kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru P20 Lyna Tiktoker 18Yo Viral 20 PEMERSATUDOTFUN

P20 Lyna Tiktoker 18Yo Viral 20

Tidak ada voting
Lyna, Tiktoker, Viral
P20 Lyna Tiktoker 18Yo Viral 20
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Lyna, Tiktoker, Viral yang ada pada kategori TEEN published pada 19 September 2024 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming P20 Lyna Tiktoker 18Yo Viral 20 secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Mbak Sus, Oh Mbak Sus


Seperti sebagian besar teman senasib, saat menjadi mahasiswa saya menjadi anak kos dengan segala suka dan dukanya. Mengenang masa-masa sekitar lima belas tahun lalu itu saya sering tertawa geli. Misalnya, karena jatah kiriman dari kampung terlambat, padahal perut keroncongan tak bisa diajak kompromi, saya terpaksa mencuri nasi lengkap dengan lauknya milik keluarga tempat saya kos. Masih banyak lagi kisah-kisah konyol yang saya alami. Namun sebenarnya ada satu kisah yang saya simpan rapat-rapat, karena bagi saya merupakan rahasia pribadi. Kisah rahasia yang sangat menyenangkan.

Keluarga tempat kos saya memiliki anak tunggal perempuan yang sudah menikah dan tinggal di rumah orang tuanya. Mbak Sus, demikian kami anak-anak kos memanggil, berumur sekitar 35 tahun. Tidak begitu cantik tetapi memiliki tubuh bagus dan bersih. Menurut ibu kos, anaknya itu pernah melahirkan tetapi kemudian bayinya meninggal dunia. Jadi tak mengherankan kalau bentuk badannya masih menggiurkan. Kami berlima anak-anak kos yang tinggal di rumah bagian samping sering iseng-iseng memperbincangkan Mbak Sus. Perempuan yang kalau di rumah tak pernah memakai bra itu menjadi sasaran ngobrol miring.

"Kamu tahu nggak, kenapa Mbak Sus sampai sekarang nggak hamil-hamil?" tanya Robin yang kuliah di teknik sipil suatu saat.
"Aku tahu. Suaminya letoi. Nggak bisa ngacung" jawab Krus, anak teknik mesin dengan tangkas.
"Apanya yang nggak bisa ngacung?" tanya saya pura-pura tidak tahu.
"Bego! Ya kontolnya dong", kata Krus.
"Kok tahu kalau dia susah ngacung?" saya mengejar lagi.
"Lihat saja. Gayanya klemar-klemer kaya perempuan. Tahu nggak? Mbak Sus sering membentak-bentak suaminya?" tutur Krus.
"Kalian saja yang nggak tanggap. Dia sebenarnya kan mengundang salah satu, dua, atau tiga di antara kita, mungkin malah semua, untuk membantu", kata Robin.
"Membantu? Apa maksudmu?" tanyaku tak paham ucapannya.
Robin tertawa sebelum berkata, "Ya membantu dia agar segera hamil. Dia mengundang secara tidak langsung. Lihat saja, dia sering memamerkan toketnya kepada kita dengan mengenakan kaus ketat. Kemudian setiap usai mandi dengan hanya melilitkan handuk di badannya lalu-lalang di depan kita"
"Ah kamu saja yang GR. Mungkin Mbak Sus nggak bermaksud begitu", sergah Heri yang sejak tadi diam.





"Nggak percaya ya? Ayo siapa yang berani masuk kamarnya saat suaminya dinas malam, aku jamin dia tak akan menolak. Pasti"

Diam-diam ucapan Robin itu mengganggu pikiranku. Benarkah apa yang dia katakan tentang Mbak Sus? Benarkah perempuan itu sengaja mengundang birahi kami agar ada yang masuk perangkapnya?

