kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru P1 Seragam Esema Pap Tetek 1 PEMERSATUDOTFUN

P1 Seragam Esema Pap Tetek 1

Tidak ada voting
Seragam, Esema, Pap, Tetek
P1 Seragam Esema Pap Tetek 1
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Seragam, Esema, Pap, Tetek yang ada pada kategori TEEN published pada 9 April 2024 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming P1 Seragam Esema Pap Tetek 1 secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Ketika Cinta Harus Memilih 02


Sambungan dari bagian 01

Pagi itu aku bangun kesiangan, seisi rumah rupanya sudah pergi semua. Aku pun segera mandi dan berangkat ke kampus. Meskipun hari itu kuliah sangat padat, pikiranku tidak bisa konsentrasi sedikit pun, yang kupikirkan cuma Rani. Aku pulang ke rumah sekitar jam 3 sore, dan rumah masih sepi. Kemudian ketika aku sedang nonton TV di ruang keluarga sehabis ganti baju, Rani keluar dari kamarnya, sudah berpakaian rapi. Dia mendekat dan mukanya menunduk.
"Dodi, kamu ada acara nggak? Temani aku nonton dong.."
"Eh.. apa? Iya, iya aku tidak ada acara, sebentar yah aku ganti baju dulu" jawabku, dan aku buru-buru ganti baju dengan jantung berdebaran. Setelah siap, aku pun segera mengajaknya berangkat. Rani menyarankan agar kita pergi dengan mobilnya. Aku segera mengeluarkan mobil, dan ketika Rani duduk di sebelahku, aku baru sadar kalau dia pakai rok pendek, sehingga ketika duduk ujung roknya makin ke atas. Sepanjang perjalanan ke bioskop mataku tidak bisa lepas melirik kepahanya.

Sesampainya di bioskop, aku beranikan memeluk pinggangnya, dan Rani tidak menolak. Dan sewaktu mengantri di loket kupeluk dia dari belakang. Aku tahu Rani merasa kontolku sudah tegang karena menempel di pantatnya. Rani meremas tanganku dengan kuat. Kita memesan tempat duduk paling belakang, dan ternyata yang menonton tidak begitu banyak, dan di sekeliling kita tidak ditempati. Kami segera duduk dengan tangan masih saling meremas. Tangannya sudah basah dengan keringat dingin, dan mukanya selalu menunduk. Ketika lampu mulai dipadamkan, aku sudah tidak tahan, segera kuusap mukanya, kemudian kudekatkan ke mukaku, dan kita segera berciuman dengan gemasnya. Lidahku dan lidahnya saling berkaitan, dan kadang-kadang lidahku digigitnya lembut. Tanganku segera menyelinap ke balik bajunya. Dan karena tidak sabar, langsung saja kuselinapkan ke balik behanya, dan susunya yang sebelah kiri aku remas dengan gemas. Mulutku langsung dihisap dengan kuat oleh Rani. Tanganku pun semakin gemas meremas susunya, memutar-mutar bobanya, begitu terus, kemudian pindah ke susu yang kanan, dan Rani mulai mengerang di dalam mulutku, sementara kontolku semakin meronta menuntut sesuatu.

Kemudian tanganku mulai mengelus pahanya, dan kuusap-usap dengan arah semakin naik ke atas, ke pangkal pahanya. Roknya kusingkap ke atas, sehingga sambil berciuman, di keremangan cahaya, aku bisa melihat celana dalamnya. Dan ketika tanganku sampai di selangkangannya, mulut Rani berpindah menciumi kupingku sampai aku terangsang sekali. Celana dalamnya sudah basah. Tanganku segera menyelinap ke balik celana dalamnya, dan mulai memainkan clitorisnya. Kuelus-elus pelan-pelan, kuusap dengan penuh perasaan, kemudian kuputar-putar, semakin lama semakin cepat. Tiba-tiba tangannya mencengkram tanganku, dan pahanya juga menjepit telapak tanganku, sedangkan kupingku digigitnya sambil mendesis-desis. Badannya tersentak-sentak beberapa saat.
"Dodi.. aduuhh.. aku tidak tahan sekali.. berhenti dulu yaahh.. nanti di rumah ajaa.." rintihnya. Aku pun segera mencabut tanganku dari selangkangannya.
"Dodi.. sekarang aku mainin punya kamu yaahh.." katanya sambil mulai meraba celanaku yang sudah menonjol. Kubantu dia dengan kubuka ritsluiting celana, kemudian tangannya menelusup, merogoh, dan ketika akhirnya menggenggam kontolku, aku merasa nikmat luar biasa. Kontolku ditariknya keluar celana, sehingga mengacung tegak.
"Dodi.. ini sudah basah.. cairannya licin.." rintihnya di kupingku sambil mulai digenggam dengan dua tangan. Tangan yang kiri menggenggam pangkal kontolku, sedangkan yang kanan ujung kontolku dan jari-jarinya mengusap-usap kepala kontol dan meratakan cairannya.
"Rani.. teruskan sayang.." kataku dengan ketegangan yang semakin menjadi-jadi. Aku merasa kontolku sudah keras sekali. Rani meremas dan mengurut kontolku semakin cepat. Aku merasa spermaku sudah hampir keluar. Aku bingung sekali karena takut kalau sampai keluar bakal muncrat kemana-mana.
"Rani.. aku hampir keluar nih.., berhenti dulu deh.." kataku dengan suara yang tidak yakin, karena masih keenakan.





