Cerita Dewasa:
Wanita Kesepian: Lobi-lobi Bisnis - 3
Dari bagian 2
Aku dan Mas Rudy kembali berciuman. Kurasakan tangannya bergerak lincah mempreteli kancing blouseku hingga terlepas. Ia lalu meraih kaitan kutang di punggungku dan melepaskannya. Mas Rudy melenguh penuh kekaguman begitu kedua buah dadaku yang membusung penuh tumpah dari kutangku. Kedua tangannya segera menangkap buah dadaku. Meremas-remas seraya berkata betapa kenyal dan montoknya buah dadaku. Ia tak berhnti memuji-muji kecantikan tubuhku. Bibir langsung berpindah ke atas toketku. Menciumi keduanya dan menjilat-jilat putingku. Aku meringis keenakan menghadapi kemotan pada putingku. Tangannya meraih tanganku untuk dibimbing ke arah kontolnya.
Mbak Rini lalu melepaskan kulumannya dan membiarkan aku menggenggam kontolnya. Ia bangkit dan mengambil posisi jongkok mengangkangi Mas Rudy. Liang memeknya persis di atas kontol yang tengah kupegang. Kuacungkan persis menempel di mulut liangnya. Aku melirik ke arah Mbak rini dan mewmberi tanda supaya menurunkan tubuhnya. Mbak Rini melenguh panjang saat ujung kepalanya menerobos masuk bibir kemaluannya.
"Oohh.. gedee.. bangeett.. uugghh.. enaakkhh..!" rintih Mbak Rini penuh kenikmatan.
Kulihat batang yang lebih besar dari pergelangan tanganku itu melesak ke dalam liang Mbak Rini yang sempit. Batang itu baru masuk setengahnya. Mbak Rini sudah kelihatan gelagapan. Kelihatannya tak akan muat. Mbak Rini menggoyang-goyang pantatnya sambil bergerak turun naik. Sedikit demi sedikit gerakan itu membantu batang Mas Rudy masuk lebih dalam lagi. Mbak Rini baru menjerit lega setelah merasakan batang itu masuk seluruhnya. Ia tampak puas bisa membenamkan seluruhnya. Setelah itu ia beergerak naik turun. Telihat lambat sekali. Ketika naik rasanya tidak sampai-sampai ke ujungnya. Begitu pula saat turun. Terasa lama sekali baru mentok hingga ke dasarnya.
Aku terpesona melihatnya sambil berpikir apakah liangku mampu menerimanya. Aku tak bisa berpikir lama karena tangan Mas Rudy bergerak semakin nakal. Rokku telah dipelorotkannya sekaligus dengan celana dalamku. Aku kini sudah telanjang bulat seperti mereka berdua. Kurasakan jemari Mas Rudy menusuk-nusuk liang memekku. Mulutnya tak pernah berhenti mengemoti puting susuku. Kenikmatan di dua tempat ini benar-benar luar biasa. Rangsangan dahsyat menyebar ke sekujur tubuhku. Cairan pelumas dari liang memekku semakin membanjir sehingga memperlancar laju keluar masuk tusukan jari Mas Rudy. Menyentuh seluruh relung memekku. Kelentitku dipermainkan sedemikian rupa. Tubuhku terlonjak-lonjak saking keenakan. Pinggulku bergoyang, berputar dan bergerak maju mundur mengikuti irama tusukannya.
"Ganti posisi Mbak.." kata Mas Rudy tiba-tiba. Ia bangkit sembari menurunkan tubuh Mbak Rini yang tengah asyik menungganginya.
Kulihat Mbak Rini sepertinya tahu apa keinginan Mas Rudy. Ia langsung mengambil posisi merangkak di atas ranjang, bertumpu pada kedua lututnya yang ditekuk sementara pantatnya menungging ke atas. Mas Rudy mengambil posisi di belakangnya. Ia tekan punggung Mbak Rini sehingga wajahnya menyentuh ranjang. Pantatnya yang bulat penuh itu semakin menungging. Mas Rudy bergumam tak jelas sambil menatap penuh nafsu liang memek Mbak Rini yang sudah menganga lebar dari bagian belakangnya. Mas Rudy memegangi kontolnya dan diarahkan ke liang itu. Tubuhnya segera didorong ke depan. Mbak Rini melenguh seperti sapi yang sedang diperah. Mulutnya menganga sambil mengaduh karena merasakan liangnya dijejali benda keras, panjang dan besar milik Mas Rudy.
