu memperpanjang darah dan keturunannya.

Mertua Ayu juga langsung menyayangi Ayu dengan sepenuh hati. Sebagai menantu dia mendapatkan kemanjaan sebagaimana anaknya sendiri.

Adapun Ayu masih penasaran dan selalu terngiang akan pesan Mbah Blabar, "Nanti kalau berhasil boleh Aden dan Neng kembali kemari.."

Ayu ingin punya anak lagi. Dan yakin Mbah Blabar pasti mau menolongnya lagi.

*****

Jakarta, September 2004.


E N D


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.