kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru Jilat Memek Gue PEMERSATUDOTFUN

Jilat Memek Gue

Tidak ada voting
Jilat, Memek, Gue
Jilat Memek Gue
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Jilat, Memek, Gue yang ada pada kategori COLMEK, TEEN, VCS published pada 22 Mei 2023 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming Jilat Memek Gue secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Cerita Dewasa:


Pacarku Penari Striptease - 1


Saat itu aku masih duduk di tingkat 3 kuliahku di sebuah Universitas swasta di kota Bandung. Baru 2 minggu ini aku menjalin hubungan asmara dengan Astrid (sebut saja begitu). aku kenal dia sejak 2 bulan yang lalu saat kami sama-sama menghadiri pesta ulang tahun teman sefakultasku. aku sudah tertarik padanya sejak pertama kali berjumpa dengannya di pesta itu. Wajahnya bulat, mungil terlihat imut dan lucu serta sedikit lugu. Tubuhnya langsing, tapi sangat sempurna di mataku. Dia juga tidak terlalu tinggi, mungkin cuma sekitar 165 cm. Cuma sebatas telingaku kalau kami berdiri berdampingan. Sekilas dia tampak seperti orang jepang, sungguh cantik. Sejak perkenalan di pesta itu, kami jadi sering saling telepon atau saling kirim SMS.

Yang kutahu, dia kuliah di universitas lain di kota Bandung juga. Dia anak kost sama sepertiku, dia aslinya dari Pontianak, namun sejak SMP sudah bersekolah di Bandung. Aku jarang bisa bertemu dengannya, sampai kami jadian lewat telepon pun kami masih jarang ketemu. Paling cuma malam minggu atau pas ada waktu luang yang memungkinkan kami untuk saling bertemu di mall atau di gedung bioskop.

Teman-temanku yang tahu bahwa aku jadian dengan Astrid banyak yang jadi tidak suka. Mereka mengatakan bahwa Astrid suka sama aku cuma karena aku ganteng dan lumayan berduit. Mereka bahkan bilang kalau Astrid adalah cewek yang 'tidak bener', alias bispak atau bisa 'dipakai'. Aku tentu saja tidak begitu saja percaya pada omongan mereka, namun hatiku juga sedikit bimbang, walau bagaimanapun aku tidak suka kalau ada berita miring berkaitan dengan pacar baruku ini. Dan lebih sulitnya lagi, aku merasa tidak mungkin untuk menanyakan hal ini secara langsung kepadanya, apalagi selama menjalin hubungan dia terlihat baik-baik saja. Bahkan terkesan sedikit lugu, buktinya saat pertama kali kami berciuman dia terlihat malu-malu dan canggung sekali.

Sebenarnya untuk urusan wanita, aku bukan seorang yang bisa dikatakan lugu atau kurang gaul. Sejak SMP kelas 3 aku sudah melakukan hubungan intim dengan pacarku waktu itu. Saat SMA pun aku pernah berpacaran sebanyak 5 kali, dan semuanya pernah tidur bareng denganku. So' kalau kali ini aku harus menjalin hubungan dengan seorang cewek "bispak" seperti yang dikatakan teman-temanku, aku juga tidak terlalu kecewa, mungkin malah bisa dibilang senang. Karena memang aku belum berpikir untuk memiliki pacar dengan serius. Toh masih muda ini, buat apa pusing-pusing mikirin jauh-jauh. Tidak usah munafik soal cinta, itulah mottoku dalam soal pacaran.

Hubunganku dengan Astrid masih baik-baik saja. Kami sering pergi nonton bareng, ataupun jalan-jalan bareng. Namun, sejauh ini aku belum berani minta yang "satu" itu. Lagi pula Astrid kelihatannya sangat lugu dan terlalu imut. Ada rasa sayang juga dalam hatiku apabila ternyata ajakanku untuk yang satu itu membuat hatinya terluka atau malah kecewa dan marah padaku.

