kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru Ngentot pacar memek sempit mengigit di WC PEMERSATUDOTFUN

Ngentot pacar memek sempit mengigit di WC

Tidak ada voting
Ngentot, pacar, memek, sempit, mengigit
Ngentot pacar memek sempit mengigit di WC
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Ngentot, pacar, memek, sempit, mengigit yang ada pada kategori TEEN published pada 11 April 2023 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming Ngentot pacar memek sempit mengigit di WC secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Kisah dengan Tetangga 2: Bu Mina - 3


Dari Bagian 2


Kami berguling sedikit dan sebentar kemudian ia sudah berada di atasku. Bibirnya lincah menyusuri wajah, bibir dan leherku. Bu Mina mendorong lidahnya jauh ke dalam mulutku, kemudian menggelitik dan memilin lidahku. Kubiarkan Bu Mina yang mengambil inisiatif menyerang. Sesekali lidahku yang membalas mendorong lidahnya. Tanganku meremas-remas toketnya.

"Auhh, Ayolah Anto.. Terus," ia merintih pelan.

Kemaluanku mulai menegang dan mengeras. Kukulum toketnya semuanya masuk ke dalam mulutku, kuhisap dengan kuat, putingnya kumainkan dengan lidahku. Napasnya memburu dengan cepat. Detak jantung kami semakin cepat meningkat.

"Ayo puaskan aku sampai saat-saat terakhir sayang.. Ahh.. Auuh!" Bu Mina mendesis ketika ciumanku berpindah turun ke leher dan daun telinganya.

Tangan kiriku mulai menjalar di pangkal pahanya, kumasukkan jari tengahku ke belahan di tengah selangkangannya dan kugesek-gesekkan ke dinding depan memeknya.

"Ah sayang. Kamu liar dan nakal".






Sementara itu tangan kananku meremas halus buah dadanya. Tangannya tak mau kalah memegang, meremas dan mnegocok kejantananku. Dengan ganas aku menciumi seluruh bagian tubuh yang dapat kujangkau. Beberapa saat kemudian ereksiku sudah mendekati maksimal. Kepalanya berdenyut menantang lawan di depannya.

Jari tengah kiriku kugerakkan lebih cepat dan tubuhnya kemudian meliuk-liuk menahan kenikmatan. Pinggulnya naik dan berputar-putar. Tangan kananku memelintir puting toket kirinya dan dan mulutku kini menggigit puting kanannya. Sementara jari kiriku tetap mengocok lubang memeknya. Semakin cepat kocokanku, semakin cepat pula gerakan pantat dan pinggulnya.

Permainan tangan kiriku kuhentikan dan kuarahkan kejantananku untuk memasuki liang memeknya. Sebentar kemudian dengan mudah aku sudah menembus guanya yang panas. Pinggulku kugerakkan naik turun dan ia mengimbangi dengan memutar pinggulnya dan menaik turunkan pantatnya. Harumnya parfum yang dipakainya sangat membantuku untuk rileks namun juga sangat menimbulkan gairah. Kakinya menjepit pahaku dan kadang dikangkangkan lebar-lebar. Kuciumi leher dan dadanya. Beberapa kali kugigit sampai meninggalkan bekas kemerahan.

Kucabut kontolku dan kubalikkan tubuhnya, ia mengerti maksudku. Ia mengambil posisi nungging dan menaikkan pantatnya yang memang masih kencang. Kuposisikan diriku di belakang pantatnya. Diraihnya kontolku dan segera diarahkan untuk menerjang guanya kembali. Kuterjang memeknya dengan kocokan lembut. Tanganku memegang pantatnya dan membantu menggerakkan pantatnya maju mundur.

Ia mulai menggelinjang dan mengejang lembut, kedua tangannya mencengkeram dan meremas sprei.

"Ouhh.. Sudah To.. Kita.." ia merintih ketika pantatku kugerakkan ke belakang sampai kontolku hampir terlepas dan kumajukan dengan cepat. Kuulangi beberapa kali lagi dan iapun menekankan kepalanya miring di atas bed.
"To.. Kita kembali posisi.. Kita.. Aku.." ia menjerit dengan kata-kata yang tidak jelas.

Ia memintaku untuk kembali dalam posisi semula. Kembali kucabut kontolku dan segera kurebahkan kembali dalam posisi konvensional. Aku tahu ia, dan aku juga, hampir mengakhiri babak pertama ini. Kami bergerak berputar-putar. Setiap kutatap mukanya yang mengairahkan, maka akupun terpacu untuk membagi kenikmatan yang lebih kepadanya.

Bunyi desah napas dan erangan kami semakin sering dan kuat, memenuhi seluruh sudut kamar. Memeknya kuentot semakin cepat dan kuangkat kaki kirinya dan kulipat sehingga lututnya menempel di perutnya. Dengan satu kaki terangkat dan satu lagi dikangkangkannya lebar-lebar ia semakin meracau..

