kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru Duh Bodinya Mantap Banget Ini Bening PEMERSATUDOTFUN

Duh Bodinya Mantap Banget Ini Bening

Tidak ada voting
Duh, Bodinya, Mantap, Banget, Ini, Bening
Duh Bodinya Mantap Banget Ini Bening
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Duh, Bodinya, Mantap, Banget, Ini, Bening yang ada pada kategori TEEN published pada 21 Desember 2022 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming Duh Bodinya Mantap Banget Ini Bening secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Gairah Tante Vivi 04


Sambungan dari bagian 03

Tante Vivi menjerit dan mengerang-erang dengan keras, pinggulnya menggeliat semakin hebat menahan kenikmatan yang kuberikan pada alat kelaminnya. Aku benar-benar puas bisa membuatnya seperti itu. Kuremas dan kucengkeram kuat bulatan bokongnya yang kenyal agar jangan bergerak terlalu liar, seolah tak ingin melepaskan pagutannya, mukaku sedikit kuangkat kembali sembari menghirup udara segar lalu lidahku kujulurkan sepanjang mungkin sambil menyusuri dan menjilati permukaan bukit kemaluan lunaknya yang putih merangsang. Mulutku tak henti-hentinya mengecup gemas bukit terlarang milik Tante Vivi itu.

"oouuhh.., nngghhnngghh.., ngghh..", mulut Tante Vivi merintih dan mengerang tak karuan menahan geli dan nikmat. Pinggulnya digoyang-goyang kiri kanan, sesekali kurasakan kedua pahanya yang kini menjepit kepalaku sambil mengejan kuat ke bawah seolah ingin memuntahkan cairan kenikmatan tubuhnya. Memang kenyataannya demikian, lidahku yang sesekali menelusup masuk ke dalam liang memeknya sambil menyentil gemas daging clitorisnya seolah menemukan sumber air kecil yang mengalir deras. Sementara tangan kiriku masih mencengkeram bokongnya, dengan gemas lalu kusibakkan dengan jemari tangan kananku bibir kemaluannya yang tebal, jemariku itu sampai gemetar seolah masih tak percaya dengan segala keindahan ini, terasa begitu lunak, hangat dan basah ketika jemari tanganku secara perlahan menyibakkan bibir kemaluannya mengintip keindahan celah dan liang memek sempitnya yang ternyata berwarna kemerahan.

oohh.., kulihat.., liang memeknya yang terletak sedikit di atas lubang duburnya, begitu kecil dan terlihat sempit sembari mengalirkan keluar cairan lendir kemaluannya yang berwarna bening. Agak di sebelah atas liang kewanitaannya itu kulihat bulatan daging kecil clitorisnya yang besarnya mirip seperti biji kacang ijo. Aku sedikit heran, karena liang memek milik Tante Vivi ini kecilnya hampir sama dengan liang memek milik Dina. Aahh.., batang kontolku yang sudah berdiri tegak menunggu giliran untuk take over jadi makin cenat-cenut.., teng-teng tidak karuan.., tidak tahan nih kalau sempitnya seperti ini.., bisa-bisa tidak sampai dientot 5 menit air maniku sudah muncrat keluar.., seperti yang aku rasakan bersama Dina akhir-akhir ini. Aku sendiri tidak habis pikir kenapa sewaktu aku dulu memperawani Dina bisa menahan gesekan dan jepitan liang memeknya sampai 20 menit, tapi akhir-akhir ini bisa tahan tidak muncrat sampai 10 menit saja itu sudah lumayan. Mungkin saja aku terlalu terangsang saat menggagahi Dina. Entahlah.

"A.. Aarr.., Lagi sayangghh..", Tante Vivi berbisik sedikit serak. Aku sejenak tersadar dari lamunan.., He.. He.., aku jadi geli juga.., di saat lagi asyik masyuk seperti itu masih bisa juga aku ngelamun.., ngeres lagi.., he.., he..".
Kudongakkan kepala ke atas sambil kupandang wajah cantik Tante Vivi yang berkeringat agak kusut sekilas, lalu kutundukkan muka, lidahku dengan liar penuh rasa gemas kembali menjilati kedua belah permukaan labia mayoranya, kepalaku sedikit kuputar sekitar 40 derajat kekiri lalu dengan nikmat mulut dan lidahku mulai mencumbu, mengulum, memilin dan menghisap bibir-bibir kemaluan Tante Vivi secara bergantian atas dan bawah, seperti kalau kami berdua berciuman mulut.

