kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru P112 Regina Cadano 18Yo Rare Viral 112 PEMERSATUDOTFUN

P112 Regina Cadano 18Yo Rare Viral 112

Tidak ada voting
Regina, Cadano, Rare, Viral
P112 Regina Cadano 18Yo Rare Viral 112
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Regina, Cadano, Rare, Viral yang ada pada kategori TEEN published pada 14 Desember 2024 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming P112 Regina Cadano 18Yo Rare Viral 112 secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Mbak Santi dan Temannya Lina


Sudah lama saya mengenal pemersatu.fun, hampir seluruh cerita temen-temen saya sudah baca.
Pada bagian pertama ini memang tidak begitu berhubungan dengan judulnya, tapi erat kaitannya dengan kisah-kisah selanjutnya

*****

Kisahku berawal kurang lebih 2 tahun yang lalu. Dengan kepandaianku mengelola saat itu aku telah memiliki banyak pelanggan di bengkelku. Kebanyakan dari mereka adalah para karyawan yang bekerja di wilayah perkantoran itu. Salah satunya sebut saja Mbak Santi, usianya 35 tahun. Ia adalah seorang manager di suatu perusahaan. Wajahnya cukup menarik, dengan kulit putih bersih. Tubuhnya sangat seksi, padat, dan berisi. Yang menjadi pusat perhatianku adalah toketnya. Bentuknya besar, tapi terlihat serasi dengan postur tubuhnya. Aku sering membayangkan jika suatu saat dapat merasakan halusnya kulit dadanya dan meremas bahkan mengulum putingnya susunya.

Malam itu saya sedang menunggu Taxi mau pulang, karena mobil yang biasa saya pakai, dipinjam adik. Saya baru saja selesai menutup bengkel. Sekitar 10 menit saya menunggu, datang mobil sedan menghampiriku, lalu kaca mobil itu terbuka, dan kulihat Mbak Santi di dalam mobil mewah itu memanggilku, dia pun bertanya
"Mau kemana An..? kok sendirian, mau saya antar nggak?"
Tanpa basa-basi saya lalu memasuki mobil mewah itu, kemudian kita mengobrol di dalam mobil. Singkat kata Mbak Santi mengajakku ke discothique, waktu itu malam minggu.

Sesampainya di discothique. Kami mencari table yang kosong dan strategis di pojok tapi bisa melihat floor dance.
"Saya sedang pesan lagi satu untuk kita berdua," kata Mbak Santi.
Untuk "on", saya memang butuh dorongan inex, tapi cukup setengah, sementara satu setengahnya lagi untuk Mbak Santi. Ternyata takaran satu setengah baru cukup untuk Mbak Santi. Ternyata Mbak Santi suka triping.






Pesanan tak lama datang. Kubayar bill-nya. Ditanganku ada dua butir pil inex, yang satu saya bagi dua. Mbak Santi segera menelan satu setengah, dan sisanya untuk ku. Setelah 15 menit, Mbak Santi terlihat semakin on. Maka kami berjoget, menari-nari, dan berteriak gembira di dalam diskotek yang penuh dengan orang yang sama-sama triping.

Saat saya berdiri dan melihat Mbak Santi "ON" berjoget dengan erotisnya, tak lama kemudian Mbak Santi menghampiri dan merapatkan tubuhnya yang mulus itu ke depanku. Ia mengenakan t-shirt putih dan celana warna gelap. Dalam keremangan dan kilatan lampu diskotek, ia nampak manis dan anggun. Saya kembali menyibukkan diri dengan bergoyang dan memeluknya belakang tubuhnya. Sesekali tangan ku dengan nakal meremas dada Mbak Santi yang masih tertutup kemeja, Tanganku kian nakal mencoba berkelana dibalik kemejanya dan meremas ke dua gunung kembarnya yang masih terbalut BH. Tanganku akhirnya dapat merasakan halus dari toket Mbak Santi, jari-jari ku mencari-cari puting toket Mbak Santi dengan menyusup ke dalam BH Mbak Santi. Saya remas dada Mbak Santi dengan perasaan, lalu tanganku bergerak ke punggung Mbak Santi berusaha membuka pengait bra itu, aku sudah berhasil melepas pengait BH nya sehingga dengan bebas tangan kananku membelai dan meremas buah dadanya yang keras sementara tangan kiriku masih tetap mendekapnya dan mulutku pun menciumi leher jenjang itu, sambil tanganku memainkan puncak puting susu itu hingga memerah akibat remasan tanganku.
Sementara Mbak Santi hanya memejamkan matanya meresapi setiap jamahan tangan dan terus bergoyang mengikuti irama, saya terus mengelus dadanya sehingga membuat Mbak Santi dari gerakan tubuhnya Mbak Santi memang kelihatan ingin sekali dipuasi, terlihat dari pantatnya yang montok dan masih terbalut rok, terus merapat ke ke belakang. "Kamu sudah on berat ya?" katanya. Saya tersenyum, kupeluk tubuhnya dan kucium pipinya.

