kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru Hilya aulia PEMERSATUDOTFUN

Hilya aulia

Tidak ada voting
Hilya, aulia
Hilya aulia
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Hilya, aulia yang ada pada kategori TEEN published pada 28 Maret 2023 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming Hilya aulia secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Gejolak Nafsu Terpendam - 3


Dari bagian 2

Panasnya sinar matahari yang menerobos jendela kamarku, membangunkanku dari tidurku yang lelap. Setelah hampir semalam penuh aku merasakan nikmatnya bersetubuh dengan Mbak Rina dan Mbak Vera. Dan aku baru pulang dari rumahnya kerumah Mas iwan jam 05.00 dinihari.

Dengan sedikit bermalas-malasan, aku pergi ke kamar mandi membersihkan badan. Selesai mandi badan rasanya segar sekali. Siang itu kurasakan lain dari biasanya, rumah Mas Iwan tampak sepi sekali. Oh ya, aku baru ingat kalau hari ini, Mas Iwan mengantar Tante Sari kondangan ke kampung sebelah. Jadi yang ada di rumah hanya Mbak Erna dan Aku.

Dengan hanya mengenakan handuk yang kulilitkan dipinggangku, aku pergi ke dapur. Membuat secangkir kopi. Sampai didapur kudapati Mbak Erna sedang mencuci piring.

"Pagi Mbak," sapaku.

Mbak Erna tak menjawab sapaanku. Mukanya cemberut. Aku heran, tumben Mbak Erna begitu, biasanya dia sangat ramah padaku.

"Ada apa sih Mbak, kok cemberut begitu," tanyaku lagi.
"Mbak marah sama aku? atau Mbak nggak senang ya, aku disini," imbuhku.






Mbak erna masih diam saja, membuatku tak enak hati dan bertanya-tanya dalam hati.

"Ok, Mbak. Kalau Mbak nggak senang, aku pulang aja deh,"
"Jangan-jangan pulang Don, aku nggak marah sama kamu," sahutnya sambil menarik tanganku.
"Habis Mbak marah sama siapa? Boleh tahu kan Mbak?" tanyaku lagi.
"Ok, Mbak akan kasih tahu, tapi jangan bilang sama siapa-siapa ya!," jawabnya.
"Aku janji Mbak," kataku meyakinkannya.
"Don, aku lagi kesal sama Mas Iwan," kata Mbak sari.
"Kesal kenapa Mbak," selaku.
"Belakangan ini, Mas Iwan dingin sekali padaku Don," katanya sambil merebahkan kepalanya didadaku.
"Setiap aku pingin begituan, dia selalu menolak," imbuhnya sambil tersipu malu.
"Mungkin Mas Iwan lagi lelah Mbak," hiburku sambil kuusap-usap rambutnya.
"Ah, masak setiap malam lelah," sahutnya.
"Mungkin ada yang bisa aku bantu, untuk menghilangkan kekesalan Mbak," pancingku.

Mbak Erna tak menjawab pertanyaanku. Sebagai orang yang cukup berpengalaman soal sex, aku tahu Mbak Erna sangat kesepian dan menginginkan hubungan sexsual. Maka dengan memberanikan diri, kukecup lembut keningnya. Dan kurasakan remasan halus tangannya yang masih memegang tanganku.
Merasa mendapat respon positif, kugerakkan bibirku menciumi kedua pipinya dan berhenti dibelahan bibir mungilnya.

Mbak Ernapun membalas kecupanku pada bibirnya dengan kuluman yang hangat, penuh gairah. kukeluarkan lidahku, mencari lidahnya. Kuhisap-hisap dan kusedot-sedot. Kulepaskan tanganku dari genggamannya dan kugerakkan menggerayangi tubuh Mbak Erna. Dan perlahan-lahan kususupkan tangan kananku kebalik gaun tidurnya. Dan kurasakan halusnya punggung Mbak Erna. Sementara tangan kiriku meremas-remas pantatnya yang padat. Mbak Erna melepaskan seluruh pakaiannya. Agar aku lebih leluasa menggerayangi tubuhnya.

Setelah semua terlepas maka terpampanglah pemandangan yang luar biasa. Dengan jelas aku bisa melihat buah dadanya yang montok, perutnya yang ramping dan memeknya yang dicukur bersih. Membuat nafsu birahiku semakin menjadi-jadi dan kurasakan kontolku menegang. Akupun melepaskan kulumanku pada bibirnya dan dengan sedikit membungkukkan badanku. Aku mulai menjilati buah dadanya yang mulai mengeras, secara bergantian.

Puas menjilati buah dadanya, jilatanku kupindahkan ke perutnya. Dan kurasakan halusnya kulit perut Mbak Erna. Mbak Erna tak mau ketinggalan, ditariknya handuk yang melilit dipinggangku. Dengan sekali sentakan saja, handukku terlepas.

"Aow, besar sekali don kontolmu," decaknya kagum, sambil memandangi kontolku yang telah menegang dan mengacung-ngacung setelah handukku terlepas. Mbak Erna menggerakkan tangannya, meraih batang kontolku. Diusap-usapnya dengan lembut kemudian dikocok-kocoknya, membuat batang kontolku semakin mengeras.

