Cerita Dewasa:
Mbah Blabar Dukun Cabul - 3
Dari bagian 2
"Sabar Neng.. Nanti juga Mbah kasih obatnya.." jawaban Mbah yang terasa teduh di telinga Ayu.
Selaku dewa penolong Mbah Blabar melepaskan lipatan kakinya dan menggeser duduknya lebih mepet ke tubuh Ayu. Burhan kaget menyaksikan sepintas celana kolor hitam Mbah Blabar nampak menggunung. Dia pastikan itu kemaluan Mbah Dukun yang sudah ngaceng. Aacchh..
"Sabar ya Neng.. Mbah lagi siap-siapkan obat untuk Neng," dengan tangannya yang terus meremasi buah dada Ayu dengan bibirnya yang tak lagi lepas dari pagutan di kuduk dan bahu istri Burhan itu kini juga nampak pantatnya maju mundur. Mbah Blabar mendorong-dorongkan selangkangannya lebih lengket ke bokong Ayu.
Ayu memang telah mulai terseret dalam ayunan birahinya. Dia telah sepenuhnya untuk menjalani syarat apapun yang diminta Mbah Blabar. Dia juga ingin menunjukkan pada Burhan bahwa dia berani menerima apa yang diminta Mbah Dukun.
"Ammpuunn.. Mbahh.. Saya nggak tahan lagi nihh.." sangat iba suara Ayu.
"Yaa.. Yaa.. Neng sabarr.." kini Mbah Blabar bangkit dari tikarnya.
Dia pindah ke depan Ayu. Tidak duduk namun ngangkang tepat di muka wajah Ayu. Sambil dia mencari posisi tangannya nampak membetulkan letak celana kolornya yang gombrang atau longgar bagian bawahnya Mbah Blabar merogoh dan mengeluarkan kontolnya.
"Neng.. Sekarang saatnya Neng mengambil obatnya. Lihat nih Neng.." dia sodorkan kemaluannya yang tegak kaku dan hitam berkilatan ke wajah Ayu. Ayu yang semula setengah menutup mata kini terbelalak. Dia tidak menduga bahwa Mbah Blabar akan berbuat ini padanya. Namun kekagetannya itu langsung berubah menjadi terpesona.
Ayu menyaksikan kemaluan lelaki yang sangat menggetarkan sanubarinya. Kemaluan macam itu belum pernah terbayangkan. Mencuat ngaceng dan gede, kepalanya mengkilat dengan lubang kencingnya yang berupa sobekkan menganga yang sangat menantang. Dan karena begitu dekat dengan wajahnya aroma kemaluan Mbah Blabar juga langsung menerpa hidungnya.
"Disini Neng.. Neng Neng ambil sendiri.. Pakai mulut Neng yaa.. Nanti juga obatnya muncrat keluaarr.." jawab Mbah Dukun dengan suaranya yang bergetar.
Disodorkannya kontolnya ke bibir mungil si Ayu.
"Ayoo.. Isep-isep.. Biar cepat muncrat.. Biar cepat selesai obatnyaa.." bujuk Mbah Blabar yang tersendat-sendat karena menahan gejolak syahwatnya.
Terus terang Burhan seakan disambar petir. Melihat apa yang dilakukan Mbah Blabar dan apa yang harus dilakukan istrinya sungguh diluar pikiran dia. Dia baru paham ucapan dukun ini. Bahwa obatnya ada dalam diri Mbah Dukun dan istrinya mesti mengambil obatnya sendiri dengan mulut atas dan mulut bawahnya. Jadi macam inilah yang disyaratkan Mbah Blabar serta yang sekarang mesti dilakukan oleh Ayu dengan cara mengisep kontolnya Mbah Dukun.