"Ouahh.. Uuhh!".

Dinding memeknya mulai berdenyut dan akupun sudah mencapai sebuah titik dimana aku tidak bisa kembali lagi dan harus kuraih puncak itu. Kakinya yang tadi kulipat kukembalikan lagi dan segera kedua pahanya menjepit pinggangku.

"Sekarang Bu Min.. Naahh.. Aku mau kell.. Lluu.. Arr.. Ghh," aku menggeram keras. Pinggulnya naik menjemput kejantananku. Kutekankan kejantananku dalam-dalam di memeknya.
"Ouhh Anto.. Aku juga samm.. Paaiihh!" ia pun memekik kecil.

Giginya dibenamkan di bahuku sampai membekas. Jepitan kakinya semakin ketat dan denyutan di memeknya terasa meremas kontolku. Ditekan-tekannya pantatku ke bawah dengan betisnya. Setelah beberapa saat kami sama-sama terkulai lemas

Udara sejuk Kaliurang yang bertiup dari luar kamar sangat membantuku untuk mengembalikan tenaga. Bu Mina masih mengusap dan mempermainkan bulu dadaku. Ia berbaring miring di sebelahku dengan kaki kananya membelit kakiku. Kupeluk bahunya dan kuusap-usap dengan lembut.

"Aku tidak ingin hari ini berlalu dengan cepat. Aku masih ingin bersamamu berbagi kenikmatan," katanya sambil mengecup lenganku.

Setelah beberapa saat kemudian, maka napas dan detak jantung kami pun kembali normal. Setelah mengobrol dan bercanda, sejam kemudian Bu Mina sudah merengek minta untuk masuk babak berikutnya. Aku masih menatap dan menikmati pemandangan tubuh aduhai yang sedang dalam keadaan telanjang telentang di sampingku.

Ia naik ke atas tubuhku dan mencium bibir, leher dan telingaku. Mulutku menghisap kedua toketnya, kugigit putingnya bergantian. Ia hanya melenguh dan gairah kami berdua pun mulai timbul.

Tangannya menyusup di sela pahaku, kemudian mengelus, meremas dan mengocok kontolku. Pantatku sesekali kunaikkan dan menahan napas. Bibirnya mengarah ke leherku, mengecup, menjilatinya. Napasnya dihembuskan dengan kuat ke dalam lubang telingaku. Kini dia mulai menjilati putingku dan tangannya mengusap bulu dadaku kemudian menjalar sampai ke pinggangku. Aku semakin terbuai kenikmatan. Kupeluk dan kuusap pungungnya dengan kuat.

Tangan kiriku dibawanya ke celah antara dua pahanya. Jari tengahku masuk, mengusap dan menekan bagian depan dinding memeknya dan bersama ibu jari menjepit dan memilin sebuah tonjolan daging sebesar kacang. Setiapkali aku mengusap dan memilinnya Bu Mina mendesis keras..

"Sshh.. Ouhh.. Sshhss"

Ia melepaskan tanganku dari selangkangannya. Mulutnya bergerak ke bawah, menjilati perutku. Tangannya masih mempermainkan kontolku, bibirnya terus menyusuri perut dan pinggangku, semakin ke bawah dan kemudian mengecup kepala kontolku. Lidahnya membelah masuk ke lubang kencingku. Aku merasa seperti disengat ribuan lebah dan secara refleks mengencangkan ototku. Dua buah telur yang menggantung di bawahnya kemudian diisapnya. Aku hanya menahan napasku setiap ia mengisap telurku.

Bu Mina kembali bergerak ke atas, tangannya masih memegang dan mengusap kejantananku yang telah berdiri tegak. Kembali kami berciuman. Buah dadanya kuremas dan putingnya kupilin dengan jariku sehingga dia mendesis perlahan dengan suara merintih..

"Sshh hhiihh.. Sshh.. Ngghh.."

Perlahan-lahan diturunkankan pantatnya sambil memutar-mutarkannya. Kepala kontolku dipegang dengan jemarinya, kemudian digesek-gesekkan di mulut memeknya. Terasa sudah mulai lembab karena cairan dinding memeknya. Dia mengarahkan kejantananku untuk masuk ke dalam memeknya. Ketika sudah menyentuh bibir guanya, maka ditekannya pantatnya perlahan. Akupun menaikkan pantatku menyambutnya. Bu Mina merenggangkan kedua pahanya dan segera kepala kontolku sudah mulai menyusup di bibir memeknya.

"Ayolah Bu Mina.. Dorong.. Akan kusambut dari bawah..!!"

Bu Mina semakin menekan pantatnya dan kontolkupun semakin dalam masuk ke lorong nikmatnya.