"Waahh.. Rani belum mau berhenti.. punya kamu ini bikin aku gemes.." rengeknya.
"Terus gimana.., apa enaknya kita pulang saja yuk..!" ajakku, dan ketika Rani mengangguk setuju, segera kurapikan celanaku, juga pakaian Rani, dan segera kita keluar bioskop meskipun filmnya belum selesai. Di mobil tangan Rani kembali mengusap-usap celanaku. Dan aku diam saja ketika dia buka ritsluitingku dan menelusupkan tangannya mencari kontolku. Aduh, rasanya nikmat sekali. Dan kontolku makin berdenyut ketika dia bilang, "Nanti aku boleh yah nyiumin ininya yah.." Aku pengin segera sampai kerumah.

Dan, akhirnya sampai juga. Kita berjalan sambil berpelukan erat-erat. Sewaktu Rani membuka pintu rumah, dia kupeluk dari belakang, dan kuciumi samping lehernya. Tanganku sudah menyingkapkan roknya ke atas, dan tanganku meremas pinggul dan pantatnya dengan gemas. Rani kubimbing ke ruang keluarga. Sambil berdiri kuciumi bibirnya, kulumat habis mulutnya, dan dia membalas dengan sama gemasnya. Pakaiannya kulucuti satu persatu sambil tetap berciuman. Sambil melepas bajunya, aku mulai meremasi susunya yang masih dibalut beha. Dengan tak sabar behanya segera kulepas juga. Kemudian roknya, dan terakhir celana dalamnya juga kuturunkan dan semuanya teronggok di karpet.

Badannya yang telanjang kupeluk erat-erat. Ini pertama kalinya aku memeluk seorang gadis dengan telanjang bulat. Dan gadis ini adalah Rani yang sering aku impikan tapi tidak terbayangkan untuk menyentuhnya. Semuanya sekarang ada di depan mataku. Kemudian tangan Rani juga melepaskan bajuku, kemudian celana panjangku, dan ketika melepas celana dalamku, Rani melakukannya sambil memeluk badanku. Kontolku yang sudah memanjang dan tegang sekali segera meloncat keluar dan menekan perutnya. Uuuhh, rasanya nikmat sekali ketika kulit kita yang sama-sama telanjang bersentuhan, bergesekan, dan menempel dengan ketat. Bibir kita saling melumat dengan nafas yang semakin memburu. Tanganku meremas pantatnya, mengusap punggungnya, mengelus pahanya, dan meremasi susunya dengan bergantian. Tangan Rani juga sudah menggenggam dan mengelusi kontolku. Badan Rani bergelinjangan, dan dari mulutnya keluar rintihan yang semakin membangkitkan birahiku. Karena rumah memang sepi, kita jadi mengerang dengan bebas.

Kemudian sambil tetap meremasi kontolku, Rani mulai merendahkan badannya, sampai akhirnya dia berlutut dan mukanya tepat di depan selangkanganku. Matanya memandangi kontolku yang semakin keras di dalam genggamannya, dan mulutnya setengah terbuka. Kontolku terus dinikmati, dipandangi tanpa berkedip, dan rupanya makin membuat nafsunya memuncak. Mulutnya perlahan mulai didekatkan ke kepala kontolku. Aku melihatnya dengan gemas sekali. Kepalaku sampai terdongak ketika akhirnya bibirnya mengecup kepala kontolku. Tangannya masih menggenggam pangkal kontolku, dan mengelusnya pelan-pelan. Mulutnya mulai mengecupi kepala kontolku berulang-ulang, kemudian memakai lidahnya untuk meratakan cairan kontolku. Lidahnya memutar-mutar, kemudian mulutnya mulai mengulum dengan lidah tetap memutari kepala kontolku. Aku semakin mengerang, dan karena tidak tahan, kudorong kontolku sampai terbenam kemulutnya. Aku rasa ujungnya sampai ketenggorokannya. Rasanya nikmat sekali. Kemudian pelan-pelan kontolku disedot-sedot dan dimaju mundurkan di dalam mulutnya. Rambutnya kuusap-usap dan kadang-kadang kepalanya aku tekan-tekan agar kontolku semakin nikmat. Isapan mulutnya dan lidahnya yang melingkar-lingkar membuat aku merasa sudah tidak tahan. Apalagi sewaktu Rani melakukannya semakin cepat, dan semakin cepat, dan semakin cepat.