Pada pukul 02.00 pagi, DJ mengumumkan discothique akan terus buka sampai pukul 05.00.
Pengunjung bersorak-sorai riang gembira. Tapi Mbak Santi kelihatannya sudah mulai "Droop".
"Sayang saya sudah lelah," keluh Mbak Santi.
"Ah, masa lelah, sayang," ucapku sambil terus memeluk erat dan menciumi leher belakangnya.
"Sayang.. kita pulang yuk..," katanya. "Saya ingin istirahat".
"Pulang ke mana?" tanyaku.
"Ke mana aja" jawabnya. Saya baru mengerti, bahwa dia ingin lanjut ke tempat tidur.
"Saya sebenarnya sudah booking kamar di hotel dekat sini" ujarnya.
"Kalau begitu. kita ke sana"
"Tapi tunggu, saya mau bilang temen dulu yang lagi digaet cowok di pojok sana," katanya.

Tepat pukul 02:30 dini hari kami keluar dari discothique tersebut dengan rasa puas dan senang terus kami menuju ke hotel. Sesampainya kami dikamar Mbak Santi langsung berjoget lagi kali ini tanpa musik tapi dia yang bernyanyi dan sembari melucuti pakaiannya pas seperti orang sedang menari striptis, saya hanya melihat dan duduk disebuah kursi sofa yang ada tepat didepan jendela.

Sambil menari dan melucuti pakaiannya Mbak Santi menghampiri saya dan segera jongkok didepan saya sambil membuka resleting celana saya, saya hanya memperhatikan apa yang akan dilakukannya, "Wowww.. besar dan kencang sekali.. buat Santi ya.."
Kemudian Mbak Santi mengulum kontolku yang menegang sejak tadi.
"Ooogghh.. sshh.. enak sekali San..", ucapku.
Dia mengeluarkan kontol saya yang sudah setengah tegang dan langsung diisapnya dalam-dalam. Jago memang Mbak Santi dalam memainkan isapannya, sambil mengisap lidahnya terus menari dan meliuk diteruskan ke buah zakar saya, setelah 10 menit naik dan turun dia isap dan jilatin kontol saya, Mbak Santi melemparkan tubuhnya ke atas kasur, dan jatuh telentang. Langsung saya menyergapnya, dan kami bercumbu dengan dorongan nafsu sangat tinggi karena pengaruh inex.

Kami berciuman, beradu lidah dan bergantian mengisapnya. Kuciumi pipinya, matanya, keningnya, dagunya. Kujilati daun telingaya, dan kusodok-sodok lubang telinganya dengan lidahku.
Tanganku tak diam. Mengelus dan meremas rambutnya, menyusuri leher dan belahan dadanya. Kuusuap-usap perutnya, punggungnya, dan bokongnya. Kubekap memeknya yang ditumbuhi bulu halus nan rimbun. Jari manis dan telunjukku merenggangkan pinggiran memek Rani. lalu jari tengahku mengorek-ngorek itilnya dengan penuh perasaan.

