Cerita Dewasa:
Pacar Manisku 03
Sambungan dari bagian 02
Sehari sebelum aku berangkat, Liza mengajakku ke rumahnya yang kebetulan sedang kosong untuk mengadakan pesta perpisahan di kamarnya. Setelah makan malam, kami berdua masuk ke kamarnya. Kemudian aku memeluknya dan mencium bibirnya. Saat itu aku merasakan Liza menangis, tapi aku berusaha menenangkannya dan akhirnya Liza pun membalas pelukanku. Aku dapat mencium harum tubuh Liza yang semakin merangsangku. Aku pun dapat merasakan toket Liza yang kenyal dan hangat menekan dadaku dan benar-benar terasa nikmat. Liza yang sudah terpengaruh nafsu bahkan diam saja ketika tangan kiriku meraba dan meremas pantatnya sementara tangan kananku menurunkan celana panjang yang dipakainya.
Sementara lidahku beraksi di dalam mulutnya. Aku melepaskan ciumanku, dan kemudian membuka bajunya. Seiring dengan itu, kedua toketnya yang kencang dan memenuhi BH putihnya (bahkan sangat penuh) berguncang. Aku lalu meremas gumpalan daging miliknya yang kiri, yang masih tertutup BH. Selanjutnya aku membaringkannya dan membuka celananya, dan dia memakai celana dalam putih tipis. Dapat kulihat bayangan bulu kemaluannya. Aku sangat bernafsu, maka aku pun melepaskan celana dalamnya. Liza merapatkan kedua kakinya, untuk menutupi lubang rahasianya. Semakin penasaran akan keindahan tubuhnya, aku terakhir kali membuka BH-nya. Kedua daging kembar yang kenyal tersebut seperti melompat ketika BH-nya benar-benar terlepas. Besar dan indah sekali. Akan sangat nikmat bila tanganku meremas, mencengkram dan menggenggam gumpalan daging itu.
Sebelum aku beraksi lebih jauh, Liza memotong,
"Mas juga buka dong,! Masa aku saja nih.."
Aku turuti permintaannya. Dalam sekejap aku pun bertelanjang bulat di hadapannya. Batang kontolku sudah menegang keras sejak tadi. Aku tak bertanya lebih lanjut. Langsung saja kuraih Liza dalam pelukanku, dan kuelus sebelah toketnya dengan tangan kananku. Oh.. Nikmat sekali. Kenyal, padat dan aku bisa merasakan dagingnya yang begitu empuk! Sementara Liza mengeluarkan suara desahan pelan. Aku mengambil posisi duduk, sementara ku pangku Liza berhadapan denganku. Tangan kananku masih mengelus-elus sebelah toketnya, sementara mulutku meraih boba yang menonjol dari toket lainnya. Bobanya berwarna merah, sedikit tua. Kusedot dengan sangat kuat sehingga Liza terpekik kecil.
"Uhh.. Mas, kamu nyusunya ganas banget sihh.." komentar Liza sambil meringis.
Di bawah, kontolku bersentuhan dengan bibir memeknya. Hangat dan basah di sana. Aku bisa merasakan pula bulu kemaluannya pada kontolku. Sedikit demi sedikit kugerakkan tubuhku agar alat sanggama kami saling bergesek.
"Ah.. enak sekali rasanya.."
Selang kemudian Liza lepas kontrol, sehingga dia berbisik di telingaku,
"Uh.. Mas, jangan dielus saja dong, remes toketku..Liza nggak tahan kalo cuma digituin saja!"
"Ah, hisap dulu kontolku Liz. Mau kan?"
Liza mengangguk dan kepalanya menunduk di antara selangkanganku. Kemudian tak lama kurasakan hangat, basah dan geli luar biasa pada kontolku. Liza telah mengulum kontolku. Rasanya luar biasa. Aku hanya bisa memegang rambutnya dan merasakan sejuta nikmat pada kontolku. Terkadang Liza menjilat atau menggigit dengan lembut batang kontolku sehingga tubuhku bergetar keenakan. Sementara tangannya memijat halus kedua biji kontolku. Tak hanya itu, bahkan Liza juga mengulum kedua biji kontolku itu. Dia menyedot dan memainkan lidahnya, membuatku seperti terbang.
