Cerita Dewasa:
Kenangan - 7
Tia mengangkat kedua tangannya lurus ke atas tanpa dikomando ketika kedua tanganku baru saja mau membuka dasternya. Satu kesalahan kecil saja yang kulakukan terhadap mereka maka aku akan menjadi salah satu bintang dalam berita TV. Segera kuangkat Tia yang kini hanya mengenakan celana dalam putihnya itu ke tengah tempat tidur, lalu kurebahkan. Sementara Sonya mengambil posisi berbaring di samping kiri Tia, memegang tangannya dan membelai rambutnya. Aku duduk tegak di atas kedua lututku untuk menikmati pemandangan-pemandangan indah yang terhampar di depanku. Kuperhatikan Tia yang kini hanya tinggal dibalut celana dalamnya saja, kulitnya yang putih mulus mirip kakaknya, membuatku tidak sabar untuk memberinya kecupan-kecupan mesra.
Pada sebelah kiri Tia berbaring Sonya dengan daster tipisnya yang agak tersingkap di bagian paha, sehingga kini bisa kulihat kulit pahanya yang mulus dan sekilas celana dalam pinknya yang begitu sexy menggoda. Sonya dengan cepat menutup bagian dasternya yang tersingkap tadi dengan gaya yang malu-malu dan memandangku dengan ekspresi wajah yang begitu polos, lugu, imut sambil kemudian menggigit sedikit bibir bawahnya, membuat birahiku bergejolak hebat. Bagaikan orang kelaparan yang dihidangkan santapan lezat di depan matanya aku langsung menciumi perut Tia.
"Aaah.." Tia mulai mendesah.
Hisapan dan jilatanku kembali merambat naik menuju lehernya, kedua daun telinganya yang membuatnya merasa kegelian sehingga ia agak menarik kepalanya menjauhi mulutku. "Abaanghh.. geli.. ahh.." Secara samar kuperhatikan ternyata Sonya kini sedang menghisap sepasang toket kuncupnya bergantian, itulah sebabnya Tia menjadi agak lepas kontrol.
Kubiarkan Tia menghisap lidahku sepuasnya sementara tanganku kini mulai mengusapi paha dalamnya. Kugetarkan tanganku bagaikan vibrator pada paha dalam Tia sebelah kanan dan hal ini ternyata membuat badan Tia terhentak ke bawah, seakan ingin melepaskan diri dari getaran tanganku dan hisapan Sonya. Tia tidak kuat menerima rangsangan nikmat yang bertubi-tubi seperti itu sehingga ciumannya pun terlepas.
"Aaah.. sshh.. aahh.. hh.. hh.."
Kesempatan itu segera kumanfaatkan untuk berpidah ke posisi. Naluriku mengatakan bahwa Tia tidak akan kuat bertahan lebih lama lagi. Dengan sigap kedua tanganku segera menarik celana dalam putih itu ke bawah. Kubuka kedua pahanya lebar-lebar lalu kukecup dan Tia mulai mendesah.
"Aaah.. abaanghh.. Kak Sonya.. hh.. hh.. hh.."
Tia mengangkat-angkat pinggulnya sementara Sonya masih tetap menghisapi toketnya dan tak lama, "Aaah.. abaanghh.. Tia mau pipiiss.. hh.. hh.."
Kuredam hentakan pinggulnya.
"Aaah.. abaanghh.."
Akhirnya tubuh Tia bergetar kenikmatan walau agak tertahan oleh tanganku dan tubuh Sonya. Setelah gerakan Tia terhenti, aku memberikan Sonya French Kiss. Sonya menyambut ciumanku dengan penuh antusias, kemudian kami pun berbaring di sisi kanan dan kiri Tia sambil memeluk tubuh kecil itu yang kini terkulai lemas untuk memberinya kehangatan. Aku tersenyum lalu berkata, "Nah, sekarang giliran Sonya dan abang!" kataku semangat.
Segera kubuka daster tipis Sonya lalu kurebahkan kembali seraya memberinya ciuman penuh nafsu. Tanganku dengan cepat kini mulai menggerayangi bukit kembarnya yang indah dan mulai menggetarkannya. Dapat kurasakan Sonya berusaha untuk bersikap kuat dengan mampu bertahan, tetapi aku bisa mengetahuinya bahwa dia berusaha mati-matian untuk menahan rangsangan tanganku pada toketnya melalui dengusan nafasnya yang mulai tidak terkontrol serta hisapannya pada lidahku yang menjadi begitu kuat.
Tangan kananku segera kuarahkan ke paha dalam bagian kanan, kubelai-belai lalu kugetarkan di bagian yang paling dekat dengan daerah paling femininnya yang masih tertutup celana dalam tipisnya sehingga getaran tanganku juga turut menggetarkan dengan daerah femininnya yang mulai basah itu.