"Ooh.. sshh.. aahh..!" desah Mbak Santi.
"Sayang..," dengusku sambil terus mencumbunya.
Aku menarik tanganku dari memek Mbak Santi. Kini kedua tanganku mengelus-elus pinggiran toketnya. Berputar sampai akhirnya meremas bagian putingnya. Akhirnya anganku tercapai.

"Oooh.. terus.. say..!" desah Mbak Santi lagi.
Saya jilati pinggiran buah dadanya, lalu menghisap putingnya.
"Oohh.. sayang..!" Mbak Santi merintih nikmat. Mbak Santi bangkit dan mendorong aku supaya telentang. Ia melakukan cumbuan meniru caraku. Ia pun membekuk kontolku dan mengelusnya dengan tekanan yang membangkitkan birahi. Mbak Santi memutarkan badan di atas tubuhku yang telentang. Ia menciumi dan menjilati kontolku sementara memeknya disumpalkan ke mulutku.

Akhirnya Mbak Santi menjatuhkan diri ke tempat tidur dan menarik tanganku. Sementara buah dadanya kian kencang. Putingnya kian memerah. Nafasnya tersengal-sengal. Keringat sudah membasahi sekujur tubuhnya. Seperti keringatku. Juga nafasku. Juga si nagaku yang sudah meronta. Dia sepertinya bingung ketika kuambil dua bantal. Dengan lembut kuangkat tubuhnya, lalu bantal itu kuletakkan di bawah pantatnya. Menyangga tubuh bagian bawahnya. Membuat pahanya yang putih mulus kian menantang. Terlebih ketika bukit venus dengan bulu-bulu halusnya menyembul ke atas. Membuat magmaku terasa mau meledak. Dia mengerang saat lidahku kemudian jemariku mengelus-elus bulu-bulu itu. Dia menjerit saat kucoba menguak kemaluannya dengan jari telun-jukku. Otot pahanya meregang saat kuhisap clitorisnya.

"Masukkan kontolmu, cepat sayang," rintihnya.
"Aahh..!" rintihan kenikmatannya kali ini terdengar nyaris seperti jeritan. Aku jongkok di pinggir tempat tidur, kutarik kaki Mbak Santi sampai bokongnya berada di tepi ranjang. Kusingkap selangkangannya, dan kulumat memeknya yang sudah becek.

Kubalikkan tubuhnya, kujilati bokongnya sambil sesekali setengah menggigitnya. Kukorek-korek anusnya dengan jari tengahku.
"Ouuwww.. ooh.. sshh.. sayang, cepet masukan!" katanya memelas-melas.
Semakin Mbak Santi memanas birahi, aku semakin terus mempermainkannya dan belum mau melakukan penetrasi. Aku melihat Mbak Santi sampai meneteskan air mata menahan orgasme.

Dipegangnya kontolku yang sudah membesar ini. Dia bimbing dan kontolku terasa menyentuh bibir kemaluannya. Dia melepaskan pegangannya. Kudorong sedikit. Dia menjerit. Kutahan nafas. Lalu kutekan lagi. Dia memekik. Pada dorongan kesekian kalinya sasaran lepas lagi. Dia terengah-engah. Aku mengambil posisi. Duduk setengah jongkok, kedua kakinya kutarik. Membuat jepitan atas tubuhku. Kuarahkan kontolku ke lubang yang basah dan menganga itu. Ketika kudorong dia meremas rambutku kuat-kuat. Kutekan. Dan kutekan terus. Tak memperdulikan rintihannya. Kedua kakinya meregang ototnya. Dengan penuh keyakinan kutambah tenaga doronganku. Pertama terasa gemeretaknya tulang. Kemudian terasa sesuatu yang plong. Membuat dia menjerit, merintih keras,
"Acchh.. sshh.."

Ketika kupacu dia dengan irama yang lambat dia mengerang, menjerit, merintih terus. Kuubah posisi. Kini kedua tanganku berada di belakang punggungnya. Membuat kaitan diantara ketiaknya. Dia meremas rambutku seiring dengan naik turunnya tubuhku. Kukunya mencengkram punggungku ketika kukayuh pantatku penuh irama. Naik dan turun. Tarik dan dorong. Rintihan dan jeritannya seakan tak kupedulikan. Aku berhenti di tengah jalan. Dia meronta. Membuka matanya. Dengan wajah kuyu. Dari keringat kami yang menyatu. Tanpa diduga, dia mulai mengikuti irama permainanku. Dengan menahan rasa sakit dia menggerakkan pinggulnya. Memutar dan memutar. Sesekali menyentak tubuhku yang di atasnya.

