Cerita Dewasa:
Internet Friend 01
Anggap saja namaku Rini. Tahun ini aku berusia 25 tahun. Pertualangan cintaku cukup banyak, setidaknya menurutku. Kebanyakan cowok-cowok yang pernah bercinta denganku kukenal dari internet. Salah satunya bernama Francis, dia berumur 30 tahun, orang Singapore yang datang ke Jakarta untuk bisnis. Aku mengenalnya cukup lama via internet sebelum bertemu dengannya. Saat itu aku sedang kesulitan keuangan (sekarang pun sebenarnya masih) dan dia menawarkan bantuan. Maka dari itu aku tidak keberatan ketika dia minta bertemu di kamar hotelnya setelah ia selesai meeting dengan partnernya. Saat itu umurku sekkitar 23 tahun.
Setelah kutunggu-tunggu akhirnya teleponku berdering menjelang tengah malam. Ternyata dari Francis. Sebetulnya dia kurang setuju aku ke hotelnya sendirian pada tengah malam begitu. Tapi kuyakinkan dia bahwa aku telah terbiasa keluar malam dan taksi yang kugunakan adalah taksi yang terkenal amannya, Blue Bird.
Menjelang jam satu subuh aku tiba di hotel tempat dia menginap. Hotelnya terletak daerah Slipi. Tidak terbayangkan olehku kalau Francis orangnya cukup tampan, tinggi dan putih bersih. Senyumnya yang khas sempat membuatku simpatik padanya. Kami pun ngobrol di dalam kamarnya yang lumayan luas. Pertama dia sibuk dengan note book-nya mengerjakan perkerjaannya, sedangkan aku duduk di atas ranjang asyik dengan acara TV yang 24 jam. Setelah dia selesai dengan pekerjaannya, dia pun menfokuskan perhatiannya kepada ceritaku. Bagaimana aku bisa kesulitan uang dan berhutang hingga berpuluh juta. Aku bercerita sampai aku menangis. Dia pun memelukku menenangkan diriku.
Tidak lama kemudian, dia permisi ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Sebelumnya dia mengenakan jeans dan kaos oblong. Dia hanya mengganti celana jeans-nya dengan celana pendek. Dengan santai ia membaringkan dirinya di atas ranjang sembari memelukku. Lalu aku mulai bercerita tentang masa laluku yang cukup kelam. Bagaimana aku merasa canggung orang memperlakukanku karena aku mempunyai toket yang cukup besar (36C).
"Sebesar itukah toket kamu?", tanyanya setelah aku menjawab pertanyaannya mengenai ukuran BH-ku.
Aku tersenyum dan mengangguk.
"Boleh aku melihatnya?"
Kutarik leher kaos oblongku hingga ia dapat mengintipnya sedikit.
"Wow, emang besar!", decaknya, akupun tertawa.
"Ada orang punya yang lebih besar dariku dan lebih indah!", tanyaku penasaran.
"Setidaknya toketmu yang terbesar yang pernah kulihat!", gelaknya, lalu mulai lancang meremas toket kiriku dengan tangan kanannya. Aku tidak menepis tangannya malahan merapatkan diri. Reaksiku membuat dia tambah berani. Dia mencium bibirku dan lidahnya dengan lincahnya masuk mempermainkan lidahku. Kusambut ciumannya tidak kalah hotnya. Kunikmati sentuhan yang ia berikan pada toketku. Jarinya mulai meremas bobaku.
"Ohmm" aku mulai merintih nikmat. Kurasakan celana dalam yang kukenakan di balik celana jeans-ku mulai basah. Dengan bantuannya aku melepaskan kaos oblongku dan dia pun demikian. Aku merasakan hangatnya kulitnya ketika kulit kami bersentuhan. Ditariknya salah satu tali BH-ku ke bawah sehingga salah satu bobaku menyembul keluar menantang di matanya. Langsung saja dia melahap bobaku dengan mulutnya. Bobaku dihisapnya dan dimain-mainkan dengan lidahnya. Aku pun merintih lagi dan meremas rambutnya. "Ohh.. Franciss.. nikmat sekali.. oohh."