Selama setahun kos diam-diam aku memang suka menikmati pemandangan yang tanpa tersadari sering membuat kontolku tegak berdiri. Terutama toketnya yang seperti sengaja dipamerkan dengan lebih banyak berkaus sehingga putingnya yang kehitam-hitaman tampak menonjol. Selain toketnya yang kuperkirakan berukuran 36, pinggulnya yang besar sering membuatku terangsang. Ah betapa menyenangkan dan menggairahkan kalau saja aku bisa memasukkan kontolku ke selangkangannya sambil meremas-remas toketnya.

Setelah perbincangan iseng itu aku menjadi lebih memperhatikan gerak-gerik Mbak Sus. Bahkan aku kini sengaja lebih sering mengobrol dengan dia. Kulihat perempuan itu tenang-tenang saja meski mengetahui aku sering mencuri pandang ke arah dadanya sambil menelan air liur.

Suatu waktu ketika berjalan berpapasan tanganku tanpa sengaja menyentuh pinggulnya.
"Wah.. maaf, Mbak. Nggak sengaja.." kataku sambil tersipu malu.
"Sengaja juga nggak apa-apa kok dik", jawabnya sambil mengerlingkan matanya.
Dari situ aku mulai menyimpulkan apa yang dikatakan Robin mendekati kebenaran. Mbak Sus memang berusaha memancing, mungkin tak puas dengan kehidupan seksualnya bersama suaminya.

Makin lama aku bertambah berani. Beberapa kali aku sengaja menyenggol pinggulnya. Eh dia cuma tersenyum-senyum. Aksi nakal pun kutingkatkan. Bukan menyenggol lagi tetapi meremas. Sialan, reaksinya sama saja. Tak salah kalau aku mulai berangan-angan suatu saat ingin menyetubuhi dia. Peluang itu sebenarnya cukup banyak. Seminggu tiga kali suaminya dinas malam. Dia sendiri telah memberikan tanda-tanda welcome. Cuma aku masih takut. Siapa tahu dia punya kelainan, yakni suka memamerkan perangkat tubuhnya yang indah tanpa ada niat lain. Namun birahiku rasanya tak tertahankan lagi. Setiap malam yang ada dalam bayanganku adalah menyusup diam-diam ke kamarnya, menciumi dan menjilati seluruh tubuhnya, meremas toket dan pinggulnya, kemudian melesakkan kontol ke memeknya.

Suatu hari ketika rumah sepi. Empat temanku masuk kuliah atau punya kegiatan keluar, bapak dan ibu kosku menghadiri pesta pernikahan kerabatnya di luar kota, sedangkan suami Mbak Sus ke kantor. Aku mengobrol dengan dia di ruang tamu sambil menonton televisi. Semula perbincangan hanya soal-soal umum dan biasa. Entah mendapat dorongan dari mana kemudian aku mulai ngomong agak menyerempet-nyerempet.

"Saya sebenarnya sangat mengagumi Mbak Sus lo", kataku.
"Kamu ini ada-ada saja. Memangnya aku ini bintang sinetron atau model."
"Sungguh kok. Tahu nggak apa yang kukagumi pada Mbak?"
"Coba apa.."
"Itu.."
"Mana?"
Tanpa ragu-ragu lagi aku menyentuhkan telunjukku ke toketnya yang seperti biasa hanya dibungkus kaus.
"Ah.. kamu ini."

Reaksinya makin membuatku berani. Aku mendekat. Mencium pipinya dari belakang kursi tempat duduknya. Mbak Sus diam. Lalu ganti kucium lehernya yang putih. Dia menggelinjang kegelian, tetapi tak berusaha menolak. Wah, kesempatan nih. Kini sambil menciumi lehernya tanganku bergerilya di bagian dadanya. Dia berusaha menepis tanganku yang ngawur, tetapi aku tak mau kalah. Remasanku terus kulanjutkan.