Namun yang memukul Burhan lebih dahsyat lagi adalah menyaksikan istrinya Ayu yang tanpa ragu meraih kemaluan Mbah Blabar yang ukurannya sangat gede dan panjang itu. Kenapa dia berlaku seperti itu di depan matanya. Adakah dia telah diguna-guna dukun ini? Dia sama sekali nggak tahu mesti berbuat apa. Dia nggak berani bereaksi khawatir dan takut akan kemarahan jin Soni.
Memang semula Ayu terkaget saat dihadapkan pada apa yang dimaksud Mbah Dukun, mesti mengisep-isep kontol Mbah Blabar untuk mengambil obat itu dengan mulutnya. Namun setelah menyaksikan, seakan dia tersihir, kontol Mbah Blabar ini sangat mempesona. Jantungnya jadi tergetar. Matanya terpaku tak mampu melepaskan pandangannya dari kemaluan yang gede dan indah itu.
Selama usia perkawinannya yang lebih 5 tahun Ayu tak pernah turun dan menciumi apalagi mengisep-isep kemaluan Burhan suaminya. Alasan utamanya adalah perasaan jijik. Namun sekarang tiba-tiba dia dihadapkan keharusan untuk mengisep kontol lelaki lain. Namun aroma kemaluan itu ternyata telah mengusik nurani Ayu. Kini dia begitu berhasrat untuk mencium atau menjilat-jilat kemaluan yang mempesona itu.
Tetapi dia merasa berada dipersimpangan. Adakah hal ini bisa dianggap pengkhianatan tanpa ampun di mata suaminya. Dia ingin pastikan hal itu dari Burhan suaminya yang kini terseok di pojok dinding kamar sempit ini. Dia menoleh ke arahnya. Matanya bertanya.
Akhirnya pikiran dan hati Burhan pasrah. Apa yang sedang terjadi tak bisa terhindarkan lagi. Dan apa yang tengah berlangsung akan terus berlangsung. Hal ini membuat keadaan Burhan kini jadi ikut terhanyut. Malahan dia kini ingin selekasnya menyaksikan bagaimana istrinya menerima nikmat syahwat dari Mbah Blabar. Dia ingin menyaksikan bagaimana kontol Mbah Blabar dalam kuluman istrinya. Ingin menyaksikan memek Ayu istrinya itu dia aduk-aduk dan ditembusi kontol Mbah Dukun ini.
Saat Ayu menengok ke arahnya, dia tak berani menatapnya. Namun dia berusaha untuk tidak menunjukkan sikap marah atau cemburu. Burhan berharap Ayu tahu dengan sendirinya untuk meneruskan apa yang memang dia harus teruskan. Beberapa detik berikutnya mata Burhan menyaksikan tangan Ayu menjamah kemudian menggengam batangan besar dan panjang milik Mbah Blabar. Kontol itu diarahkan ke bibirnya. Ayu membuka mulutnya. Dia mulai menjilat.
"Add.. Duuhh.. Neng.. Add.. Dduuhh.. Nengg.. Jangan kaget ya Neng.. Mungkin Mbah nanti akan berteriak atau merintihh.. Karena Mbah akan kesakitan saat obat-obat Neng keluar dari tubuh Mbahh.."
Edan. Mbah Blabar ini benar-benar edan. Tipuan-tipuannya begitu saja bisa masuk akal bagi para korbannya. Dengan lidah dan mulutnya yang sibuk menjilati dan menciumi batang kontol gede itu, Ayu mengangguk-angguk mendengar desah dan racau Mbah Blabar.
Tangan Mbah Dukun mulai meraih kepala dan rambut Ayu. Dia seakan membantu dengan cara menekan-nekan kepala Ayu untuk keluar masuk memompa kontolnya ke mulutnya. Mbah Dukun juga memaju mundurkan pantatnya. Nampak celana kolor gombrangnya melambai-lambai oleh gerakan Mbah Dukun.
