Cerita Dewasa:
Kencanku dengan Erika
Tidak seperti biasanya, aku paling malas jika mendapat tugas wawancara khusus dengan seseorang artis cantik sekalipun. Tapi saat itu, kenapa begitu ada tugas dari Bos mewawancarai Erika untuk rubrik profil mingguan, aku langsung cabut.
Janji wawancara dengan Erika telah disepakati di rumah seorang produser di sebuah apartemen di bilangan Jakarta Selatan. Ketika sampai di tempat yang di maksud, Erika telah menungguku. Saat ini pertemuan pertamaku dengan dia. Erika terkesan cuek dan dingin. Namun karena dia sudah menyanggupi, dia mempersilakan aku untuk masuk. Ruangan tamu yang tidak terlalu luas sedikit membuatku tegang. Namun ketegangan itu mereda ketika Erika membawa dua gelas minuman dingin sambil mempersilakanku untuk menikmati minuman yang telah dihidangkan.
"Terima kasih", kataku.
"Kamu mau tanya apa, waktuku terbatas, jangan lebih satu jam", tutur mojang Priangan yang sangat cantik ini.
Gaya ketus Erika sempat membuatku gugup. Apalagi dengan penampilannya sore itu yang aduhai mengenakan kaos ketat "you can see" yang sangat tipis, dengan bawahan span yang sangat pendek, membuatku semakin gugup. "Saya hanya ingin mendengar cerita pengalaman yang mengesankan dari Anda selama menjadi artis dangdut hingga setenar sekarang.." aku mengawali pertanyaan.
Wawancara semakin menarik dan hangat dan agaknya Erika lupa bahwa dia membatasiku hanya satu jam. Sebab ketika saya datang sudah pukul 16.30, tetapi saat ini jam telah menunjukkan pukul 18.00. Sampai pada suatu ketika usai melontarkan satu pertanyaan pribadi tentang orang yang menjadi dambaan hati, Erika manatapku tajam.
"Orangnya mirip kamu", kata Erika seraya tersenyum. Aku menelan ludah, mana mungkin artis secantik dia cowoknya sepertiku. Dengan sedikit "ge-er", aku menanyakan lagi "Apakah dia juga wartawan?"
"Ah, bukan. Dia pengangguran", Erika tertawa.
Tetapi kemudian dia terdiam dan menatapku lebih tajam. Aku meletakkan catatan, pena dan block note ke meja. Aku tatap pula Erika sambil menebak-nebak apa maunya artis cantik ini. Erika terus menatapku sambil sesekali dia menyibakkan rambutnya yang terurai sebahu hingga bulu-bulu ketiaknya yang tampak lebat dan subur kelihatan dengan jelas.
Tiba-tiba Erika mendekatiku dan menyilangkan kedua tangannya di atas bahuku. Semakin dag-dig-dug saja jantungku ini. Bau tubuh Erika yang sangat wangi menyengat di telinga dan pikiranku.
"Kamu mirip dia", katanya.
Aku pegang tangan Erika yang melingkar di bahuku, kucium lengannya dengan halus. Erika memejamkan mata, yang kuyakin tanda "iya". Erika semakin mendekat ke tubuhku sampai akhirnya kedua buah dadanya yang memang tampak sangat montok waktu itu menyentuh dadaku. Tanpa pikir panjang kucoba mencium bibirnya yang sedikit terbuka dan dia dengan antusias pula membalas ciumanku. Sambil terus gencar mencium bibirnya, kupeluk dia. Aku gesek-gesekkan dadaku hingga kekenyalan buah dadanya dapatku rasakan. Erika tampak kian bernafsu, sesekali bibirnya melepaskan diri dari bibirku namun mencium seluruh wajahku hingga basah. Sesekali sambil tertawa Erika menggigit hidungku.
Aku kian bernafsu mendapatkan serangan gencar dari artis cantik ini. Tanganku yang semula melingkar di pundaknya, kini kuarahkan untuk mulai bergerilya di buah dadanya. Aku elus pelan-pelan buah dadanya. Tanganku mencoba ke bawah untuk masuk ke BH-nya. Tapi tiba-tiba Erika menarik tanganku dan mendorong tubuhku. Aku terhempas di atas kursi.
"Wah kenapa dia ini, pasti dia marah melihat ulahku", batinku. Tidak jelas apa maksud Erika mendorong tubuhku. Yang saya lihat dia hanya menggeleng-gelengkan kepala. "Tanda menolakkah", batinku.