Bobaku yang satunya tidak lolos dari remasan tangannya. Aku mulai meronta kegelian dan kenikmatan. Tanganku pun turun menelusuri punggungnya sebelum akhirnya menyentuh tonjolan panjang di balik celana pendeknya. Kuremas batangan itu dengan gemas sehingga membuat ia mulai mengeluh nikmat. Ditepisnya tanganku dan untuk sesaat ia menatapku sambil terus mengulum dan mengisap bobaku. Tangannya melepaskan kaitan BH-ku, lalu bebaslah toketku dari BH. Dengan ganas ia terus menjilat, mengulum dan mengisap bobaku bergantian. Bahkan dengan kedua tangannya dia menyatukan kedua bobaku dan dihisapnya bersamaan.
"Ohhmm oohh.. " aku pun merintih lagi dan lagi. Kurasakan selangkanganku makin basah dan geli saja.
"Buka celana jeans kamu!", perintahnya setelah berhenti 'menyiksa' bobaku.
Nafasku memburu dan segera saja kuturuti perintahnya. Selagi aku membuka celana jeans-ku dia pun menarik turun celana pendeknya disertai celana dalamnya. Terpampang di hadapanku batang kemaluannya yang sudah mengacung panjang. Walau sedikit kurus, batang kenikmatannya lumayan panjang. Entah berapa centi.
Tanpa berkata apa-apa dia menyodorkan batang kenikmatannya ke wajahku. Mengetahui apa yang di inginkannya.. kujulurkan lidahku dan mulai menjilat kepala kemaluannya. Dia mulai merintih keenakan setelah lidahku dengan lincahnya menjilat sekitar lubang kencingnya. Kudorong ujung lidahku ke lubang kencingnya sambil jari-jariku menggelitik daerah pantat dan pahanya sehingga membuat dia gelinjang geli nikmat.
Ketika dia menikmati jilatanku. Tiba-tiba saja kuhisap batang kenikmatannya masuk ke dalam mulutku dengan kencang. Dia mengerang", Oohh.. Rinii.. eenak sekalii.." Aku tersenyum dan menarik batang kemaluannya keluar dari mulutku sambil masih mengisapnya. Lalu kuhisap masuk lagi ke dalam mulutku. Kugerakkan kepalaku maju mundur sehingga batang kenikmatannya masuk keluar, masuk, keluar.. masuk .. keluar dari mulutku. Aku menikmati kemaluannya karena baunya bersih dan menyenangkan. Rambutku diremasnya sambil mengerang nikmat. Karena selain mulutku mengisap dan mengulum batang kenikmatannya. Tanganku sibuk meremas buah pelirnya dan tanganku yang satunya sibuk meraba-raba, menggelitik sekitar lubang pantatnya.
"Ohh Rinii.." mendengar rintihannya membuatku bertambah semangat saja. Lidah kudorong masuk ke dalam lubang kencingnya selagi kuhisap batang kemaluannya.
"Ayo dong kita langsung mulai!", serunya menghentikan kegiatanku.
Dia menindih tubuhku. Di hisapnya lagi bobaku sambil tangannya meraba celana dalamku.
"Oooh Rini.. kamu basah sekali." bisiknya sambil menyelusup jari-jarinya ke dalam celana dalamku menyentuh liang kewanitaanku yang memang sudah basah sejak tadi. Jari tengahnya mulai memainkan itilku.
"Ohh.. Uhhmm.." Aku mulai merintih keenakan. Entah kapan tiba-tiba saja celana dalamku sudah dibukanya. Batang kemaluannya diarahkan ke liang kewanitaanku yang sudah mekar dan berdenyut minta dimasukin batang kemaluannya.