mm.., rasanya yang jelas tidak selezat daging hamburger McDonald atau Wendys tapi yang pasti ada semacam feel great dan sensasi keindahan bercampur kenikmatan tersendiri yang tak bisa diungkapkan kata-kata begitu indah rasanya mengulum dan mengecup bibir kemaluan wanita sambil menikmati aroma khas bau alat kelaminnya dan juga suara erangan nikmatnya.
mm.., aku benar-benar bangga membuat Tante Vivi sampai berulang kali mengejan ke bawah menghentakkan kedua belah pahanya yang putih seksi, sambil tak henti-hentinya mulutnya memekik kecil dan merintih panjang menahan geli bercampur sejuta kenikmatan.
"Aahh.., nnggngghghh.., ngghghnhgghh..", rintih Tante Vivi berulang kali.






Kurang lebih 2 menitan aku mengenyot kedua belah bibir labia mayoranya dengan mulutku lalu dengan nakal kembali kusibakkan sedikit lebih lebar bibir memeknya dan dengan cepat kujulurkan lidahku mengusap lembut celah merah diantara bibir kemaluannya.., menyentil mulut liang memeknya yang sempit dan mungil beberapa puluh detik lalu kembali menggelitik daging clitorisnya. Tante Vivi sampai menaik-turunkan pinggulnya menahan rasa nikmat. Saat bibir dan lidahku secara bersamaan menghisap dan memilin daging kecil clitorisnya sampai pipiku sedikit kempot, tiba-tiba Tante Vivi memekik keras dan akhirnya mendesah panjang.., pinggulnya sontak diangkat ke atas seolah tak kuat menahan rasa nikmat dan mengejan pelan. Kedua pahanya menjepit ketat kepalaku dari samping kiri dan kanan. Jemari tangan kiriku yang kini terasa bebas, mengusap mesra kedua belah bulatan bokong Tante Vivi dan meremas-remas lembut.
"Aagghh.., aoohh.., sshhghffhhghh.."
Desah Tante Vivi panjang. Aku tahu ia pasti sedang meregang menuju puncak kenikmatan.., Sedetik.., 2 detik.., 3 detik.., aku merasakan kedua belah pahanya yang begitu halus dan padat menekan kepalaku mulai bergetar lembut dan mengejan semakin kuat menandakan cairan lendir kenikmatannya segera tumpah keluar.., orgasmee.

Tetapi aku berpikir lain, seketika cepat kulepaskan hisapan mulutku pada daging clitorisnya dan dengan kuat kedua tanganku membuka kedua belah pahanya yang masih menjepit kepalaku. Begitu lepas, dengan sigap aku merangkak keatas dan rebah di samping tubuh bugil Tante Vivi. Kulihat Tante Vivi masih memejamkan kedua matanya seolah sedang menikmati sesuatu, sejenak begitu tersadar kenikmatan yang ia inginkan tak tercapai.., kedua matanya terbuka dan jelalatan setengah melotot memandang selangkangannya yang kosong.., dan Tante Vivi mendapati diriku telah berada di sebelahnya sambil kutersenyum penuh kemenangan.

Wajah cantiknya yang berkeringat kelihatan memerah seolah menahan sesuatu, bibir bawahnya digigit keras seperti geram, kedua matanya yang sedikit merah memandangku seolah mau marah. Aku semakin tersenyum lebar, namun tidak demikian dengan Tante Vivi.., rupanya ia jengkel karena hampir saja aku membuatnya orgasme namun justru aku malah menghentikannya ditengah jalan.
"K.., kkamu.., benar-benar nakal sekali Arr.., hh.., teganya kamu Sayang..", bisiknya dengan bibir gemetar. Lalu dengan cepat tanpa kuduga sama sekali, Tante Vivi menggulingkan tubuh montok seksinya yang putih mulus ke atas menaiki tubuhku, Kedua pahanya dibuka lebar dan kedua belah bokongnya yang bulat padat terasa begitu kenyal dan tanpa ampun menduduki buah zakarku sementara bukit kemaluannya yang besar terasa begitu empuk menekan batang kontolku yang sudah sangat tegang.., ooh.., nikmatnya.

