Cerita Dewasa:
Tari, Perawan Innocent - 2
Dari Bagian 1
Kumasukkan lidahku dan kujelajahi rongga mulutnya. Sementara kuraih tangan Tari dan kuletakkan ke kemaluanku yang sudah sangat membengkak. Tetapi lagi-lagi dia hanya diam saja. Memang dasar anak-anak, belum tahu cara memuaskan lelaki, pikirku. Dengan agak kesal kutekan pundaknya sehingga dia berlutut di depanku. Dia agak berontak akan bangun lagi.
"Ayo.. Berlutut!!" kataku sambil menarik rambutnya.
Tampak air mata Tari berlinang di sudut matanya. Dengan cepat aku lepas celana dan celana dalamku, sehingga kemaluanku berdiri dengan gagah di depannya.
"Ayo isap!!" perintahku pada Tari yang tampak ketakutan melihat kemaluanku yang sebesar lengannya itu. Kugenggamkan tangannya pada kemaluanku itu.
"Ampun oomm.. Jangan Oom.. Besar sekali.. Nggak muat Oom" katanya mengiba-iba. Terasa tangannya bergetar memegang kemaluanku.
"Ayo!!" bentakku sambil menarik rambutnya sehingga kemaluankupun menyentuh wajahnya yang imut dan innocent itu.
Tampak Tari sambil menahan tangisnya membuka mulutnya dan akupun sambil berkacak pinggang menyorongkan kemaluanku padanya.
"Aahh.. Yes.. Make Daddy happy.." desahku ketika kemaluanku mulai memasuki mulutnya yang mungil. Akupun mengelus-elus rambutnya yang berpita itu dengan penuh kasih sayang ketika Tari mulai menghisapi kemaluanku.
"Ayo jilati batangnya.. Sayang" kataku sambil mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya. Taripun mulai menjilati batang kemaluanku dengan perlahan.
"Ayo isap lagi" instruksiku lagi sambil tanganku mengangkat dagunya dan menyorongkan kemaluanku padanya.
Taripun mulai lagi mengulum kemaluanku, walaupun hanya ujungnya saja yang masuk ke dalam mulutnya. Kutekan kemaluanku ke dalam mulutnya sehingga hampir separuhnya masuk kedalam mulutnya. Tampak dia tersedak ketika kemaluanku mengenai kerongkongannya. Dikeluarkannya kemaluanku untuk mengambil nafas, sementara aku tertawa geli melihatnya.
"Sudah. Oom.. Jangan lagi Oom" Tari memohon. Air matanya tampak menetes di pipinya
"Oom belum puas. Ayo lagi!!" bentakku sambil menjambak rambutnya, sehingga wajahnya terdongak ke atas menatapku.
Taripun terisak menangis, tetapi kemudian dia kembali menjilati dan mengulum kemaluanku. Pemandangan di kamar hotel itu sangatlah indah menurutku. Seorang laki-laki dewasa dengan tubuh tinggi besar sedang berkacak pinggang, sementara seorang anak di bawah umur dengan wajah tanpa dosa sedang mengulum kemaluannya.
Mungkin sekitar 15 sampai 20 menit aku ajari anak perawan itu cara untuk memberikan kepuasan oral pada lelaki. Setelah itu aku merasakan kemaluanku akan meledakkan cairan ejakulasinya.
"Buka mulutmu!!" perintahku pada Tari sambil mengeluarkan kemaluanku dari kulumannya.
Kemudian kukocok-kocok kemaluanku sebentar, dan kemudian muncratlah cairan spermaku ke dalam mulutnya dan sebagian mengenai wajahnya.
"Oh.. Yeahh.. Nikmat.. Kamu hebat Tari.." erangku saat orgasme.
"Ayo telan!!" perintahku lagi ketika melihat dia akan memuntahkan spermaku keluar.
Tampak dia berusaha menelan spermaku, walaupun karena jumlahnya yang banyak, sebagian meleleh keluar dari mulutnya. Diambilnya tisu dan dibersihkannya wajahnya sambil membetulkan pakaiannya sehingga rapi kembali. Dia pun kemudian mengambil dan meminum habis sisa susunya. Sementara aku pergi ke toilet untuk buang air kecil.
Sekembalinya aku dari toilet, tampak Tari sedang duduk gelisah di sofa. Pandangan matanya tampak kosong dan berubah menjadi takut ketika melihat aku menghampirinya. Aku tersenyum dan duduk disampingnya. Kembali kuelus-elus pundak dan tangannya.
"Omm.. Tari pengin pulang Oom.. Tari capek.." katanya.
"Yach kamu istirahat dulu aja sayang" jawabku sambil mencium pipinya.