Sampai satu malam, ceritanya malam itu aku tidak janjian dengan Astrid, karena dia sudah mau ujian tengah semester. Jadi aku punya banyak waktu buat kumpul bareng teman-teman mainku. Malam itu kami berencana untuk pergi ke diskotik buat mejeng dan cuci-cuci mata. Apalagi kabarnya ada tari striptease malam ini. So' kami semua pun setuju untuk pergi kesana. Suasana hingar bingar di dalam diskotik sudah biasa kurasakan, sedikit bir dan musik yang berdentam sudah cukup "enjoy" buatku. tidak perlu sampai tripping atau 'ngamar' seperti kebanyakan persepsi orang tentang dunia malam, khususnya diskotik.

Sekitar pukul 1 malam, aku sepertinya sudah minum bir lumayan banyak juga sehingga aku cuma bisa duduk sambil menikmati lagu, sementara teman-temanku masih asyik disko dan menunggu sajian "utama" malam itu, yaitu tarian striptease yang biasanya dilakukan oleh gadis muda dan seksi. Saat acara dimulai, aku cuma menonton dari tempat duduk yang agak jauh dari panggung. Sambil menghisap rokok aku hanya sesekali saja melihat beberapa gadis cantik yang sedang menari panas di depan sana. Namun, tiba-tiba seorang temanku datang menghampiriku.
"Jim, tuh ada si Astrid kayaknya.."





"Ha? Masa, salah lihat kali lo". jawabku santai karena aku memang dah males bicara, mungkin karena sudah sedikit ngantuk.
"Bener Jim, coba deh elo liat yang nari striptease di depan itu siapa, itu Jim yang paling kiri"

Aku jadi mulai kaget, sepertinya temanku ini serius sekali. So' akupun berdiri dari tempat duduk dan mencoba mendekat ke panggung. Dan ternyata benar, Itu Astrid. Dia masih mengenakan kaos ketat putih dan celana jeand pendek yang sangat seksi sambil meliuk-liuk di atas panggung sambil memegang sebotol bir dan membasahi tubuhnya yang tidak mengenakan pakaian dalam itu. Emosiku naik dan bergolak, entah apa yang membuatku berani langsung maju kedepan dan naik ke atas panggung untuk mendekatinya. Padahal ada banyak security muka seram yang menjaga keamanan disekitar panggung.

Kuhampiri Astrid sambil menarik tangannya untuk turun, musik masih berdentam-dentam. Para tamu yang lainpun tampak biasa saja, bahkan terlihat menepuk tangan. Pikir mereka aku mabuk dan sudah horny sekali barangkali. Namun, tarikan tanganku ditahan oleh seorang pria tinggi besar dengan muka seram. Ingin rasanya aku meninju muka orang itu karena kesal, tapi Astrid keburu mendorong pria itu dan berbicara kepadanya, kemudian dia menarik tanganku untuk turun. Aku tahu pasti dia ingin bicara denganku. Emosiku naik-turun, kubawa dia ke tempat parkir di depan diskotik itu. Teman-temanku hanya mengikuti dari belakang.

"Ndut' pinjem mobilmu bentar", kataku kepada salah seorang temanku yang tampak bengong.
Dia lalu memberikan kunci mobilnya yang kami pakai saat datang bersama tadi. langsung kubuka pintu mobil sambil memasukkan Astrid ke mobil, kujalankan mobil tanpa tujuan. Sepanjang perjalanan aku cuma bisa diam, tidak tahu harus bagaimana memulai kata-kata. Ternyata semua tuduhan teman-temanku tentang Astrid benar, namun aku sungguh kecewa karena aku telat mengetahuinya bahkan terus membelanya di depan teman-temanku.