"Dik.. malu ah dilihat orang", katanya pelan. Tepisannya melemah.
"Kalau begitu kita ke kamar?"
"Kamu ini nakal", ujarnya tanpa berusaha lagi menghentikan serbuan tangan dan bibirku.
"Mbak.."
"Hmm.."
"Bolehkah mm.., bolehkah kalau saya.."
"Apa hh.."
"Bolehkah saya memegang susu Mbak yang gede itu?"
"Hmm.." Dia mendesah ketika kujilat telinganya.
Tanpa menunggu jawabannya tanganku segera menelusup ke balik kausnya. Merasakan betapa empuknya daging yang membukit itu. Kuremas dua toketnya dari belakang dengan kedua tanganku. Desahannya makin kuat. Lalu kepalanya disandarkan ke dadaku. Aduh mak, berarti dia oke. Tanganku makin bersemangat. Kini kedua putingnya ganti kupermainkan.

"Dik, tutup pintunya dulu dong", bisiknya dengan suara agak bergetar, mungkin menahan birahinya yang juga mulai naik.
Tanpa disuruh dua kali secepat kilat aku segera menutup pintu depan. Tentu agar keadaan aman dan terkendali. Setelah itu aku kembali ke Mbak Sus. Kini aku jongkok di depannya. Menyibak rok bawahnya dan merenggangkan kedua kakinya. Wuih, betapa mulus kedua pahanya. Pangkalnya tampak menggunduk dibungkus celana dalam warna krem. Sambil menciumi pahanya tanganku menelusup di pangkal pahanya, meremas-remas memek dan itilnya yang juga besar. Lidahku makin naik ke atas. Mbak Sus menggelinjang kegelian sambil mendesah halus. Akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya.

"Mau apa kau sshh.. sshh", tanyanya lirih sambil memegangi kapalaku erat-erat.
"Mbak belum pernah dioral ya?"
"Apa itu?"
"Memek Mbak akan kujilati."
"Lo itu kan tempat kotor.."
"Siapa bilang?"
"Ooo.. oh.. oh ..", desis Mbak Sus keenakan ketika lidahku mulai bermain-main di gundukan memeknya. Tampak dia keenakan meski masih dibatasi celana dalam.

Serangan pun kutingkatkan. Celananya kepelorotkan. Sekarang perangkat rahasia miliknya berada di depan mataku. Kemerahan dengan itil yang besar sesuai dengan dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut tak begitu lebat. Lidahku kemudian bermain di bibir memeknya. Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-gerakan melingkar yang membuat Mbak Sus kian keenakan, sampai harus mengangkat-angkat pinggulnya.
"Aahh.. Kau pintar sekali. Belajar dari mana hh.."
"mm film biru dan bacaan porno kan banyak mm.." jawabku.

Tiba-tiba, tok.. tok.. tok. Pintu depan ada yang mengetuk. Wah berabe nih. Aksi liarku pun terhenti mendadak.
"Sst ada tamu Mbak", bisikku.
"Cepat kau sembunyi ke dalam", kata Mbak Sus sambil membenahi pakaiannya yang agak berantakan.
Aku segera masuk ke dalam kamar Mbak Sus. Untung kaca jendela depan yang lebar-lebar rayban semua, sehingga dari luar tak melihat ke dalam. Sampai di kamar berbau harum itu aku duduk di tepi ranjang. Kontolku tegak mendesak celana pendekku yang kukenakan. Sialan, baru asyik ada yang mengganggu. Kudengar suara pintu dibuka. Mbak Sus bicara beberapa patah kata dengan seorang tamu bersuara laki-laki. Tidak sampai dua menit Mbak Sus menyusul masuk kamar setelah menutup pintu depan.

"Siapa Mbak?"
"Tukang koran menagih rekening."
"Wah mengganggu saja itu orang. Baru nikmat-nikmat.."
"Sudahlah", katanya sambil mendekati aku.
Tanpa sungkan-sungkan Mbak Sus mencium bibirku. Lalu tangannya menyentuh celanaku yang menonjol akibat kontolku yang ereksi maksimal, meremas-remasnya beberapa saat. Betapa lembut ciumannya, meski masih polos. Aku segera menjulurkan lidahku, memainkan di rongga mulutnya. Lidahnya kubelit sampai dia seperti hendak tersedak. Semula Mbak Sus seperti akan memberontak dan melepaskan diri, tapi tak kubiarkan. Mulutku seperti melekat di mulutnya.