"Ouhh.. Bu Mina," desahku setengah berteriak.

Bu Mina bergerak naik turun dan memutar. Perlahan-lahan kugerakkan pinggulku. Karena gerakan memutar dari pinggulnya maka kontolku seperti tersedot sebuah tabung vakum. Bu Mina mulai mempercepat gerakannya, namun kupegang dan kutahan pantatnya, kemudian aku yang mengatur kecepatan gerakan pantatku dari bawah dengan perlahan. Bu Mina membuat denyutan-denyutan di dalam lubang memeknya.

"Bu Mina.. Pelan saja. Kita nikmati saat-saat ini" desisku sambil mencium dadanya.

Aku ingin mengiringinya berlayar mengarungi samudra percintaan. Kami saling menjepit sebelah kaki dengan dua kaki kami. Kaki kirinya kujepit dengan kakiku dan demikian juga kaki kiriku dijepit dengan dua kakinya. Dalam posisi ini ditambah dengan denyutan pada kemaluan kami masing-masing terasa nikmat sekali. Kepalanya direbahkan di dadaku dan mengecup putingku.

Tanganku menarik rambutnya ke belakang sampai kepalanya terangkat. Kucium dan kuremas buah dadanya yang menggantung. Setelah kujilat dan kukecup lehernya kulepaskan tarikan pada rambutnya dan kepalanya turun kembali kemudian bibirnya mencari-cari bibirku. Kusambut mulutnya dengan satu ciuman yang dalam dan lama.

Bu Mina kemudian mengatur gerakannya dengan irama lamban namun disertai dengan denyutan pada dinding memeknya. Pantatnya diturunkan sampai menekan pahaku sehingga kontolku terbenam dalam-dalam menyentuh dinding rahimnya.

Ia menegakkan tubuhnya sehingga ia dalam posisi duduk setengah jongkok di atas selangkanganku. Ia kemudian menggerakkan pantatnya maju mundur sambil menekan ke bawah sehingga kontolku tertelan dan bergerak ke arah perutku. Rasanya seperti diurut dan dijepit sebuah benda yang kuat namun lunak. Semakin lama-semakin cepat ia mengerakkan pantatnya, namun tidak ada kasar atau menghentak-hentak. Aliran darah yang mengalir ke kontolku kurasakan semakin cepat dan mulai ada aliran yang merambat di sekujur tubuhku.

"Ouhh.. Sshh.. Akhh!" Desisnya pun semakin sering.

Aku tahu sekarang bahwa ia pun akan segera mengakhiri pertarungan ini dan menggapai puncak kenikmatan. Aku menggeserkan tubuhku ke atas sehingga kepalaku menggantung di bibir ranjang. Ia segera mengecup dan menciumi leherku.

"Anto.. Sebentar lagi kita akan sampaiihh.. Ouhh!"

Desiran dan aliran di saluran kencingku makin kencang. Aku bangkit dan duduk memangku Bu Mina. Kontolku kukeraskan dengan menahan napas dan mengencangkan otot antara buah zakar dan anusku. Ia semakin cepat menggerakkan pantatnya maju mundur sementara bibirnya ganas melumat bibirku dan tangannya memeluk leherku. Tanganku memeluk pinggangnya dan membantu mempercepat gerkan maju mundurnya. Ia sedikit mengangkat lututnya dan berteriak keras.

"Antoo oohh.. Ayo.. Berikan aku.."
"Bu Mina.. Sekarang.. Kuberi..!"

Kutarik tubuhnya dan kembali kurebahkan tubuhnya ke atas tubuhku, matanya melotot dan bola matanya memutih. Giginya menggigit bahuku dan mendesah..

"Anto.. Sekarang sayangku.. Sekarang.. Hhuuaahh!"

Ia kini memekik kecil. Pantatnya menekan kuat ke bawah. Dinding memeknya berdenyut kuat menghisap kontolku. Aku menahan tekanan pantatnya dengan menaikkan pinggulku. Bibirnya menciumiku dengan ciuman ganas dan sebuah gigitan pada bahuku. Satu aliran yang sangat kuat membersit lewat lubang meriamku. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan kutekankan kepalanya di dadaku. Napas yang putus-putus terdengar dan setelah sebuah tarikan napas panjang ia terkulai lemas di atas tubuhku. Keadaan menjadi sunyi.

*****

Hari itu masih kami isi dengan dua kali percumbuan yang panjang. Percumbuan terakhir berlangsung dengan foreplay yang lama dan sejam kemudian kami mengejang dan mengerang bersama. Kami berendam air panas di bath tub dengan berpelukan dan saling meremas jari.

Bu Mina memintaku untuk pulang esok pagi, namun kutolak dengan alasan besok pagi ada urusan ke kecamatan. Hmmhh, Bu Mina yang supel!!


E N D

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.