Cerita Dewasa:
Ketika Handphoneku Rusak 01
Dari ceritaku yang pertama begitu banyak tanggapan dari rekan-rekan pembaca yang kebanyakan pria, dari yang mulai mengajak berkenalan baik-baik, sampai yang terang-terangan mengajakku tidur. Aku mengucapkan terima kasih atas semua e-mail yang masuk padaku, juga aku sangat menghargai juga semua pendapat-pendapat anda semua, hanya aku minta pengertiannya bahwa aku tidak akan membalas satu e-mail pun dari anda, karena kesibukanku yang padat, dan sebenarnya lagi aku tidak mempercayai semua pria dalam internet, jadi tolong sekali lagi hargai prinsipku ini. Terima kasih.
Kisahku kali ini terjadi pada awal bulan Mei tahun ini. Saat itu aku mendapatkan gangguan pada Handphone-ku, karena terjatuh ke dalam air ketika aku sedang menjalani perawatan Spa. Sekretarisku di kantor menyarankan untuk menservisnya pada tempat servis resminya. Karena HP-ku adalah merek tertentu, di mana tempat servis resminya hanya ada 3 tempat di kota Kembang ini, maka aku membawanya ke salah satu servis resminya yang terdapat pada salah satu pusat perbelanjaan di daerah pusat kota Bandung.
Jumat sore itu sepulang dari kantor, aku membawa mobilku meluncur ke arah pusat kota, lalu setelah terjebak beberapa saat dalam kemacetan, akhirnya aku berhasil mendapatkan tempat parkir di pusat perbelanjaan itu. Tak beberapa lama, aku telah berhasil menemukan tempat servis HP itu. Aku segera masuk ke ruangan ber-AC, dan langsung disambut dengan senyum manis seorang cowok.
"Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" katanya sopan.
"Ini nih Mas, HP saya terjatuh dalam air kemarin, terus jadinya mati, bisa diperbaiki nggak.."�tanyaku, sambil menyodorkan HP itu padanya.
"Sebentar ya Mbak, biar teknisi kami yang mengeceknya."
Dia berlalu ke dalam ruangan lain. Lalu tak lama kemudian dia muncul lagi dan berkata bahwa HP-ku bisa diservis, dia menyebutkan juga biaya servisnya. Aku menyetujuinya.
"Kira-kira masih lama nggak Mas servisnya?" tanyaku.
"Mungkin sekitar satu jam lah", jawabnya.
"Ya udah deh, saya tinggal jalan-jalan dulu saja kali yaa..?" kataku lagi.
"Silakan.. Mbak", balasnya.
Aku lalu pergi melihat baju-baju di etalase toko, hingga tiba-tiba kurasakan perutku minta diisi, ternyata aku sadar bahwa aku belum sempat lunch tadi di kantor. Aku bergegas ke lantai atas pusat perbelanjaan itu, di mana terdapat Food Court. Aku memutuskan untuk masuk pada salah satu restoran fast food yang menyediakan masakan khas Jepang.
Saat aku mengantri, tiba-tiba ada suara menyapaku dari belakang.
"Wah.. mau makan juga Mbak?" aku menoleh, dan ternyata cowok yang tadi di tempat servis HP.
"Eh iya, gimana HP saya sudah selesai belum?" tanyaku.
"Nanti deh selesai makan paling juga sudah selesai.. Boleh saya temani makan?"
"Wah, berani juga nih cowok", kataku dalam hati.
"Mmm.. boleh deh", jawabku pendek.
Kemudian kami mengambil tempat duduk dan mulai menyantap hidangan. Dalam hati kuamati dia, menurutku dia anak yang menyenangkan, tidak terlalu tinggi, bahkan bisa dibilang kurus, tapi ada sisi yang menarik. Apalagi setelah aku terlibat obrolan dengannya, aku makin menyadari bahwa dia adalah seorang yang hangat, humoris, dan selalu nyambung dalam pembicaraan. Hingga aku berinisiatif untuk melangkah lebih jauh.
Aku lalu bertanya, "Kamu kapan liburnya?"