Aku iri melihat kenikmatan yang diperolehnya. Aku diam tak bergerak menyaksikan persetubuhan mereka. Nafsuku semakin memuncak. Kedua tanganku dengan refleks meremas buah dadaku sendiri. Mas Rudy melihat perbuatanku. Ia menyuruhku untuk bergabung. Mbak Rini segera menarik tubuhku hingga telentang persis di bawahnya. Kedua kakiku dibukanya lebar-lebar kemudian wajah Mbak Rini mendekati pangkal pahaku. Aku berdebar menantikannya. Kemudian kurasakan jilatan lidahnya di bibir kemaluanku. Tubuhku bergetar hebat. Luar biasa! Baru kali ini aku merasakan lidah perempuan menjilati memekku. Tubuhku meggeliat-geliat antara geli dan nikmat. Mbak Rini memang luar biasa. Ia lihai sekali memberikan rangsangan padaku. Lidahnya menjilat-jilat kelentitku. Pantatku terangkat tinggi-tinggi begitu kurasakan desakan hebat dari dalam tubuhku. Begitu kencang dan kuat hingga aku tak dapat menahannya. Aku menjerit lirih sambil menggigit bibirku sendiri. Semburan demi semburan memancar dari liang memekku. Aku mencapai puncak kenikmatan hanya dalam beberapa kali jilatan saja. Kulihat ke bawah wajah Mbak Rini semakin terbenam di antara selangkanganku. Mulutnya mengecup-ngecup cairan yang meleleh dari liangku. Menghirupnya dalam-dalam. Ia dengan penuh gairah membersihkan ceceran cairanku di sekitar kemaluanku.
"Oohh.. Mbak Rinii.. ngghh.. mmppffhh.." rintihku sambil menjambak rambutnya dan menekan kepalanya ke dalam selangkanganku.
Sementara di belakang sana, Mas Rudy dengan gagahnya menghujamkan senjata terus menerus. Pinggulnya meliuk-liuk dan bergerak maju mundur dengan kecepatan penuh. Mbak Rini sampai kelabakan mengimbangi keperkasaan pria gentle itu. Selang beberapa detik kemudian Mbak Rini melenguh panjang. Tubuhnya berkelojotan. Nampaknya ia pun sudah mencapai puncak kenikmatannya sendiri. Tubuhnya langsung lunglai dan terjatuh di sampingku. Aku segera menghunjaninya dengan ciuman. Bibirnya kukulum. Buah dadanya kuremas-remas. Lenguhannya bertambah keras bahkan setengah menjerit. Ia balas memeluk tubuhku. Mengerayangi buah dadaku. Memilin-milin putingku. Aku merasakan gairahku muncul kembali. Kami bergumul dengan panasnya. Aku melirik ke arah Mas Rudy yang terpana menyaksikan aksi kami. Batang kontolnya nampak masih keras, mengacung dengan gagahnya. Aku biarkan dia menonton kami. Perhatianku tersita semuanya oleh cumbuan Mbak Rini. Tubuhku menyambut hangat kecupan panasnya. Aku sudah tidak lagi memperhatikan Mas Rudy.
Aku tak pernah menyangka bahwa Mbak Rini memiliki kecenderungan untuk bercinta dengan sesama perempuan pula selain dengan lelaki. Bi-sex, kata orang. Aku pun sebenarnya tak pernah berpikir akan bercinta dengan sesama perempuan dan tak pernah membayangkan akan kenikmatannya. Ternyata rasanya memang lain dari pada yang lain. Aku tak kalah hangatnya menyambut cumbuan Mbak Rini. Dadaku seakan mau meledak oleh rangsangan hebat yang bergolak dalam tubuhku. Bibir Mbak Rini terus-terusan menghisap puting susuku. Aku menggeliat-geliat saking enaknya.
Kenikmatanku semakin betambah saat kurasakan bibir kemaluanku digesek-gesek oleh moncong kepala kontol Mas Rudy yang mulai ikut bergabung dengan kami. Ya ampun! Aku berteriak dalan hati saking keenakan. Mana pernah kualami kenikmatan luar biasa seperti yang sedang kurasakan saat ini.
"Auuww!" aku merintih saat merasakan kontol Mas Rudy menyeruak di antara bibir kemaluanku yang masih rapat.
Rasanya membuatku tersedak dijejali kontol sebesar itu. Kubuka kedua kakiku lebar-lebar untuk memberikan jalan padanya. Pinggulku berkutat agar kontol itu masuk seluruhnya. Aku bisa menarik nafas lega melihat Mas Rudy mulai lancar menggoyang pantatnya. Ruang memekku terasa penuh. Gesekan urat-urat batang Mas Rudy sampai terasa ke ulu hati. Ujung kepalanya menyodok-nyodok bagian terdalam memekku. Aku sampai kehabisan nafas mengimbangi goyangan Mas Rudy. Ia benar-benar perkasa. Aku takluk padanya. Tubuhku serasa dipanggang oleh kontol panjangnya. Otot-otot memekku kukedut-kedut. Mas Rudy mengerang merasakan kenikmatan kedutanku menghisap-hisap kontolnya. Baru tahu rasa sekarang, ujarku dalam hati. Akan kubikin KO dia, ancamku dalam hati dengan gemas.