Tak lama kemudian Mbak Santi merubah posisi menduduki pahaku, memegang kontolku dan dimasukkannya pelan ke memeknya.
"Uppss.. ooh.." rasanya nikmat sekali kontolku didalam memeknya. Mbak Santi terus bergoyang naik turun.
"Ahh.. enak.."erangku.
Mbak Santi terus bergoyang sambil menjerit kecil. Dadanya yang naik turun langsung kuremas. Lalu kubalikkan posisinya kebawah.Dan aku gantian memompanya dari atas. Aku terus memompa sampai akhirnya dia mengerang panjang. Otot memeknya berkontraksi meremas kontolku
"Oghh.. saya sudah keluar sayang.." erang Mbak Santi.

Tiba-tiba, pintu kamar ada yang mengetuk.
"San.. San!" suara perempuan.
Aku kaget dan sempat terhenti mencumbu Mbak Santi.
"Teruskan, sayang..! Itu temanku, biarkan saja," kata Mbak Santi.
"San..!" pintu diketuk lagi diikuti suara panggilan.
"Masuk aja, Lin, enggak dikunci, kok" ujar Mbak Santi.
"Huuss..!! Kita lagi nanggung dan bugil begini masa temenmu disuruh masuk..?" sergahku.
"Engga apa-apa, cuek aja.." kata Mbak Santi enteng sambil tersenyum manis.

"Wah, rupanya lagi pada asyik nih," kata Lina begitu membukakan pintu dan masuk ke dalam kamar.
Aku masih dalam posisi jongkok dan kontolku masih di dalam memek Mbak Santi, dan hanya menyeringai melihat kedatangan Lina.
"Mana cowokmu tadi?" tanya Mbak Santi.
"Tahu kamu pulang ke hotel bawa cowok, yah aku dibawa ke hotel lain" sahut Lina.
Aku masih bengong mendengar percakapan dua cewek cantik itu. Tiba-tiba tangan Mbak Santi menarik tanganku yang tersampir di pahanya.
"Ayo sayang goyangin kontolmu, jangan kalah sama Lina" desak Mbak Santi.

Aku berdiri dan mengangkat tubuh Mbak Santi ke tengah tempat tidur. Kontolku yang sudah tegang dari tadi, segera saya tembakkan lagi ke dalam lubang memek Mbak Santi yang sudah tidak perawan tapi masih terasa lengket. Kami sama-sama merasakan kehangatan yang nikmat.
"Yang dalam.. cepat.. ah.., enak.." pinta Mbak Santi. Aku pompakan kontolku dengan penuh gairah.

Sementara Lina pergi ke kamar mandi dan mengurung diri disana. Mungkin berendam di bathtub. Pengaruh inex membuat daya tahan persenggamaanku dengan Mbak Santi cukup lama. Berbagai gaya kami lakukan. Mbak Santi beberapa kali mengerang dan menggigit pundakku saat mencapai orgasme. Sementara kontolku masih anteng dan melesak-lesak ke dalam memek Mbak Santi.

"Aduh.. capek, sayang..!" rintih Mbak Santi.
"Istirahat dulu.. yah..?"
"Sabar, dong, say. Aku sangat menikmati hangatnya memekmu," rayuku.

Mbak Santi lantas menggelepar pasrah, tidak kuasa lagi menggerak-gerakkan tubuhnya yang lagi kugarap. Matanya terpejam. Aku semakin terangsang melihatnya tak berdaya. Kami sudah bermandikan keringat. Tapi kontolku masih tegang, belum mau memuntahkan sperma. Akhirnya aku kasihan juga sama Mbak Santi yang sudah keletihan dan nampak tertidur meski aku masih menggagahinya.