Lama-lama dia akhirnya dia bisa menikmati dan mulai menirukan gaya permainan ciuman yang secara tak sadar baru saja kuajarkan.
"Uh kamu pengalaman sekali ya. Sama siapa? Pacarmu?" tanyanya di antara kecipak ciuman yang membara dan mulai liar.
Aku tak menjawab. Tanganku mulai mempermainkan kedua toketnya yang tampak menggairahkan itu. Biar tak merepotkan, kausnya kulepas. Kini dia telanjang dada. Tak puas, segera kupelorotkan rok bawahnya. Nah kini dia telanjang bulat. Betapa bagus tubuhnya. Padat, kencang, dan putih mulus.

"Nggak adil. Kamu juga harus telanjang." Mbak Sus pun melucuti kaus, celana pendek, dan terakhir celana dalamku. Kontolku yang tegak penuh segera diremas-remasnya. Tanpa dikomando kami rebah ke ranjang, berguling-guling, saling menindih.
"Mbak mau saya oral lagi?" tanyaku.
Mbak Sus hanya tersenyum. Aku menunduk ke selangkangannya mencari-cari pangkal kenikmatan miliknya. Tanpa ampun lagi mulut dan lidahku menyerang daerah itu dengan liar. Mbak Sus mulai mengeluarkan jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat. Kelihatan dia menemukan pengalaman baru yang membius gairahnya. Hampir lima menit kami menikmati permainan itu. Selanjutnya aku merangkak naik. Menyorongkan kontolku ke mulutnya.
"Gantian dong, Mbak"
"Apa muat segede itu.."
Tanpa menunggu jawabannya segera kumasukkan kontolku ke mulutnya yang mungil. Semula agak kesulitan, tetapi lama-lama dia bisa menyesuaikan diri sehingga tak lama kontolku masuk rongga mulutnya. Melihat Mbak Sus agak tersiksa oleh gaya permainan baru itu, aku pun segera mencabut kontolku. Pikirku, nanti lama-lama pasti bisa.

"Sorry ya Mbak"
"Ah kau ini mainnya aneh-aneh."
"Justru di situ nikmatnya, Mbak. Selama ini Mbak sama suami main seksnya gimana?" tanyaku sambil menciumi toketnya.
"Ah malu. Kami main konvensional saja kok."
"Langsung tusuk begitu maksudnya.."
"Nakal kau ini", katanya sambil tangannya mengelus-elus kontolku yang masih tetap tegak berdiri.
"Suami Mbak mainnya lama nggak?"
"Ah.." dia tersipu-sipu. Mungkin malu untuk mengungkapkan.
"Pasti Mbak tak pernah puas ya?"
Mbak Sus tak menjawab. Dia malah menciumi bibirku dengan penuh gairah. Tanganku pun ganti-berganti memainkan kedua toketnya yang kenyal atau selangkangannya yang mulai berair. Aku tahu, perempuan itu sudah kepengin disetubuhi. Namun aku sengaja membiarkan dia menjadi penasaran sendiri.

Tetapi lama-lama aku tak tahan juga. Kontolku pun sudah ingin segera mengentot memeknya. Pelan-pelan aku mengarahkan barangku yang kaku dan keras itu ke arah selangkangannya. Ketika mulai menembus memeknya, kurasakan tubuh Mbak Sus agak gemetar.
"Ohh.." desahnya ketika sedikit demi sedikit batang kontolku masuk memeknya.
Setelah seluruh barangku masuk, aku segera bergoyang naik turun di atas tubuhnya. Aku makin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan, dan kedua toketnya yang ikut bergoyang-goyang.