Tak terasa sudah dua puluh menit berlalu, Kusudahi jilatanku pada perutnya. Kuangkat tubuhnya dan kududukkan diatas meja dapur. Kedua pahanya kubuka lebar-lebar. Dan terpampanglah di depanku bukit kecil yang dicukur bersih. Bibir memek yang memerah dengan sebuah daging kecil yang tersembul diatasnya. Kubungkukkan tubuhku dan kudekatkan wajahku ke selangkangannya. Dan aku mulai menjilati pahanya yang putih mulus, dihiasi bulu-bulu halus. Sambil tanganku meraba-raba memeknya.

Beberapa menit berlalu, kupindahkan jilatanku dari pahanya ke memeknya. Mula-mula kujilati bibir memeknya, terus kebagian dalam memeknya. Lidahku menari-nari didalam lubang memeknya yang basah.

"Ohh.. terus.. Don.. terus.. Nik.. Matt," serunya tertahan. Membuatku semakin bersemangat menjilati lubang memeknya. Kusedot-sedot itilnya. Pantat Mbak Erna terangkat-angkat menerima jilatanku. Ditariknya kepalaku, dibenamkannya pada selangkangannya.

"Ohh.. Don.. Aku.. Tak.. Tahan.. Masukin Don.. Masukin kontolmu," pintanya menghiba.

Kuturuti kemauannya. Aku kemudian berdiri. Kuangkat kedua kakinya tinggi-tinggi, hingga ujung jari kakinya berada diatas bahuku. Kudekatkan kontolku keselangkangannya. Mbak Erna meraih kontolku dan menuntunnya ke lubang memeknya. Kudorong maju pantatku hingga kepala kontolku masuk ke lubang memeknya.

Aku diam sejenak mengatur posisi supaya lebih nyaman, lalu kudorong pantatku lebih keras, membuat seluruh batang kontolku masuk ke lubang memeknya. Kurasakan kontolku dijepit dan dipijit-pijit lubang memeknya yang sempit. Memeknya penuh sesak karena besarnya batang kontolku.

"Aow.. Pelan-pelan.. Don.. kontolmu gede sekali," pekiknya, ketika aku mulai memaju mundurkan pantatku, membuat kontolku keluar masuk dari lubang memeknya.

Tak terasa sudah tiga puluh menit aku memaju mundurkan pantatku. Dan kurasakan memek Mbak Erna berkedut-kedut. Dan otot-otot memeknya menegang.

"Ohh.. Don.. Aku.. Keluarr.. Sayang," teriaknya lantang. Sedetik kemudian kurasakan cairan hangat keluar dari memeknya. Dan Mbak Erna mencapai orgasmenya. Mbak Erna tahu kalau aku belum mencapai puncak kenikmatan. Dia turun dari atas meja dapur. Kemudian berjongkok dihadapanku. Diraihnya kontolku dan dikocok-kocok dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya meremas-remas buah pelirku.

"Akhh.. Mbak.. Enak.. Nikk.. Mat.. terus," seruku, ketika Mbak Erna mulai menjilati batang kontolku. Dari kepala hingga pangkal kontolku dijilatinya. Mataku merem melek merasakan nikmatnya jilatan Mbak Erna. Aku semakin merasa nikmat ketika Mbak Erna memasukkan kontolku ke mulutnya yang mungil. Dan mulai mengulum batang kontolku. Mbak Erna memaju mundurkan mulutnya, membuat kontolku keluar masuk dari mulutnya. Sementara tangannya mengocok-ngocok pangkal kontolku.

"Oohh.. Mbak.. Akuu.. Tak.. Tahan," teriakku.

Dan kurasakan kontolku berkedut-kedut semakin lama semakin cepat. Kujambak rambutnya dan kubenamkan kepalanya diselangkanganku.

"Mbak.. Akuu.. Ke.. Luarr," teriakku lagi lebih keras. Mbak Erna semakin cepat memaju mundurkan mulutnya. Dan crott! crott! crott! kontolku memuntahkan sperma yang sangat banyak di mulutnya. Mbak Ernapun menelannya tanpa ragu-ragu. Dan tanpa rasa jijik sedikitpun dia menjilati sisa-sisa spermaku sampai bersih.

"Terimakasih Don, kamu telah memberiku kepuasan," pujinya sambil tersenyum.
"Sama-sama Mbak, aku juga sangat puas," sahutku.
"Mbak masih mau lagi kan," tanyaku.
"Mau dong, tapi kita mandi dulu yuk," ajaknya.

Kemudian kami meraih pakaian masing-masing untuk selanjutnya bersama-sama pergi ke kamar mandi membersihkan badan. Sehabis mandi, masih sama-sama telanjang, kubopong tubuhnya menuju taman disamping rumah. Aku ingin melaksanakan impianku selama ini, yaitu bersetubuh ditempat terbuka.