Sambil menyunggingkan senyuman sadis Tante Vivi memandangku seolah ingin menelanku.
"Tante mau lihat sehebat apa kamu Arr..", bisiknya pelan. Aku yang masih terkaget menyaksikan ulahnya tadi hanya bisa melongo sambil menikmati sentuhan tubuh montoknya pada alat kejantananku sambil memandangi kedua buah toket besarnya yang mengacung kencang ke depan memamerkan kedua buah puting susunya yang kelihatan sedikit membesar keras dan berwarna coklat kemerahan.

Aku masih terpana memandang keindahan tubuhnya, ketika dengan cepat Tante Vivi mengangkat pinggulnya yang ramping ke atas, kedua belah pahanya yang putih mulus kelihatan begitu seksi dan padat. Begitu gemas saat jemari tangan kanan Tante Vivi menggenggam dan meremas batang kontolku.., lalu di arahkan ke bukit kemaluannya sebelah bawah.., ke depan mulut liang memeknya.., oohh.., aku mendesah pelan menyaksikan semua itu. Aku tidak menyangka Tante Vivi melakukan semua itu tanpa perasaan risih sedikitpun, mungkin ia sudah begitu ngebet dan liang memeknya sudah gatal kepingin disetubuhi. Sejenak aku mengira ia pasti sukar sekali memasukkan batang kontolku yang sudah berdiri tegak dan besar mirip punya Rocco Siffredi. Kuluruskan kedua pahaku ke bawah agar Tante Vivi tidak terlalu kesulitan menyetubuhiku nantinya. Tetapi kali ini aku kecele.., sambil menundukkan wajah yang membuat rambut panjangnya terurai indah, kulihat Tante Vivi sejenak berkutat masih mengarahkan batang kontolku ke pintu liang memeknya lalu dengan perlahan pinggulnya diturunkan.

Oogghh.., Aahh.., aku mendelik dan mengerang nikmat saat dengan mata kepalaku sendiri kulihat bibir kemaluannya yang tebal itu memekar lebar menerima tusukan kepala kontolku dan liang memeknya yang merah dan sempit mulai tersibak dan menjepit ujung kepala kontolku yang secara perlahan-lahan mili demi mili mulut daging liang memeknya semakin melebar sesuai ukuran kepala kontolku dan mulai menenggelamkannya ke dalam liang memek Tante Vivi.

"Oougghhghh.., nngngnghhaahh..", pekikku keras menahan rasa nikmat yang luar biasa saat kepala kontolku dalam 5 detik telah berhasil memasuki liang memeknya yang ketat. aahh.., di dalam situ kurasakan daging memeknya seolah sudah menjepit sedemikian kuat seolah diremas-remas membuat kepala kontolku berdenyut-denyut keenakan.

Tante Vivi melepaskan jemari tangan kanannya dari batang kontolku, kini kedua tangannya diletakkan di atas dadaku sambil setengah membungkuk untuk menyangga tubuhnya bagian bawah yang masih melakukan penetrasi. Ia kini memandangku dengan senyuman manisnya kembali, bibirnya yang ranum merekah indah. Kedua buah dadanya yang besar dan kencang kini setengah menggantung bak buah pepaya.
"Enaak.., Arr..", bisik Tante Vivi tanpa malu-malu padaku.
"I.., iiyaa tantee..", sahutku gemetar menahan rasa nikmat.
"Mm.., milikmu besar juga sayangg..", bisiknya lagi. Lalu dengan perlahan-lahan Tante Vivi mulai menurunkan pinggulnya kebawah lagi sambil memejamkan mata. Namun mulutnya yang indah itu malah tersenyum seolah ikut menikmati apa yang sedang kurasakan sekarang.

"Aahhgghh..", erangku keenakan saat daging liang memeknya yang luar biasa sempit itu mili demi mili secara perlahan terus menjepit kuat dan menenggelamkan batang kontolku yang masih tersisa sekitar 11 centi lagi. Dengan sekuat tenaga sambil menahan rasa nikmat kusaksikan terus proses penetrasi itu, urat-urat di seluruh batang kontolku sampai menonjol keluar membentuk guratan-guratan kasar di sekeliling permukaan kontol menahan jepitan daging liang memek Tante Vivi yang terus berusaha menenggelamkan seluruh alat kejantananku itu. Mili demi mili kini berganti centi demi centi.., dengan tanpa hambatan berarti walau terasa begitu sesak dan sempit batang kontolku melungsur masuk dengan ritme semakin cepat kedalam liang memeknya.