Aku mendengar bunyi keciprak-kecipruk di kamar mandi. Spontan aku bangkit dan melepas kontolku dari memek Mbak Santi. Dengan langkah pelan supaya tidak membangunkan Mbak Santi dari tidurnya, aku berjalan dan perlahan membuka pintu kamar mandi. Benar saja Lina sedang berendam di bathtup dengan tubuh bugil. Ia nampak sedang menikmati kehangatan air yang merendamnya. Kepalanya bersender pada ujung bathtub. Aku menghampirinya dengan kontol yang masih tegang.

Mata lina terbuka dan kaget melihatku berdiri di sisi bathtup, menghadap ke arahnya.
"Mana Santi?" tanyanya setengah berbisik sambil matanya turun naik melihat ke arah muka dan kontolku yang ngaceng.
"Dia tidur.. jangan berisik," kataku sambil naik ke dalam bathtup dan langsung menindih tubuh Lina yang sintal dan pasrah. Kami bergumul dalam cumbuan yang hot.

"Lin kamu diatas yah.. " Sekarang posisiku ada di bawah, dia segera naik keatas perutku dan dengan segera di pegangnya kontolku sambil diarahkan kememeknya, kulihat memeknya indah sekali, dengan bulu-bulu pendek yang menbuat rasa gatal dan enak waktu bergesekan dengan memeknya. "Aaawww.. enak banget memek kamu Lin.."
"Enak kan mana sama punya Santi..?"
Katanya sambil memutar pantatnya yang bahenol. Rasanya kontolku mau patah ketika diputar didalam memeknya dengan berputar makin lama makin cepat.

"Ah.. Lin.. enak banget ah.." Aku pun bangun sambil mulutku mencari pentil susunya, segera kukemut dan kuhisap.
"Ton.. saya mau keluar.."
"Rasanya mentok.. ah.."
Memang dengan posisi ini terasa sekali ujung batangku menyentuh peranakannya.
"Ah.. ah.. eh.." suaranya setiap kali aku menyodok memeknya.

Kuentot memeknya dengan cepat. Dia seperti kesurupan setiap dia naik turun diatas batangku yang dijepit erat memeknya,
"Lin mau keluar.."
Kupeluk erat dia sambil melumat putingnya. Kupompa memeknya sampai kami tak sadar mengeluarkan desahaan dan rintihan birahi yang sampai membangunkan Mbak Santi. Mbak Santi tiba-tiba berdiri di pintu kamar mandi dengan tubuh bugil dan matanya menatap aku dan Lina yang lagi Ngentot.
"Gitu yah, enggak puas dengan aku kamu dengan Lina," hardik Mbak Santi dengan nada manja, pura-pura marah.

Eh, malah Mbak Santi kini ikut naik ke dalam bathtup.
"San, ayo gantian, aku sudah dua kali dibikin keluar, sampai lemes rasanya. Cowokmu ini terlalu perkasa," kata Lina.
"Ayo sayang, sekarang aku akan membuat kontolmu muntah," kata Mbak Santi.

Segera Mbak Santi hampiri saya di dalam bath yang penuh dengan air, ditonton Lina yang duduk di ujung bathtup sambil membasuh memeknya, dan pahanya menjadi sandaran kepala Mbak Santi. Kusuruh dia nungging, maka terlihatlah lubang memeknya yang basah dan berwarna merah, kuarahkan kepala kontolku ke lubang tempiknya secara perlahan-lahan. Kutekan kontolku lebih dalam lagi, dia menggoyangkan pantatnya sambil menahan sakit. Terdengar suara kecroot, kecroot bila kutarik dan kumasukan kontolku di lubang memeknya, karena suara air kali ya.