Kamipun duduk terdiam. Kusetel kembali TV yang masih menayangkan acara kartun kesukaannya itu. Kuusap-usap tubuhnya yang duduk di sampingku sambil sesekali kuciumi. Aku menunggu hingga kejantananku bangkit kembali.
Aku beranjak ke meja dimana laptopku masih menayangkan adegan syur semenjak tadi. Di layar sekarang seorang pria bule sedang dihisap kemaluannya oleh dua wanita cantik. Yang satu bule juga, sedangkan yang lain wanita Asia, kalau tidak salah Asia Carrera namanya. Memang film produksi Vivid ini bagus sehingga aku menyimpannya di harddiskku. Melihat adegan demi adegan di layar, kejantananku pun perlahan bangkit kembali. Kudatangi sofa dimana Tari berada. Tari tampak gelisah ketika aku berlutut di depannya.
"Aku ingin menikmati memekmu sayang" kataku sambil menyibakkan rok mininya. Kuciumi pahanya dan kujilati sampai mengenai celana dalamnya. Kemudian kulepas celana dalamnya itu sehingga memeknya yang bersih tak berbulu itu tampak mempesonaku.
"Jangan Oom.. Tolong Oom" kata Tari ketika tanganku mulai meraba kemaluannya. Karena gemas, langsung aku jilati dan isap memeknya. Lidahku menari-nari dan kumasukkan ke dalam liangnya yang perawan itu.
"Uhh.. Ampun Oom.." erangnya ketika aku menemukan itilnya dan langsung kuhisap. Sementara tanganku naik ke atas meremas buah dadanya. Kupilin-pilin bobanya sehingga mulai mengeras. Sementara memeknya pun sudah mengeluarkan lendir tanda dia telah siap untuk disetubuhi.
"Ayo kita lanjutkan di ranjang, manis.." kataku sambil merengkuh tubuhnya dan menggendongnya. Aku ciumi bibirnya sambil badannya tetap aku gendong menuju kamar tempat tidur.
Kurebahkan tubuhnya di ranjang, dan akupun mulai melucuti pakaianku. Tampak kemaluanku sudah kembali membengkak ingin diberi kenikmatan oleh anak kecil ini. Tari tampak memandangku dengan tatapan mengiba. Matanya menampakkan ketakutan melihat ukuran kemaluanku.
Langsung kuterkam tubuhnya di ranjang dan kuciumi wajahnya yang manis. Kubuka tanktopnya juga BHnya dan kulempar ke lantai. Langsung kusantap buah dadanya yang masih dalam masa pertumbuhan itu, dan kujilati dan kuisapi bobanya hingga mengeras.
Lalu kubuka rok mininya, sehingga Taripun sudah telanjang bulat pasrah di atas ranjang. Jariku kemudian menari merambah memeknya dan mengusap-usap itilnya.
"Tolong jangan Oom.. Aduh.. Oom.. Jangan Oom.. Tari masih perawan Oom." rengeknya. Aku menghentikan kegiatanku dan menatapnya
"Memangnya Bu Dita bilang apa?" tanyaku
"Katanya Tari nggak akan diperawani. Cuma dipegang dan diciumi aja" jawabnya terisak. Mendengar itu timbul perasaan iba karena ternyata dia telah dibohongi oleh Dita.
"Ya sudah..
"Kataku.
"Kamu hisap lagi aja kontol Oom seperti tadi" perintahku.
Akupun lalu tidur telentang dan Taripun kutarik hingga wajahnya berada di depan kemaluanku yang sudah berdiri tegak. Kutekan kepalanya perlahan, hingga Taripun kembali memberikan kenikmatan mulutnya pada kemaluanku. Tampak dari tatapanku, kepalanya naik turun menghisapi kemaluanku. Tangankupun mengelus-elus rambutnya penuh rasa sayang seperti rasa sayang bapak kepada anaknya.
"Ya terus.. Sayang" erangku menahan nikmat yang tiada tara.
Setelah beberapa menit, kutarik tubuhnya sehingga wajahnya tepat berada diatas wajahku. Kuciumi bibirnya sambil tanganku meremas-remas pantatnya. Kemudian kubalikkan badannya, sehingga badanku yang tinggi besar menindih tubuh belianya. Kusedot boba buah dadanya dan kugigit-gigit sehingga menimbulkan bekas memerah.
Lalu kurenggangkan pahanya, dan kuarahkan kemaluanku ke memeknya.
"Jangan Oom.. Ampun Oom.. Jangan.. Ampun.." rengek Tari ketika kemaluanku mulai menyentuh bibir memeknya.