"Mm.., aahh.., mm", Tante Vivi hanya mendesah dan merintih kecil saat batang kontolku yang besar dengan perlahan telah hampir seluruhnya tenggelam ke dalam bagian tubuhnya yang paling sangat terlarang. Hanya tinggal 2 centi saja kulihat batang kontolku yang masih tersisa di luar liang memeknya. Kedua mataku sudah merem melek keenakan, kedua pahaku sampai gemetaran saking hebatnya rasa nikmat itu.
"oowww.."
"Aaghghghh.."

Kami berdua mengerang nikmat hampir bersamaan, saat penetrasi yang terakhir berlangsung. Kulihat sekilas bukit kemaluan milik Tante Vivi itu sedikit menggembung lebih besar karena seluruh batang kontolku yang tebal sepanjangnya 14 centi itu telah terbenam kandas di dalam liang memeknya. Betapa indah menyaksikan dua alat kemaluan milik kami berdua yang telah menyatu padu. Selain jepitannya yang luar biasa ketat, kurasakan daging memek Tante Vivi yang terasa hangat dan licin itu seolah memijat-mijat mesra dan menghisap lembut. Woowww..' ujung jemari kakiku sampai gemetaran keenakkan.

"mm.., Bagaimana sayang..", bisik Tante Vivi pelan sambil memandangku mesra sekali.
"Aahhghghg.., Nikmat sek.., kali Vii..", sahutku gemetar.
Kedua pahanya yang mulus kini menjepit pinggangku mesra, sementara pinggulnya menempel selangkanganku dengan ketat. Bokongnya yang kenyal menduduki kedua buah bola zakarku.
"Air maniku.., mau keluar Tante..", bisikku menahan nikmat sambil setengah menggodanya.
"Iihh.., Awas yaa kamu Ar..", sahutnya sambil tersenyum. Ia seolah mengerti batang kontolku tidak bakalan lama bertahan dijepit liang memek miliknya seketat itu.
"Ar.., Tante sudah lama sekali tidak melakukan ini.., mm.., tahan ya sayang.., tunggu Tante yaa..", bisiknya begitu genit sekali.

Lalu dengan perlahan Tante Vivi mulai menggoyangkan pinggulnya naik turun secara perlahan menggesekkan daging liang memek sempitnya dengan batang kontolku yang sudah tegak tak terkira. Seolah tidak ada hambatan walaupun terasa begitu sesak saking sempitnya ketika kedua alat kelamin kami saling beradu dan bergesekan.
"Uuhh.., uhh.., uhh..", Tante Vivi merintih kecil saat setiap kali pinggulnya bergerak turun memasukkan kembali batang kontolku yang besar dan keras ke dalam liang memeknya. Wajahnya yang cantik bergoyang lembut seiring dengan goyangan pinggulnya yang menggemaskan di atas selangkanganku. Kedua matanya dipejamkan rapat seolah sedang meresapi dan menikmati persenggamaan yang benar-benar luar biasa indah ini. Kedua buah dadanya yang besar terguncang-guncang begitu indah bak buah kelapa tertiup angin. Kedua jemari tangannya yang menyangga dan menekan lembut dadaku menghentak-hentak pelan setiap kali pinggul Tante Vivi bergoyang pelan naik turun secara teratur.

Aku tak sanggup lagi menikmati semua sensasi indah ini sendirian. Aku masih seakan tak percaya melihat sesosok tubuh cantik bak bidadari yang begitu montok dan seksi, begitu putih dan mulus dan kini malah sedang asyik menggoyangkan pinggulnya yang aduhai di atas selangkanganku menikmati alat kejantananku.
"Oohhaahh.., hahahhgghh..", erangku saking nikmatnya. Batang kontolku seakan dikocok, dibelit, disedot dan dikenyot habis-habisan oleh daging liang memeknya yang luarbiasa sempit dan licin. Kedua mataku merem-melek secara bergantian menikmati gesekan itu, setiap kali pinggul Tante Vivi bergerak ke atas aku merasa batang kontolku seakan disedot kuat daging liang memeknya namun begitu pinggulnya bergerak turun ke bawah batang kontolku seakan diremas dan dilumat hebat oleh liang memeknya.