"Wah kenapa nih nanya liburku?" dia mengangkat alis, dan tersenyum simpul.
"Yaa.. kalau kamu mau sih, aku pingin ajak kamu jalan nanti malam, sekalian kita weekend lah", tawarku.
"Wuah, serius nih..?" dengan nada tak percaya.
"Aku bisa minta ijin dua hari buat besok dan hari Minggunya, tapi ngomong-ngomong kamu mau ajak aku jalan ke mana?" dia masih kelihatan tidak percaya.
"Udah deh, nggak perlu nanya-nanya, lihat aja nanti.." aku membuatnya penasaran.
Lalu setelah sepakat bertemu di suatu tempat nanti malam, aku segera kembali ke tempat dia kerja untuk mengambil HP-ku yang telah selesai diservis, dan segera pergi sambil menyusun acara buat berdua.
Aku membawa mobilku ke arah Dago atas, menuju ke sebuah hotel bintang lima dan mem-booking kamar untuk tiga malam selama weekend, kemudian segera pulang ke rumah untuk mengambil baju dan keperluan sekedarnya.
Sekitar jam 11 malam, aku pergi menemuinya di sebuah Caf� yang terletak di persimpangan lima jalan besar, yang nama Cafe-nya selalu mengingatkanku pada salah satu posisi bercinta. Malam itu dia mengenakan kemeja biru gelap, dan tercium olehku wangi Tommy Hilfiger dari tubuhnya, dia makin terlihat tampan, dengan rambut basah yang tersisir rapi ke belakang.
"Hai, sudah lama kamu di sini?" aku menyapanya pelan.
"Enggak juga kok", dia terdiam sejenak, memandangiku lama.
"Kenapa sih, kayak lihat makhluk aneh saja..!" aku merasa jengah dipandangi seperti itu.
Tiba-tiba dia menarik lenganku, dan berbisik di telingaku, "Kamu cantik sekali malam ini Dini.. mimpi apa aku hingga bisa kencan dengan bidadari dari kayangan sepertimu?".
Wajahku bersemu merah mendengar pujiannya, "Kamu berlebihan deh, biasa aja kenapa sih." aku segera mengalihkan perhatian dengan memesan Black Russian pada waiter yang kebetulan lewat di dekat kami duduk.
Lalu tak lama kami telah terlibat dalam obrolan yang menyenangkan, kadang diselingi dengan humor segar, dia sangat pintar menciptakan suasana yang hangat. Aku jadi tahu bahwa dia adalah lulusan sebuah sekolah pariwisata yang terkenal di Bali, dan sempat tinggal di Amerika selama dua tahun, tidak heran wawasannya begitu luas.
"Jadi kerjaan kamu yang sekarang, nggak ada nyambung-nyambungnya sama background pendidikan kamu dong?"
"Iya sih, ha.. ha.." dia tertawa renyah.
Aku mengeluarkan cigarette pack, mengambil sebatang Capri, belum sempat aku menyalakan, dia berinisiatif mengangsurkan api buat rokokku.
"Thank", kataku pendek.
"Hmm, perhatian juga.." batinku.
"Mau cabut sekarang?" tawarku.
Dia memandang sekeliling, "Mmm, ayolah.. eh tapi ke mana?"
� "Ke hotel S**** (edited), mau nggak?" tawarku.
"Oh.. eh", dia terbelalak, seakan tidak mempercayai apa yang baru saja di dengarnya.
"Tawaran nggak datang dua kali lho.." aku kedipkan mata.
"Ayolah", akhirnya setelah beberapa saat dia jawab juga dengan wajah berbinar.
Kupikir aku akan menyumpahinya kalau sampai dia menolak ajakanku, barangkali aku akan bilang bahwa dia adalah laki-laki paling tolol di seluruh dunia, atau barangkali seorang gay, tapi ternyata tawaranku yang menang. Aku senang.
Kemudian kami berlalu dari tempat itu, mobil langsung kubawa ke arah Dago atas, dan langsung menuju Hotel S**** (edited). Sesampainya di kamar, kuletakkan travel bag kecilku, lalu aku ke bathroom untuk bebersih sebentar. Dia menghempaskan pantatnya pada pinggiran bed, dan meraih remote TV, menyalakannya. Dari bathroom kudengar sayup-sayup suara musik.