Ketika akhirnya aku merasa spermaku mau muncrat, segera kutarik kontolku dari mulutnya. Tapi Rani menahannya dan tetap menghisap kontolku. Maka aku pun tidak bisa menahan lebih lama lagi, spermaku muncrat di dalam mulutnya dengan rasa nikmat yang luar biasa. Spermaku langsung ditelannya dan dia terus menghisapi dan menyedot kontolku sampai spermaku muncrat berkali-kali. Badanku sampai tersentak-sentak merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Meskipun spermaku sudah habis, mulut Rani masih terus menjilat. Akupun akhirnya tidak kuat lagi berdiri dan akhirnya dengan nafas sama-sama tersengal-sengal kita berbaring di karpet dengan mata terpejam.
"Thanks ya Ran, tadi itu nikmat sekali", kataku berbisik.
"Ah.. aku juga suka kok.., makasih juga kamu ngebolehin aku mainin kamu."
Kemudian ujung hidungnya kukecup, matanya juga, kemudian bibirnya. Mataku memandangi tubuhnya yang terbaring telanjang, alangkah indahnya. Pelan-pelan kuciumi lehernya, dan aku merasa nafsu kami mulai naik lagi. Kemudian mulutku turun dan menciumi susunya yang sebelah kanan sedangkan tanganku mulai meremas susu yang kiri. Rani mulai menggeliat-geliat, dan erangannya membuat mulut dan tanganku tambah gemas memainkan susu dan bobanya. Aku terus menciumi untuk beberapa saat, dan kemudian pelan-pelan aku mulai mengusapkan tanganku keperutnya, kemudian ke bawah lagi sampai merasakan bulu kemaluannya, kuelus dan kugaruk sampai mulutnya menciumi kupingku. Pahanya mulai aku renggangkan sampai agak mengangkang. Kemudian sambil mulutku terus menciumi susunya, jariku mulai memainkan clitorisnya yang sudah mulai terangsang juga. Cairan memeknya kuusap-usapkan ke seluruh permukaan memeknya, juga ke clitorisnya, dan semakin licin clitoris dan memeknya, membuat Rani semakin menggelinjang dan mengerang. clitorisnya kuputar-putar terus, juga mulut memeknya bergantian.

"Ahh.. Dodii.. aahh.. teruss.. aahh.. sayaangg.." mulutnya terus meracau sementara pinggulnya mulai bergoyang-goyang. Pantatnya juga mulai terangkat-angkat. Aku pun segera menurunkan kepalaku ke arah selangkangannya, sampai akhirnya mukaku tepat di selangkangannya. Kedua kakinya kulipat ke atas, kupegangi dengan dua tanganku dan pahanya kulebarkan sehingga memek dan clitorisnya terbuka di depan mukaku. Aku tidak tahan memandangi keindahan memeknya. Lidahku langsung menjulur dan mengusap clitoris dan memeknya. Cairan memeknya kusedot-sedot dengan nikmat. Mulutku menciumi mulut memeknya dengan ganas, dan lidahku kuselip-selipkan ke lubangnya, kukait-kaitkan, kugelitiki, terus begitu, sampai pantatnya terangkat, kemudian tangannya mendorong kepalaku sampai aku terbenam di selangkangannya. Aku jilati terus, clitorisnya kuputar dengan lidah, kuhisap, kusedot, sampai Rani meronta-ronta. Aku merasa kontolku sudah tegak kembali, dan mulai berdenyut-denyut.

"Dodii.. aku tidak tahan.. aduuhh.. aahh.. enaakk sekalii.. " rintihnya berulang-ulang.