"Aaahh.. hh.. hh.." Sonya akhirnya melepaskan hisapannya karena tidak kuat menahan nikmatnya rangsanganku di tiga tempat sekaligus itu. Inilah kesempatan emasku untuk berpindah posisi dan memberinya oral, segera kugigit karet celana dalamnya dan kutarik ke bawah. Begitu terlihat belahan vertikalnya aku agak terkejut sekaligus bahagia, karena ternyata daerah itu telah kembali bersih. Bulu-bulu halus yang kemarin-kemarin masih kulihat itu kini telah hilang, bersih dan halus seperti milik Tia.
Ini merupakan sebuah hadiah kejutan kedua yang istimewa bagiku. Kubuka lidahku lebar-lebar agar dapat mengusap bagian bibir vertikalnya yang menggairahkan dan sangat feminin itu. Hisapan kumulai dari paha kiri bagian dalam, merambat naik lalu ke paha dalam bagian kiri tanpa menyentuh memeknya. Setelah beberapa saat menikmati pahanya barulah ciuman dan hisapan kuarahkan untuk memberikan rangsangan kontinyu pada bagian itilnya, sementara kedua tanganku yang menyusup dari bawah kedua pahanya sudah berada pada pada bukit kembarnya dan siap memberikan getaran yang dahsyat.
Tia yang masih berbaring di samping Sonya hanya bisa memperhatikan aktivitas kami sambil memegang tangan dan membelai rambut kakaknya yang tengah kubuat melayang di angkasa merasakan nikmat surga duniawi.
"Aaahh.. aah.. shh.. ouuhh.. hh.. hh.. hh" Sonya mendesah tak karuan kala aku menghisap dan memilin-milin itilnya.
Kedua pahanya menjepit kepalaku dengan erat, menandakan dirinya amat sangat terangsang oleh apa yang kulakukan. Tanganku mulai kembali menggetarkan bukit kembarnya yang indah itu, selaras dengan hisapan, kecupan dan jilatan yang kulakukan pada itilnya.
"Ooouhh.. ooh.. sshh.. aahh.. hh.. hh.. abaanghh.. hh.. hh.. hh" Sonya kembali meracau.
Kecepatan getaran kedua tangan kupercepat begitu pula dengan permainan hisapanku pada itilnya. Tubuh Sonya tersentak-sentak hebat, Ia berusaha melepaskan kedua bukit kembarnya dari tanganku dengan menekan badannya ke bawah, namun tidak berhasil. Ia menaik turunkan pinggulnya dengan liar, "Aaah.. abaanghh.. Sonya pipiiss.. oouhh.." Segera kulepas tangan kananku dari toketnya untuk memberikan belaian pada itilnya, sementara mulutku kuarahkan ke lubang memeknya..
"Abaangh.. shh.. ah.. ah.. ah" akhirnya Sonya pun kutaklukkan.
Desahan Sonya yang begitu menggairahkan terdengar mengiringi deras dan hangatnya cairan orgasmenya yang mengalir keluar dari lubang memeknya.
Diriku sendiri juga sudah tidak kuat lagi menahan nafsu yang semakin bergejolak dan siap meledak ini, segera aku membuka celana dalamku dan mulai mengocok batangku yang sudah berdiri dengan tegangnya. Kuarahkan batangku ke wajah Sonya agar dia menghisapinya seperti biasa. Keringat deras yang mengucur di badan dan wajahnya, serta tubuhnya yang kini terlihat lemas sehabis dilanda getar orgasme hebat tadi menjadikan diriku tidak tega untuk memintanya menghisapi batangku. Akhirnya kuputuskan untuk mengocok sendiri dan mengeluarkannya di dada Sonya. Tidak lama kemudian aku mengalami orgasme dan ejakulasi hebat, spermaku muncrat dengan keras membasahi dada Sonya.
Aku pun terkulai lemas di tempat tidur di samping tubuh Sonya. Kami bertiga saling berpelukan dan berciuman dengan hangatnya di atas tempat tidur besar milik orang tuanya itu. Setelah puas berciuman, kuajak mereka mandi, membersihkan diri bersama dengan air hangat.
Selesai mandi dan berganti pakaian dengan piyama baru, kami pun kembali naik ke tempat tidur besar itu untuk beristirahat dan saling berpelukan dengan penuh kehangatan.
"Sonya hebat, abang kaget sekali lho tadi, kok bisa bersih dan sehalus itu, gimana caranya yaa?" tanyaku menggodanya.
"Ah abang, itu khan rahasia wanita" jawabnya sambil melihat ke arahku dan tersenyum manis.
"Pokoknya dari sekarang Sonya pasti akan selalu mempraktekkan nasehat-nasehat abang!" lanjutnya.