Tiga menit setelah kuentot Mbak Sus menjepitkan kedua kakinya ke pinggangku. Pinggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme. Entotan kontolku kutingkatkan.
"Ooo.. ahh.. hmm.. sshh.." desahnya dengan tubuh menggelinjang menahan kenikmatan puncak yang diperolehnya.
Kubiarkan dia menikmati orgasmenya beberapa saat. Kuciumi pipi, dahi, dan seluruh wajahnya yang berkeringat.
"Enak Mbak?" tanyaku.
"Emmhh.."
"Puas Mbak?"
"Ahh.." desahnya.
"Sekarang Mbak berbalik. Menungging."
Aku mengatur badannya dan Mbak Sus menurut. Dia kini bertumpu pada siku dan kakinya.
"Gaya apa lagi ini?" tanyanya.
"Ini gaya anjing. Senggama lewat belakang. Pasti Mbak belum pernah."

Setelah siap aku pun mulai mengentot dan menggoyang dari belakang. Mbak Sus kembali menjerit dan mendesah merasakan kenikmatan tiada tara yang mungkin selama ini belum pernah dia dapatkan dari suaminya. Setelah dia orgasme sampai dua kali, kami istirahat.
"Capek?" tanyaku.
"Kamu ini aneh-aneh saja. Sampai mau remuk tulang-tulangku."
"Tapi kan nikmat Mbak", jawabku sambil kembali meremas toketnya yang menggemaskan.
"Kita lanjutkan nanti malam saja ya."
"Ya deh kalau capek. Tapi tolong sekali lagi, aku pengin masuk agar spermaku keluar. Nih sudah nggak tahan lagi kontolku. Sekarang Mbak yang di atas", kataku sambil mengatur posisinya.

Aku terletang dan dia menduduki pinggangku. Tangannya kubimbing agar memegang kontolku masuk ke selangkangannya. Setelah masuk tubuhnya kunaikturunkan seirama entotanku dari bawah. Mbak Sus tersentak-sentak mengikuti irama goyanganku yang makin lama kian cepat. Toketnya yang ikut bergoyang-goyang menambah gairah nafsuku. Apalagi ditingkah lenguhan dan jeritannya menjelang sampai puncak. Ketika dia mencapai orgasme aku belum apa-apa. Posisinya segera kuubah ke gaya konvensional. Mbak Sus kurebahkan dan aku menembaknya dari atas. Mendekati klimaks aku meningkatkan frekuensi dan kecepatan entotan kontolku.
"Oh Mbak.. aku mau keluar nih ahh.."
Tak lama kemudian spermaku muncrat di dalam memeknya. Mbak Sus kemudian menyusul mencapai klimaks. Kami berpelukan erat. Kurasakan memeknya begitu hangat menjepit kontolku. Lima menit lebih kami dalam posisi relaksasi seperti itu.

"Memekmu masik nikmat Mbak", bisikku sambil mencium bibir mungilnya.
"Kontolmu juga nikmat, Dik."
"Nanti kita main dengan macam-macam gaya lagi."
"Ah Mbak memang kalah pintar dibanding kamu."
Kami berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak puas-puas merasakan kenikmatan beruntun yang baru saja kami rasakan.

"Mbak kalau pengin bilang aja ya."
"Kamu juga. Kalau ingin ya langsung masuk ke kamar Mbak. Tetapi sst.. kalau pas aman lo."
"Mbak mau nggak main ramai-ramai?"
"Maksudmu gimana?"
"Ya misalnya aku mengajak salah satu teman dan kita main bertiga. Dua lawan satu. Soalnya Mbak tak cukup kalau cuma dilayani satu cowok."
"Ah kamu ini ada-ada saja. Malu ah.."
"Tapi mau mencoba kan?"
Mbak Sus tidak menjawab. Dia malah kemudian menciumi dan menggumuli aku habis-habisan. Ya aku terangsang lagi jadinya. Ya kontolku tegak lagi. Ya akhirnya aku mesti mengentot dan menembaknya sampai dia orgasme beberapa kali. Ah Mbak Sus, Mbak Sus.

TAMAT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.