Akhirnya merasakan kontolku berdenyut-denyut aku menghentikan Liza dan membaringkannya. Aku di atas dan dia dibawah. Tanganku memegang tangannya. Kugesek-gesekkan batang kontolku dengan bibir memek dan klirotisnya sehingga Liza mengerang merasakan nikmat. Kedua toketnya berguncang-guncang pelan seirama dengan gerakanku. Gerakanku semakin cepat, dan kurasakan memek Liza sangat basah serta mengeluarkan banyak cairan. Liza bahkan menjerit pelan.
"Liz, aku masukin ya?"
Liza diam saja. Maka aku pun siap tancap, aku mengambil posisi kesukaanku. Aku duduk di bawah sementara dia ku pangku, kubuka liang memeknya dengan kedua jariku, dan kududukkan dia di atasku. Perlahan kontolku masuk ke dalam memeknya. Sebelum selesai, kupaksa dia turun sehingga Liza mengerang. Kontolku seluruhnya berada dalam kehangatan genggaman memeknya. Ohh.. enak luar biasa di dalamnya. Panas, sempit, dan berdenyut!
Liza mulai bergerak naik turun di hadapanku. Akh.. kontolku geli luar biasa. Liza pun merintih-rintih sambil bergerak. Kedua tangannya bertopang pada bahuku, sementara kedua toketnya tepat berada di depan wajahku. Bayangkan, kedua daging kenikmatan tersebut melonjak-lonjak di hadapanku. Aku tidak dapat menahan diri, kemudian tangan kananku meraup miliknya yang kiri, kucubit dan kupuntir boba susunya dengan telunjuk dan jempolku. Sementara lidahku menjilati boba susu dan permukaan toketnya yang lain. Cairan dari memek Liza menimbulkan bunyi berkecipak pada persenggamaan kami. Sekali lagi aku mengulum boba susunya dan menyedot sekuat yang kubisa. Kali ini membuat boba susu Liza tertarik kencang karena gerakan Liza yang naik turun sementara aku menarik boba susunya.
Saat itu terlintas di kepalaku untuk melakukan sesuatu yang luar biasa. Aku tiba-tiba saja mengambil kendali persenggamaan tersebut. Kugenggam, kuremas dan kutarik kedua toket Liza ke arahku sehingga posisiku terlentang dan Liza menindihku! Sekali lagi Liza mengaduh-aduh dengan kekasaranku tadi. Selanjutnya, dengan masih menggunakan kedua toketnya sebagai peganganku, aku mendorong Liza sehingga dia terlentang dengan keras. Kali ini aku yang menindihnya. Pinggangku kugerakkan naik turun dengan kasar dan keras sehingga seakan-akan kontolku berusaha mendobrak jebol memeknya. Kali ini Liza menjerit cukup keras! Tak sampai disitu, kuraih tubuh Liza dan kupeluk dengan tangan kiriku. Tangan kananku menggenggam dan memeras toket kirinya dengan kuat, seperti memeras santan. Aku bisa merasakan isi dari toketnya digenggamanku.
"Adduhh, Mas! kamu bisa hancurin toketku.. aduh..aduh.. lepasin dong!"
Aku tidak mempedulikannya. Yang ada dalam pikiranku bahwa kami tidak akan melakukan ini lagi dalam waktu dekat, sebab besok pagi aku sudah harus berangkat. Bahkan aku menggigit bagian bawah toketnya yang sebelah lagi. Aku berusaha menggigit setiap inci dari toket tersebut. Tangan kananku pun semakin buas. Bukan hanya memeras, tapi juga menarik dan seakan berusaha mencabut daging kenyal tersebut dari tubuh Liza. Aku semakin kasar sehingga Liza menjerit-jerit, dan akhirnya pingsan. Hanya beberapa saat setelah Liza pingsan, kontolku berdenyut-denyut dan memuntahkan cairan nikmat ke dalam rahim Liza. Aku terkulai lemas dan menindih tubuh Liza yang telah pingsan. Pinggangku terasa amat pegal dan selangkanganku sedikit ngilu. Tapi aku merasa puas karena tanganku terasa enak. Tanganku telah beroperasi sebebasnya dan sepuasnya pada toket Liza. Kontolku masih berada di dalam rahimnya, terasa panas.
Kemudian kucabut kontolku dan aku memakai bajuku. Kutinggalkan Liza yang pingsan dalam keadaan telanjang bulat. Sebelum pergi, aku menyentil boba susunya. Besok pagi aku akan berangkat ke lain pulau. Hanya saja aku akan terus mengingat kenikmatan yang kuperoleh saat itu.
Bersambung ke bagian 04