Mulutku sudah berlumuran cairan memeknya yang semakin membuat nafsuku tidak tertahankan. Kemudian kulepaskan mulutku dari memeknya. Sekarang giliran kontolku kuusap-usapkan ke clitoris dan bibir memeknya, sambil aku duduk mengangkang juga. Pahaku menahan pahanya agar tetap terbuka. Rasanya nikmat sekali ketika kontolku digeser-geserkan di memeknya. Rani juga merasakan hal yang sama, dan sekarang tangannya ikut membantu dan menekan kontolku digeser-geserkan di clitorisnya.
"Ranii.. aahh.. enakk.. aahh.."
"aahh.. iya.. eennaakk sekalii.."
Kita saling merintih. Kemudian karena kontolku semakin gatal, aku mulai menggosokkan kepala kontolku ke mulut memeknya. Rani semakin menggelinjang. Akhirnya aku mulai mendorong pelan sampai kepala kontolku masuk ke memeknya.
"Aduuhh.. Dodii.. saakiitt.. aadduuhh.. jaangaann.." rintihnya
"Tahan dulu sebentar.. Nanti juga hilang sakitnya.." kataku membujuk
Kemudian pelan-pelan kontolku aku keluarkan, kemudian kutekan lagi, kukeluarkan lagi, kutekan lagi, kemudian akhirnya kutekan lebih dalam sampai masuk hampir setengahnya. Mulut Rani sampai terbuka tapi sudah tidak bisa bersuara.

Punggungnya terangkat dari karpet menahan desakan kontolku. Kemudian pelan-pelan kukeluarkan lagi, kudorong lagi, kukeluarkan lagi, terus sampai dia tenang lagi. Akhirnya ketika aku mendorong lagi kali ini kudorong sampai amblas semuanya ke dalam. Kali ini kita sama-sama mengerang dengan keras. Badan kita berpelukan, mulutnya yang terbuka kuciumi, dan pahanya menjepit pinggangku dengan keras sekali sehingga aku merasa ujung kontolku sudah mentok ke dinding memeknya. Kita tetap berpelukan dengan erat saling mengejang untuk beberapa saat lamanya. Mulut kami saling menghisap dengan kuat. Kita sama-sama merasakan keenakan yang tiada taranya. Setelah itu pantatnya sedikit demi sedikit mulai bergoyang, maka aku pun mulai menggerakkan kontolku pelan-pelan, maju, mundur, pelan, pelan, semakin cepat, semakin cepat, dan goyangan pantat Rani juga semakin cepat.
"Dodii.. aduuhh.. aahh.. teruskan sayang.. aku hampir niihh.." rintihnya.
"Iya.. nihh.. tahan dulu.. aku juga hampirr.. kita bareng ajaa.." kataku sambil terus menggerakkan kontol semakin cepat. Tanganku juga ikut meremasi susunya kanan dan kiri. Kontolku semakin keras, kuhunjam-hunjamkan ke dalam memeknya sampai pantatnya terangkat dari karpet. Dan aku merasa memeknya juga menguruti kontolku di dalam. Kontolku kutarik dan kutekan semakin cepat, semakin cepat.. dan semakin cepat.. dann.."Raanii.. aku mau keluar niihh..""Iyaa.. keluarin saja.. Rani juga keluar sekarang niihh."Aku pun menghunjamkan kontolku keras-keras yang disambut dengan pantat Rani yang terangkat ke atas sampai ujung kontolku menumbuk dinding memeknya dengan keras. Kemudian pahanya menjepit pahaku dengan keras sehingga kontolku makin mentok, tangannya mencengkeram punggungku. Memeknya berdenyut-denyut. Spermaku memancar, muncrat dengan sebanyak-banyaknya menyirami memeknya.
"aahh.. aahh.. aahh.." kita sama-sama mengerang, dan memeknya masih berdenyut, mencengkeram kontolku, sehingga spermaku berkali-kali menyembur. Pantatnya masih juga berusaha menekan-nekan dan memutar sehingga kontolku seperti diperas. Kita orgasme bersamaan selama beberapa saat, dan sepertinya tidak akan berakhir. Pantatku masih ditahan dengan tangannya, pahanya masih menjepit pahaku erat-erat, dan memeknya masih berdenyut meremas-remas kontolku dengan enaknya sehingga sepertinya spermaku keluar semua tanpa tersisa sedikitpun.
"aahh.. aahh.. aduuhh.." Kita sudah tidak bisa bersuara lagi selain mengerang-erang keenakan.

Ketika sudah mulai kendur, kuciumi Rani dengan kontol masih di dalam memeknya. Kita saling berciuman lagi untuk beberapa saat sambil saling membelai. Kuciumi terus sampai akhirnya aku menyadari kalau Rani sedang menangis. Tanpa berbicara kita saling menghibur. Aku menyadari bahwa selaput daranya telah robek karena kontolku. Dan ketika kontolku kucabut dari sela-sela memeknya memang mengalir darah yang bercampur dengan spermaku. Kita terus saling membelai, dan Rani masih mengisak di dadaku, sampai akhirnya kita berdua tertidur kelelahan dengan berpelukan.

Bersambung ke bagian 03

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.