"Ohh.. yah.. setubuhi aku.., cepat! " pintaku.
Dengan sekali dorong batang kenikmatannya sudah masuk ke dalam liang kewanitaanku.
"Oohh!", aku seperti merasakan terkena strum saja ketika batang kemaluannya masuk ke liang kewanitaanku. Francis mulai memompa batang kemaluannya, masuk.. keluar.. masuk.. keluar liang kewanitaanku. Aku pun merintih semakin jadi, "Arrh.. arrgh.. arrhh.. ooh yess.. uhmm arrh arrh.. arh.. arh.. arhhgghh.. arrgghh."
Toketku bergoyang seiring Francis memompa liang kewanitaanku dengan batang kemaluannya.
"Yess.. ohh yes.. Rinii.. ugghh.. uugghh. ugghh.. lubangmu memang nikmat bangett. uugh.. uughh.. uugghh." Francis tidak kalah diam. Mulutnya terus saja melenguh keenakan. Lima belas menit kemudian dia mempercepat entotannya. Kutahu dia sudah akan keluar.
"Busyet! akuu sudaah mau keluar.. uugh.. ughh.. yess.. oohh yes!"
Aku merasakan tubuhnya menegang dan batang kemaluannya menembakkan air mani ke dalam liang kewanitaanku. Batang kenikmatannya seolah bergetar di dalam liang kewanitaanku. Tidak lama kemudian tubuhnya pun jatuh lunglai di atas tubuhku. Kujepit batang kemaluannya dengan liang kewanitaanku sehingga membuat dia gemetaran untuk beberapa detik.
"Maaf.. aku tidak dapat memuaskanmu", katanya setelah menggulingkan tubuhnya ke sampingku.
Aku tersenyum padanya, "Tidak apa-apa kok!", bisikku penuh pengertian, toh dia bukan laki-laki pertama yang tidak dapat memuaskanku.
"Ohh Rinii.. kamu terlalu pengertian!", ujarnya lalu memelukku setelah akhirnya kami berdua jatuh tertidur.
Permainan tidak hanya sampai di situ. Sekitar jam 4 subuh tiba-tiba aku merasa tangannya meraba dan meremas toketku lagi. Aku pura-pura tidur pulas. Lidahnya mulai menjilat dan mengulum kedua boba susuku secara bergantian. Mau tidak mau aku mulai merintih keenakan tapi mataku masih tertutup rapat. Tiba-tiba saja dia langsung memasukkan batang kemaluannya ke liang kewanitaanku yang belum cukup basah. Aku mengerang antara kesakitan dan nikmat. Francis tidak peduli, sepertinya dia terangsang sekali menyetubuhiku selagi aku tidur. Gerakannya sungguh tidak beraturan kadang cepat kadang lambat, membuatku kelimpungan nikmat. Batang kemaluannya seperti sedang mempermainkan liang kewanitaanku. Lama-kelamaan liang kewanitaanku bertambah basah. Entotan Francis begitu keras dan semakin cepat. Tangannya meremas toketku sambil terus mengentot liang kewanitaanku dengan batang kemaluannya. Nafasnya semakin memburu dan memburu. Tiba-tiba tubuhnya menegang dan spermanya pun menyemprot keluar dalam liang kewanitaanku. Mau tidak mau aku menjerit karena ketika dia keluar, toketku diremasnya dengan kuat sekali. Kurasakan lagi tubuhnya gemetaran sebelum akhirnya jatuh menimpa tubuhku.
Jam 7 pagi aku pun kembali ke rumah (aku tinggal sendirian). Sejak itu, tidak ada berita darinya. Bantuannya tidak pernah datang. Sepertinya aku dikibulin lagi. Aku merasa jijik pada diriku sendiri. Hutang yang melilitku benar-benar telah mengubah jalan hidupku.
Bersambung ke Bagian 02