Tak terlampau lama. Sekitar 5 menit Ayu mengulum, kontol Mbah Blabar semakin membesar dan mengeras. Kocokkan maju mundur bokong Mbah Blabar makin cepat. Remasan rambut kepala Ayu semakin pedih terasakan. Mbah Blabar menengadah ke langit-langit sambil matanya setengah tertutup. Saraf-sarafnya seakan dijalari sejuta semut merah. Kegatalan merambati saraf-saraf pekanya. Sperma Mbah Dukun melaju menuju puncak syahwat. Ayu merasakan apa yang sedang dan akan terjadi. Dia mempercepat pompaan mulutnya. Dan akhirnya..
"Telaann.. Nnee.. Neng.. Telann.. Telan.. Minum semuanya.. Itu obatnya nengg.."
Ayu gelagapan saat pejuh hangat dan kental muncrat dai kontol Mbah Blabar. Tanpa ragu dia telan seluruh cairan yang menumpahi rongga mulutnya itu. Ayu juga melenguh.. Gelagap dan meracau. Ayu merasakan kenikmatan tak terhingga saat sperma Mbah Blabar tumpah disertai jambakkan tangan yang pedih oleh Mbah Dukun pada kulit kepalanya.
Sementara di sudut dinding sana ternyata Burhan juga nampak langsung rubuh ke lantai. Dia melototi saat menyaksikan mulut istrinya yang penuh terjejali kontol Mbah Dukun. Hasrat seksualnya langsung menggelegak tanpa mampu menahannya. Dia cepat keluarkan kemaluannya dan melkuakn masturbasi. Bersamaan dengan muncratnya sperma Mbah Blabar di mulut Ayu, muncrat pula sperma Burhan mengotori lantai Bale Semadi. Dalam tergolek di lanati Burhan mengerang nikmat..
Keadaan ruang sempit itu sesaat hening. Yang masih bergerak hanyalah kepulan asap dupa. Yang kemudian terasa masuk ke pendengaran berikutnya adalah suara-suara kodok atau jengkerik di kebon yang berbatas dinding bambu Bale Semadi itu. Juga terdengar sekali dua geremang dan geseran kursi atau beradunya cangkir kopi di ruang tamu dimana pasien Mbah Blabar masih banyak yang menunggu.
Beberapa menit berlalu, Mbah Dukun nampak menggeliat bangkit dari tikar diikuti Ayu. Jelas keduanya masih dikuasai nafsu penasaran. Kenikmatan yang diteguknya beberapa menit yang lalu merupakan sarana perdana untuk kenikmatan pada menit-menit berikutnya. Kini Mbah Dukun memandang tajam ke Ayu,
"Sarat-sarat pengobatan Neng belum seluruhnya dipenuhi. Coba Neng rebahan telentang di tikar pandan ini.. Mbah harus membersihkan kotoran yang tertinggal di tubuh Neng"
Sesudah mengelap ceceran sperma lengket dari Mbah Dukun yang tertinggal di pipi, dagu dan sebagian lain tercecer di dadanya Ayu kembali mengikuti bimbingan Mbah Blabar. Situasi diri Ayu masih dalam keadaan hasrat syahwat tinggi yang menggelegak. Dia masih menanggung gejolak birahi yang harus dituntaskan. Dan kini dia telah telentang berbaring di tikar pandan itu. Nampak buah dadanya yang membusung nampak ranum dan getas. Boba susunya yang sebesar pucuk jari kelingking kemerahan menantang ke langit-langit Bale Semadi itu. Mbah Dukun tahu persis, ini adalah boba susu perempuan yang belum pernah menyusui.
Dengan tenaga dan staminanya yang seakan tak pernah kendor mata Mbah Dukun nampak meliar. Jakunnya naik turun. Dia siap mengenyoti toket itu. Rasanya boba kemerahan itu akan membuat Ayu bergelinjangan saat kena kenyotan bibirnya nanti. Wajahnya merunduk mendekat ke dada Ayu.
"Sabar ya Neng.. Mbah biar bikin bersih dulu sebelum nanti Neng mendapatkan obat dari Mbah. Mbah akan sedot kotorannya"
Ke bagian 4