"Maaf Jim..", dia mulai pembicaraan.
Aku cuma diam, kepalaku rasanya pusing sekali, tidak tahu mau berbuat apa. Sampai akhirnya dia melanjutkan kalimatnya
"aku tahu elo pasti kecewa dan marah sekali, tapi aku tidak bermaksud bohong sama kamu Jim. aku nari gituan cuma buat nambah-nambah duit jajan aku"
"Diam!", bentakku, aku marah sekali mendengar dia masih berani bilang maaf seolah dia suci itu.
"Hmm, terserah kamu mau pikir apa Jim, yang jelas aku tidak separah seperti yang elo bayangin. aku cuma nari doang, tidak sampai jadi bookingan orang", lanjutnya.
"Sudah.. sudah diam!", bentakku lagi, aku masih kesal sekali waktu itu.
Kami diam beberapa saat, kemudian dia mengatakan sesuatu yang sungguh menyejukkan hatiku.
"Aku cinta kamu Jim, aku bener-bener sayang sama kamu.."

Aku tidak tahu harus bilang apa, marah, kasihan campur aduk dalam hatiku. Kuhentikan mobil di tepi jalan, dan duduk diam sambil tetap memegang stir mobil. Mesin mobil juga masih nyala. Harus aku akui bahwa kali ini aku benar-benar mati kutu menghadapi wanita ini, sepertinya aku sudah jatuh cinta sekali sama dia sehingga aku bisa merasa begitu sakit saat tahu dia bekerja sebagai penari striptease.

Panas hatiku rasanya ingin segera kuluapkan padanya, benci, kesal dan sekaligus sayang, tapi aku nggak tahu bagaimana cara meluapkannya. Tiba-tiba tanpa pikir lagi aku langsung menarik tubuhnya ke arahku, kucium mulutnya dengan buas seolah ingin menelannya hidup-hidup. Dia diam saja untuk beberapa saat, setelah itu dia mulai membalas ciumanku dengan penuh gairah juga. kami saling berpagut mulut untuk beberapa saat. Kumasukkan lidahku ke dalam mulutnya dan kuputar-putar sampai ke kerongkongannya, diapun membalas sambil mendorong-dorong lidahku ke belakang. Kupeluk tubuhnya erat sambil terus menekan kepalanya mendekatiku. Rasanya ciuman ini benar-benar panas hingga bisa meredam kekesalan hatiku. Sambil terus berciuman kumatikan mesin mobil.

Tanganku mulai meraba toketnya yang mungil namun padat itu. Selama pacaran dan sering berciuman dengannya, namun baru kali ini dia diam saja saat tanganku memeras toketnya. Kuremas dan terus kuremas. Dia tidak mengenakan BH sehingga aku dapat merasakan boba susunya di tanganku dari balik baju kausnya yang masih agak basah oleh guyuran bir tadi. Desah nafasnya mulai tersengal-sengal, demikian pula aku. Aku merasa begitu terangsang, sehingga aku tidak bisa berpikir apa-apa lagi.

Aku menaikkan baju kaosnya dan melepaskannya sehingga sekarang toketnya terlihat bebas bergantung di dadanya. Dia hanya diam saja dan terlihat sedikit gugup. Langsung kubekap bibirnya, sambil menurunkan bangku duduknya sehingga kini posisinya dalam keadaan tertidur, aku duduk menyamping sambil terus menciumi mulut, hidung, mata dan telinganya. Sementara tangan kananku bergelak meremas dan memainkan boba susunya yang sudah mengeras sekali. Nafasnya berdesah, namun dia tidak mengeluarkan kata-kata. Kulihat matanya tampak sayu tertutup seolah menikmati semua yang kulakukan atas dirinya. Kuturun menciumi dadanya, sampai ke boba susu kanannya, kuhisap bobanya.
"Ahh.., Jim", desahnya sambil menjambak rambutku.

Aku sudah sering memainkan boba susu gadis seperti ini (mungkin lain waktu aku bisa menceritakan darimana semua pengalamanku ini). Kuhisap, sambil menggelitik bobanya dengan lidahku, tangan kananku juga masih terus meremas dan mencubit-cubit boba kirinya. Boba susu Astrid masih begitu murni, merah muda dan kecil mungil. Namun kerasnya bukan main, kenyal dan hangat. Dia hanya diam sambil sesekali mendesah dan menyebut namaku.

Bersambung ke bagian 2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.