Kuingin ia segera menyemprotkan air maninya dalam memekku. Kuingin merasakan kekuatan semprotannya, Kuingin ia tumbang dalam pelukannku. Aku bergoyang sekuat tenaga. Kupelintir batang kontolnya dalam memekku. Kulihat Mas Rudy megap-megap. Aku semakin bersemangat. Pinggulku berputar seperti gasing. Meliuk-liuk liar. Kurasakan tubuhnya mulai berkelojotan. Aku sudah tak memperhatikan Mbak Rini yang sibuk mencumbui tubuhku. Aku lebih berkonsentrasi untuk membuat Mas Rudy mencapai orgasme secepatnya.
Upayaku belum juga memperlihatkan hasil. Mas Rudy nampak masih perkasa mengentotku. Belum terlihat tanda-tanda ia akan orgasme. Aku semakin frustrasi melihatnya, karena lama kelamaan aku sendiri yang kewalahan. Aku sudah merasakan desiran kuat dalam tubuhku. Aku panik oleh gejolakku sendiri. Kucoba bertahan sekuat mungkin, tetapi batang kontol Mas Rudy masih terus menusuk-nusuk dengan cepatnya. Gesekan kulit batangnya yang keras dan gerinjal urat-uratnya pada kelentitku, membuat pertahananku jebol paad akhirnya. Aku berteriak sekuat tenaga saat aliran deras menyembur dari dalam diriku. Aku menyerah, pasrah dan membiarkan otot-ototku melemas, melepaskan orgasmeku yang meledak-ledak.
"Masukiinn.. semuaannyaa..!" Jeritku seraya menarik pantat Mas Rudy ke dalam selangkanganku sehingga kontolnya melesak masuk seluruhnya. Kurasakan semburan demi semburan memancar dari dalam liangku.
Sementara Mbak Rini mengelus-elus wajahku seolah sedang menenangkan diriku yang tengah menghadapi amukan kobaran api birahi. Aku baru bisa mengambil nafas lega beberapa menit kemudian. Tulang-tulangku serasa pada copot. Aku terkulai lemas. Tenagaku terkuras habis dalam pertempuran tadi.
Mas Rudy lalu mencabut batangnya dari liangku. Ia nampak masih perkasa, mengacung gagah. Kepalanya mengkilat karena cairan milikku. Mbak Rini menoleh ke arahnya, kemudian kepadaku sepertinya meminta bantuanku untuk 'mengeroyok' lelaki yang telah membuat kami berdua luluh lantak. Aku mengangguk dan segera bangkit menghampiri Mas Rudy. Kutarik tubuhnya supaya berbaring telentang di ranjang. Bibirku langsung menyerbu daerah selangkangannya. Aku sudah tak sabar ingin melumat batang kontolnya. Kuselomoti dengan rakus hingga terdengar suara kecipakan air liurku. Sementara Mbak Rini memulai cumbuannya di bagian dadanya. Menjilati puting susunya. Menyusur terus ke bawah dan bergabung denganku menggumuli batangnya.
"Ouuhh.. sedaapp.." Pekik Mas Rudy melihat dua perempuan cantik saling berebut menciumi kontolnya.
Mbak Rini kebagian ujung kepalanya, sementara aku menjilati batang dan buah pelernya. Kami berdua saling berlomba memberikan kenikmatan kepada Mas Rudy. Kami kemudian bergiliran. Aku bagian atas, Mbak Rini bagian bawah. Seterusnya bergantian sampai beberapa menit lamanya. Ketika kami merasakan Mas Rudy menggelinjang dan mengerang seperti menahan sesuatu, secara berbarengan mulut kami menciumi moncong kontolnya dari samping. Kedua tangan kami mengocok batangnya.
"Ouuhh.. saa.. yaa.. ke.. ke.. kelu.." belum sempat ucapannya berakhir, nampak cairan kental dan hangat menyemprot keras dari moncongnya.
Tubuhnya menghentak-hentak seiring dengan semburan air maninya yang tak henti-henti muncrat. Wajah kami belepotan disirami air maninya yang keluar begitu banyak. Mbak Rini menghisap terus dengan rakusnya. Lidahnya menjilat-jilat sampai bersih batang itu dari ceceran air maninya. Sedangkan aku mengocoknya seakan mau memeras kontol itu hingga habis cairannya.
Setelah membersihkan cipratan air mani di wajah, lalu kami menjatuhkan diri di kiri dan kanan Mas Rudy sambil memeluknya. Kami benar-benar kecapaian. Mata terasa berat karena kantuk.
Samar-samar kudengar Mas Rudy berkata, "Kalian memang luar biasa. Saya benar-benar puas bersama kalian.."
Kami tak tahu apa lagi yang dibicarakannya karena sudah terbang melayang dalam mimpi indah. Senyum kepuasan tersungging dari bibirku dan Mbak Rini. Pengalaman yang sungguh tiada duanya..
E N D
Gg