"Don.. Jangan disini sayang, nanti dilihat orang," protesnya.
"Kan nggak ada siapa-siapa di rumah Mbak," sahutku.

Mbak Ernapun tidak protes lagi, mendengar jawabanku. Sambil berdiri kupeluk erat tubuhnya. Kulumat bibirnya. Mbak Erna membalas lumatan bibirku dengan pagutan-pagutan hangat. Cukup lama kami bercumbu, kemudian aku duduk dikursi taman. Dan kusuruh Mbak Erna berjongkok dihadapanku. Mbak Erna tahu maksudku. Diraihnya batang kontolku yang masih layu. Dielus-elusnya lembut kemudian dikocok-kocok dengan tangannya.

Setelah kontolku mengeras Mbak Erna menyudahi kocokkannya, dia mendekatkan wajahnya ke selangkanganku. Lidahnya dijulurkan dan mulai menjilati kepala kontolku. Lidahnya berputar-putar dikepala kontolku, kemudian turun kepangkalnya.

"Oohh.. terus.. Mbak.. Nikmat banget," desahku.
"Isepp.. Mbak.. Isep," pintaku. Mbak Erna menuruti kemauanku.

Dimasukkannya kontolku kemulutnya. Hampir sepertiga batang kontolku masuk ke mulutnya. Sambil tersenyum padaku, dia mulai memaju mundurkan mulutnya, membuat kontolku maju keluar masuk dimulutnya.

"Mbak.. Aku.. Tak.. Tahan," seruku. Mbak Erna kemudian naik ke pangkuanku. Memeknya pas berada diatas selangkanganku. Diraihnya kontolku dan dibimbingnya ke lubang memeknya. Mbak Erna mulai menurunkan pantatnya, sedikit demi sedikit batang kontolku masuk ke lubang memeknya semakin lama semakin dalam. Hingga seluruh batang kontolku masuk ke lubang memeknya. Sesaat kemudian Mbak Erna mulai menaik turunkan pantatnya. Sesekali digoyang-goyangkan pantatnya kekiri-kekanan. Aku tak mau kalah, kusodok-sodokkan pantatku ke atas seirama dengan goyangan pantatnya.

"Ohh.. Don.. Aku.. Mauu.. Ke.. luarr," teriaknya setelah hampir tiga puluh menit menggoyang tubuhku. Dan kurasakan otot-otot memeknya menegang. Tangannya mencengkeram dadaku dengan keras. Sesaat kemudian kurasakan cairan hangat merembes dilubang memeknya.

"Aku tak ingin mengecewakanmu Don," katanya sambil tersenyum. Dia menarik kontolku keluar dari lubang memeknya, kemudian memasukkannya ke lubang anusnya. Mbak Erna rupanya tahu kesenanganku. Meski agak susah, akhirnya bisa juga seluruh batang kontolku masuk ke lubang anusnya. Perlahan tapi pasti Mbak Erna mulai menaik turunkan pantatnya. Membuatku merasakan nikmat yang tiada taranya.

Cukup lama Mbak Erna menggoyang-goyangkan pantatnya, kemudian kami berganti posisi. Kusuruh dia menungging, membelakangiku dengan tangan bertumpu pada kursi taman. Kugenggam kontolku dan kuarahkan tepat ke lubang anusnya. Kudorong sedikit demi sedikit, sampai seluruhnya amblas tertelan lubang anusnya. Lalu kudorong pantatku maju mundur. Kurasakan nikmatnya lubang anus Mbak Erna. Sambil kucucuk-cucuk lubang memeknya dengan jari-jariku. Membuat nafsu birahi Mbak Erna bangkit lagi. Mbak Erna mengimbangi gerakkanku dengan mendorong-dorong pantatnya seirama gerakkan pantatku.

Aku semakin mempercepat gerakkan pantatku, ketika kurasakan akan mencapai orgasme. Demikian juga jari-jariku semakin cepat mencucuk memeknya.

"Mbak.. Mbak.. Akuu.. Mau.. Keluar," seruku.
"Akuu.. Juga.. Don," sahutnya.

Dan dalam waktu yang hampir bersamaan, kami mencapai orgasme. Kutarik kontolku dari lubang anusnya, dan kutumpahkan spermaku dipunggungnya. Mbak Erna kemudian membalikkan badannya dan berdiri, sambil memintaku duduk kursi taman. Didekatkannya selangkangannya kewajahku. Ditariknya rambutku dan dibenamkannya kepalaku keselangkangannya. Dan akupun mulai menjilati memeknya sambil duduk. Kuhisap dan kusedot-sedot cairan hangat yang keluar dari lubang memeknya. Mbak Erna sangat puas dengan perlakuanku.

Hari itu kami melakukan persetubuhan sampai puas, dengan berbagai macam gaya. Sungguh luar biasa Mbak Erna, meskipun tinggal dikampung. Tapi dalam soal bersetubuh dia tak kalah dengan orang kota. Memang sungguh nikmat istri Mas Iwan. Memek dan lubang anusnya sama nikmatnya. Membuatku ketagihan menyetubuhinya.

Ke bagian 4

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.