Aku tambah bernafsu saja mendengar rengekannya, dan kutekan kemaluanku sehingga mulai menerobos liang memek perawannya. Terasa sesuatu menghalangi kemaluanku, yang pasti adalah selaput daranya
"Ahh.. Sakiitt.." jeritnya menahan tangis ketika kutekan kemaluanku merobek selaput daranya.
Kutahan sebentar menikmati saat aku mengambil keperawanan anak ini, kemudian kugerakkan pantatku maju mundur menyetubuhinya.
"Ah.. Nikmat.. Ahh.. God.. Memekmu enak Tari." racauku
"Oh.. Ampun.. Sakit.. Udah Oom.. Ampun.." Tari merintih kesakitan sambil menangis.
"Yes.. You naughty girl.. Daddy must punish you.. Yeah.." aku kembali meracau kenikmatan.
Kuentot terus kemaluanku, dan aku merasakan nikmatnya jepitan memek Tari yang sangat sempit itu. Tampak air mata Tari meleleh membasahi pipinya, dan ketika kuentot kemaluanku tampak wajahnya menyeringai menahan sakit.
Kemudian kutarik pahanya sehingga melingkari pinggangku, dan sambil duduk di ranjang kuentot lagi memeknya. Tanganku sibuk menjelajahi buah dadanya.
Bosan dengan posisi itu, kubalikkan badannya dan kusetubuhi dia dengan gaya "doggy style". Sudah tak terdengar lagi rengekan Tari, hanya suara erangannya dan isak tangisnya yang memenuhi ruangan itu.
"Ahh.. Sakit Oom ampun.." rengeknya kembali ketika rambutnya kutarik sehingga wajahnya terdongak ke atas.
Sambil kusetubuhi tubuhnya, kadang kuciumi dan kugigiti pundak dan lehernya dari belakang, sambil tanganku memerah buah dadanya.
Setelah kurang lebih satu jam aku setubuhi dia dengan berbagai macam posisi, akupun tak tahan untuk mengeluarkan cairan ejakulasiku. Kubalikkan badannya dan kugesek-gesekkan kemaluanku di dadanya. Kadang kugesek-gesekkan juga ke seluruh wajahnya.
"Ahh.. Memang enak perawan kamu Tari.." erangku sambil menumpahkan spermaku di dadanya.
Akupun kemudian bergegas menuju toilet untuk membersihkan diri. Kemaluanku pun kubersihkan dari sisa sperma bercampur darah perawan Tari. Sekembalinya aku dari toilet, kulihat Tari masih terbaring di ranjang sambil menangis terisak-isak. Kubiarkan saja dia di sana, karena aku sudah merasa puas dan merasa menjadi lebih muda setelah mereguk kenikmatan dari anak itu.
Kuminum sisa birku, dan kutelepon Dita untuk menjemput Tari. Tak lama, Dita pun datang.
"Gimana Pak Robert?" tanyanya tersenyum.
"Wah.. Puas.. Tuh anak enak banget" kataku tertawa kecil.
"Syukurlah Pak Robert puas. Sengaja saya pilihin yang bagus kok Pak" katanya lagi.
"Percaya deh sama Dita. Tuh anaknya masih di kamar"
Dita pun masuk ke kamar tidur sedangkan aku nonton TV di sofa. Lagi-lagi masih berita perang di CNN. Sementara itu, terdengar Tari menangis di kamar sedangkan Dita berusaha menghiburnya. Setelah kurang lebih setengah jam, merekapun muncul dari dalam kamar tidur.
"Saya permisi dulu Pak Robert" pamit Dita.
"Oh ya Dit.., kalau ada yang bagus lagi telepon ya. Untuk obat awet muda." jawabku sambil mengedipkan mataku.
"Beres Pak" jawabnya sambil menggandeng Tari keluar.
"Ini tasnya ketinggalan" kataku sambil menyerahkan tas Tari yang berisi buah-buahan untuk adiknya itu. Kuperhatikan mata Tari masih sembab, dan jalannya pun agak pincang ketika meninggalkan kamar hotelku.
Tak lama akupun cek out dari hotel. Dalam perjalanan pulang ke apartemenku, aku mampir di panti pijat langgananku. Tubuhku agak pegal sehabis menyetubuhi Tari tadi. Setelah dipijat, dan mandi air hangat, tubuhku terasa sangat segar. Akupun bergegas pulang dengan mengendarai Mercy silver metalik kesayanganku. Tak lupa kusetel lagu Al Jarreau kesayanganku.
*****
Bagi para pembaca, terutama para wanita, yang ingin berkenalan, dapat menghubungiku di alamat emailku.
E N D
Oleh: [email protected]