Saat aku masih sibuk dengan contact lens-ku, tiba-tiba pintu bathroom diketuk pelan dari luar. "Din.. boleh aku masuk bentar, mau pipis nih.." Aku tersenyum, lalu meraih handel pintu, begitu pintu terbuka sedikit, ternyata dia langsung menerobos masuk dan yang membuatku terkejut, dia sudah tidak mengenakan selembar benang pun. Telanjang bulat. Dia langsung mendekapku, dan dengan sekali renggut, handuk yang kupakai untuk menutupi tubuhku terlepas sudah, jatuh ke lantai. Bibirnya langsung menyambar bibirku, kurasakan lidahnya menjelajahi rongga mulutku dengan penuh nafsu, aku pun membalasnya dengan tak kalah bernafsunya, kadang lidahnya kuhisap, kujilat dan saling memilin. Kurasakan kewanitaanku mulai hangat. Ciumannya mulai menjelajah, dari mulai leherku yang jenjang, lalu beralih ke arah telinga, kurasakan geli luar biasa menjalari sekujur tubuhku. Aku makin terangsang.
Tangannya juga beraksi meremas-remas toketku, sambil tak lupa memilin-pilin bobanya, yang makin mengacung keras karena terangsang, satu tangannya lagi menelusup pada pangkal pahaku, mengusap-usap bukit lembut yang kenyal yang mulai basah oleh cairan kewanitaanku. Aku tak tinggal diam, tanganku meremas-remas batang kejantanannya yang mulai tegang dan keras itu, sambil perlahan aku mengurutnya lembut. Dia menikmatinya, terdengar lenguhan-lenguhan pendek dari mulut kami.
"Ouhh.. mmhh.. yahh.."
"Suka Sayang?" desahnya lembut.
"Hmm.. hh.." aku tak mampu menjawabnya, hanya mengangguk pelan, mataku pun telah sayu. Ciumannya makin mengganas, kali ini kedua boba toketku dihisapnya bergantian, hingga tubuhku serasa dibakar birahi yang panas. "Auuhh.. oohh.. Sayang.. oohh.. sshh.. ahh.." aku mengerang-erang penuh kenikmatan. Tangannya mulai beraksi menyibakkan rerumputan halus di kewanitaanku, lalu satu jarinya menelusup masuk ke dalam rongga hangatnya, hingga menemukan tonjolan daging kecil, dan segera mengusap-usapnya lembut. Aku menggelinjang-gelinjang kenikmatan. Kewanitaanku kurasakan makin merah, merekah, licin dan basah oleh lendir yang makin keluar seiring oleh rangsangan yang kuterima.
Kemudian dia membimbingku menuju tempat tidur, lalu menyuruhku telentang sambil membuka pahaku lebar-lebar, rupanya dia akan memberiku oral seks. Aku pun segera menuruti perintahnya, kubuka pahaku lebar-lebar, dia lalu merangkak dan mulai menempatkan mulutnya pada pangkal pahaku, kemudian kurasakan lidahnya yang hangat menyapu kewanitaanku, lalu menelusup ke bagian dalamnya, sambil sesekali menghisapnya, menimbulkan suara-suara kecil yang lucu, begitu hebat rangsangan yang kuterima dari perlakuannya padaku. Aku makin gila menggelinjang-gelinjang penuh kenikmatan, belakang kepalanya kupegangi erat-erat dan menyurukkannya makin dalam pada pangkal pahaku. Aku ingin dia melumat habis kewanitaanku. Kurasakan kewanitaanku makin basah oleh cairan lendir hangat bercampur liur miliknya, kadang dia malah menghisap-hisap tonjolan daging kecil sebesar biji kacang polong dalam kewanitaanku, membuatku makin mengerang-erang dengan penuh kenikmatan, kurasakan sensasi yang luar biasa hebat, seakan-akan ada hawa panas yang berpangkal dari kewanitaanku menjalari seluruh syaraf tubuhku.
Bersambung ke bagian 02