Kukecup bibirnya yang sexy itu dengan lembut.
"Tia juga, malam ini hebaat sekali, abang nggak nyangka lho" kataku lagi pada Tia.
"Tia khan sayang sama abang" jawabnya simpel penuh pengertian, sambil memelukku dengan erat. Kucium rambutnya yang harum lalu kupeluk kedua bidadariku itu dengan penuh kasih. Kami pun lalu terlelap dalam mimpi yang damai dan indah di malam yang sangat luar biasa itu.
"Tinit.. tinit.. tinit.." Pagi itu sekitar pukul tiga dinihari aku terbangun mendengar suara weker yang sudah sengaja kuaktifkan semalam. Bergegas kumatikan weker lalu kugendong bidadariku satu per satu menuju ranjang mereka masing-masing, kuselimuti mereka, kemudian aku kembali ke kamar ortunya untuk mengganti sprei, sarung bantal dan guling dengan yang baru. Hal ini kulakukan untuk menghindari prasangka yang tidak-tidak dari si Was jika pagi nanti ia mendapati kami bertiga tidur seranjang di kamar bapak dan ibu Sis, terlebih hari ini mereka akan kembali ke rumah. Setelah semuanya selesai, aku kembali ke kamarku untuk kembali beristirahat.
Siang harinya, Sonya sibuk di dapur dibantu oleh Tia dan si Was membuat kue untuk menyambut kedatangan kedua orangtuanya, sedangkan aku ikut membantu dengan membelikan semua bahan-bahan yang mereka butuhkan untuk membuat kue di supermarket. Sore harinya barulah kue "selamat-datang" buatan Sonya dan Tia itu jadi dan siap saji, setelah itu kami menonton film-film VCD kartun koleksi kesukaan Tia dan Sonya sambil menunggu orangtuanya tiba di rumah.
Sekitar pukul 19.30, kedua ortunya tiba di rumah dan kami menyambutnya langsung di halaman depan. Denga sigap kubuka pintu taksi yang mengantarkan kedatangan bapak dan ibu Sis, mereka keluar dan menyalamiku dengan wajah yang berseri-seri, lalu memeluk erat kedua putri kecilnya untuk melepaskan rasa rindu yang selama ini menjadi beban selama berada di Australia. Segera kuangkat seluruh barang bawaan bapak dan ibu Sis dari taksi ke dalam rumah, dibantu oleh si Was. Suasana di dalam rumah dipenuhi kebahagiaan, Sonya dan Tia kini memberikan hasil karya mereka berupa kue "selamat-datang" kepada ayah dan ibunya. Mereka berbagi hadiah, pelukan kasih, canda dan tawa serta cerita, tapi tentunya rahasia kami tetap terjaga dengan baik.
Hubunganku dengan Pak Sis sekeluarga tetap berjalan dengan baik, khususnya dengan Sonya dan Tia, namun semenjak saat itu aktivitas ranjang kami bertiga jadi sangat tersendat dikarenakan oleh kesibukanku mempersiapkan diri untuk ujian-ujian dan Ebtanas. Seperti yang sudah kupersiapkan sebelumnya bahwa ketika aku tidak di tempat atau berhalangan, maka mereka berdua bisa saling mereguk kenikmatan tanpa diketahui papa dan mamanya dan juga tanpa harus minta bantuan dari laki-laki lain yang pasti akan menghancurkan segalanya. Aku mengetahuinya karena mereka selalu mengajakku dan jika aku memang tidak bisa karena terpaksa harus nginap di rumah teman untuk belajar bareng misalnya, maka Sonya ataupun Tia akan memberikan laporan aktivitas erotis mereka berdua dengan begitu membangkitkan gairahku dan membuatku hanya bisa menelan ludah, merasa sangat iri dan menyesal karena tidak bisa turut berpartisipasi, tapi apa mau dikata..
Hubunganku dengan Melati pun sudah semakin erat dan ia juga sudah kukenalkan pada kedua bidadariku, bahkan ia bisa menjadi akrab dengan mereka.
Semua hal terindah itu hanya bertahan sampai aku lulus SMA saja, karena aku harus pindah ke ibukota untuk melanjutkan pendidikan sedangkan Pak Sis dan keluarga harus pindah ke Autralia karena bisnis yang ia tangani berkembang pesat dan sukses besar. Hubunganku dengan Melati pun terpaksa putus dengan baik-baik karena kepindahanku, tapi sebagai teman, ia masih rajin menghubungiku. Inilah kehidupan, realita yang sungguh sangat disayangkan bahwa segala sesuatu yang berawal dengan indah harus berakhir dengan kepedihan. Sekarang, semua manis pahitnya pengalamanku, hanyalah menjadi sebuah, kenangan..
Oleh: [email protected]