Sukar diungkapkan dengan kata-kata rasa nikmatnya.
"Vivi.., aagghh.., aahahhgghh..", erangku berulangkali keenakan. Kedua tanganku berusaha menahan laju naik turun pinggulnya yang kurang ajar itu. Namun jemari kedua tanganku seolah tiada bertenaga mengangkat bokongnya yang berat, dan tanpa ampun secara terus-menerus liang memek Tante Vivi dengan jepitannya yang luar biasa meluluh lantakkan seluruh batang kontolku seperti pisang kepok yang tak berdaya diremas dan dipilin-pilin sampai lumat. Aku tak sanggup bertahan meredam rasa nikmat seks yang luar biasa itu, air maniku sontak langsung mengalir mendesak-desak hendak muncrat keluar. Tante Vivi seolah tak mau tahu terus bergerak naik turun menggoyang pinggul mengeluar masukkan batang kontolku ke dalam liang memek sempitnya.

"Uuhh.., uuhh.., uu.., hh.., uuhh..", erangnya berulangkali menikmati alat kejantananku yang sedang berada di dalam liang memeknya.
"aahahh..", aku mengerang panjang sambil sejenak menahan napas untuk menghambat agar air maniku tidak sampai muncrat keluar.
"uuh.., kamu mau keluar sayang..", bisik Tante Vivi genit.
"Iyyaa.., Vi..", sahutku gemas tanpa memanggilnya dengan sebutan Tante lagi
"ooh.., Aku bener-bener tidak tahan lagi."
"Hik.., hik.., oke Sayang.., kamu keluar duluan Ar.., Tante jepit lebih keras yaa Sayang..", bisiknya semakin genit tanpa malu-malu. Aku jadi makin gemas dibuatnya.

Tante Vivi memang benar-benar luar biasa sambil menggoyang pinggul semakin cepat naik turun, kurasakan daging liang memeknya seolah menjepit 2 kali lebih hebat, batang kontolku seolah diremas dan dikenyot-kenyot hebat sambil digesekkan keluar masuk meski hanya sekitar 4 centi saja.

oohh.., bak tanggul jebol akhirnya aku menyerah kalah.., aku tak mampu menahan desakan air maniku yang sudah sampai di leher batang kontolku. Kuremas gemas kedua belah toket Tante Vivi yang besar terguncang dengan kedua belah jemari tanganku. Aku menggeram keras dan melepas puncak kenikmatan seks.
"aagghhghghhgaahh..", Teriakku nikmat.., saat dengan hebatnya air maniku muncrat keluar dengan tembakan-tembakannya yang keras dan kuat.
"Craatt.., craatt.., Crraatt.., craatt.." ke dalam liang memek Tante Vivi yang sempit licin dan hangat.
"uu.., mm.., uu.., mm.., oowww.., banyak sekali manimu sayangghh.., uu..", desahnya lembut saat air maniku kutembakkan berulang kali dengan sepenuh rasa nikmat ke dalam liang memeknya.

Jiwaku seakan terbang melayang jauh keatas awan.., begitu tinggi.., terasa begitu nikmatnya, "Oohh..". Tubuhku seakan menggelepar dirajam kenikmatan yang tak terkira, begitu indah dan enaknya saat daging liang memek Tante Vivi yang menyempit hebat menggesek semakin cepat pula batang kontolku yang sedang collapse.., ejakulasi, seakan milikku diurut-urut mesra sembari memuntahkan air mani yang sangat banyak dan kental.
Crraat.., crraatt.., crraatt.., creett..

Kira-kira 8 semburan nikmat yang memabukkan. Aku masih terlena diawan kenikmatan menikmati sisa-sisa semprotan air maniku yang masih tersembur keluar di dalam liang memeknya. Tante Vivi dengan masih bersemangat mengentot pinggulnya naik turun dengan cepat meluluh lantakkan alat kejantananku yang benar-benar sudah lumat terkuras. Jiwaku seakan kembali terhempas keatas tanah.., seolah terlempar dari pusaran awan kenikmatan yang terasa begitu singkat.

Bersambung ke bagian 05

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.