Mbak Santi semakin histeris, sambil memegang pinggiran Bath Tub dia goyangkan pinggulnya semakin cepat dan suara kecrat, kecroot semakin keras. Tak lama kemudian.
"Aduh say aku nggak tahan lagi ingin keluar..".
"Aduh sayang.. terus.."
Mbak Santi terkulai lemas dan memeknya kurasakan semakin licin, sehingga pahaku basah oleh cairan memeknya yang keluar sangat banyak. Sebenarnya aku juga sudah nggak tahan ingin keluar, apalagi mendengar desahan-desahan yang erotis pada saat Mbak Santi akan orgasme.
"Aduh, sayang, aku kalah lagi nih, sudah mau orgasme!"
Cairan hangat terasa masih mengalir dari dalam memek Mbak Santi. Aku masih terus mengentot memeknya. Wajah Mbak Santi terlihat pucat karena sudah keseringan orgasme. Melihat wajah cantik yang melemah itu, entotanku dipercepat.
"Sayang, saya mau keluar nich.."
"Keluarkan di dalam aja sayang, kita keluarin bersamaan, Santi juga mau keluar."

Dan Akhirnya spermaku mendesir ke batang jakar dan aku mencapai orgasme yang diikuti pula dengan orgasme Mbak Santi. Air maniku keluar dengan derasnya ke dalam memek Mbak Santi dan Mbak Santi pun menikmatinya.
"Akhirnya saya berhasil membuatmu mencapai puncak kenikmatan sayang," kata Mbak Santi sambil memeluk dan menciumi bibirku. Terasa nikmat, licin, geli bercampur jadi satu menjadi sensasi yang membuatku ketagihan. Kami bertahan pada posisi itu sampai kami sama-sama melepaskan air mani kami.

"Lin.. emut kontolku sayang" kataku lalu mencabut kontolku dari memeknya Mbak Santi. Lalu Lina melumat 1/2 kontolku hingga pejuhku habis keluar.
"Mhh.. ah.. enak sekali pejuhmu" katanya sambil mengocok ngocok kontolku mencari sisa air pejuhku.
"Tapi sebentar lagi nagaku akan bangun lagi lho. Lihat, sudah mulai menggeliat!" kataku, menggoda.
"Hhhaah..?" Mbak Santi dan Lina terkesiap bersamaan kompak.

Kemudian aku segera keluar dari bathtup mendekati Lina dan menyuruhnya membelakangiku. Dari belakang saya mengarahkan kontolku ke memeknya yang sudah basah lagi karena nafsu melihat saya dan Mbak Santi.
Sleepp.. bless..
Aku langsung memasukkan kontolku terburu buru, karena sempit waktu membuat kesakitan Lina.
"Aduuh pelan pelan dong Say.., Lina sakit nih" katanya agak merintih.
"Sorry Sayang aku terlalu nafsu nih" kataku lalu tanganku menyambar susunya yang menggelantung indah. Lalu aku mulai memaju-mundurkan pantatku sambil tanganku berpegangan pada susunya dan meremasnya.

"Shh.. ahh.. shh.." kata Lina setengah merintih kenikmatan.
"Lin.. memekmu sempit.. nikmat Lin.." teriakku mengiringi kenikmatanku pada kemaluan kami. Sleep.. bles.. cplok.. cplok.. irama persetubuhan kami sungguh indah hingga aku ketagihan.
Kami melakukan posisi nungging itu lama sekali hingga kami sama-sama sampai hampir bersamaan.
"Shh.. ahh.. say, Lina sampai nih" katanya sambil kepalanya mendongak kebelakang.
"Iya Lina sayang, saya juga sampai nih, didalam yah say.." kataku lalu menghunjamkan kontolku dalam dalam dimemek Lina.
Seerr.. croot..croot kami keluar hampir bersamaan lalu aku mencabut kontolku dari memek Lina.
kontolku terlihat basah dari air mani kami dan air kenikmatan Lina.
"Ugh.. say enak banget.." katanya.

Lalu kami duduk beristirahat ditepian sisi kamar mandi sambil menunggu sisa kenikmatan yang tadi kami lalui.

*****

Itulah petualangan seksku dengan cewek cewek kecil nan cantik yang membuatku ketagian. Dan kegiatan kami ini terus berlanjut sampai sekarang. Bagi para cewekor tante yang bisa diajak curhat dan having fun without pay or buy. karena saya bukan mencari tambahan penghasilan. Apabila anda bisa menjaga kerahasiaan masing masing, hubungi saya.

E N D

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.