Erika kembali menatapku tajam. Kali ini agak lama. Namun tanpaku duga, tiba-tiba Erika sambil tersenyum melepas kaosnya yang sangat tipis dan seksi itu. Wow, mimpikah aku? Aku melihat dengan mata kepala sendiri artis secantik Erika, tubuhnya hanya terbalut BH yang sangat tipis dan ketat. Erika tersenyum. Kemudian dia menyibakkan rambutnya ke belakang dan menguncirnya. Sekali lagi aku terkesima, melihat buah dadanya yang tampak montok karena ditekan BH yang ketat dan bulu ketiaknya yang sangat lebat. Aku tak kuasa menahan birahi ini. Kudekati dia, kucoba mencium ketiaknya, hmm, luar biasa artis cantik ini. Ketiaknya pun sewangi ini, "Apalagi..", batinku.
Tapi Erika mendorongku sambil menggelengkan kepala. Aku hanya bisa diam dan merebah di kursi sambil menunggu apa yang akan dilakukan Erika sebentar lagi. Sambil tersenyum Erika kemudian meremas-remas sendiri buah dadanya, ditekan-tekannya, sambil sesekali bibirnya menggigit buah dadanya. "Ahh.." teriak Erika. "Kamu bisa mengerti ini semua kan?" tanyanya. Aku hanya mengangguk. Ketika aku mendekat, kembali Erika melarangku. Erika berdiri dan mengambil orange jus yang ada di kursi. Setelah diminum sedikit, sisanya ditumpahkan ke seluruh tubuhnya. Erika terus tersenyum kepadaku. Sementara kontolku semakin tegang melihat kejadian ini.
"Boleh aku mendekatimu Ik?" tanyaku.
"Hmm, sini..", katanya. Kontan aku melocat dan akan memeluk dia, tiba-tiba Erika berkata "Duduk saja.." Aku pun menuruti perintahnya.
Setelah menatapku, tiba-tiba dia melepas span pendeknya dan melemparkan penutup memeknya setelah celana dalam itu di atas kursi. Kini Erika mendekatiku dan kemudian dia memelukku sambil mencium seluruh tubuhku. Aku belum sempat terkesima melihat pemandangan yang sangat indah itu, Erika sudah sangat buas menciumiku. Aku balas ciumannya dengan melumat habis buah dada Erika yang kenyal itu.
"Aku lepas BH-nya Ik", kataku.
"Jangan.." timpal Erika.
Erika tampak bernafsu menciumi tubuhku. Sesekali dia membasahi wajah dan tubuhku dengan ludahnya terus dia jilati lagi. Aku kian tak tahan mendapat serangan seperti ini dan tanganku mulai meremas-remas pantat Erika yang tidak kalah kenyal dengan buah dadanya. Aku elus-elus pantatnya sambil pelan-pelan kumasukkan tanganku ke celana dalamnya. Ketika sudah menyentuh pantatnya, dia diam saja. Aku alihkan remasanku ke depan, tepatnya ke memeknya. Woh, bulunya lebat sekali, andaikan aku bisa melihat dan menjilatinya.." kata batinku.
Tapi tiba-tiba Erika mencubit tanganku. Dia pasti tidak setuju dengan ulahku ini. Erika kembali mendorongku, tapi begitu aku jatuh terbaring di kursi, dia menindihku. Dibuka kakinya lebar-lebar sambil berusaha melepas celana panjangku. Aku membantu Erika dengan melucuti sendiri pakaianku. Hingga akhirnya aku tinggal memakai celana dalam dan Erika pun tinggal memakai celana dalam dan BH. Bulu kemaluannya yang lebat tampak sangat indah dengan celana dalamnya yang terpakai tidak dalam posisi yang benar itu, karena habis kuobrak-abrik dengan tanganku. Erika membuka kakiku lebar-lebar sambil kemudian dia melepas celana dalamku.
"Apa maunya.." kata batinku.
Begitu kontolku yang tegang menyembul keluar, dengan penuh nafas Erika mengulumnya dengan buas. Sementara tanganku hanya bisa memainkan toketnya.
"Aduuh, Erika. Jangan keras-keras", protesku.
Erika tidak mendengarkan. Bahkan dia terus melumat kontolku dengan buasnya. Akhirnya Erika pun melepaskan BH dan celana dalamnya. Aku terkesima melihat pemandangan ini. Erika tanpa selebar benang pun melekat di tubuhnya. Memeknya yang penuh bulu dan ketiaknya yang ditumbuhi rambut sangat lebat begitu memicu birahiku. Erika menjauh dariku dan dia duduk di bawah kursi. Sambil membuka kedua selangkangannya Erika memanggilku dan dia menuding kontolku supaya dimasukkan ke memeknya. Aku pun mengiyakan semua permintaan Erika dan terjadilah perbuatan maksiat itu. Aku terus menekan memeknya, menari, menekan, menarik, menekan, sampai akhirnya Erika dan aku menjerit keras. Cairan segar muncrat dan sebagian mengenai wajahku dan dia, dan kami pun saling berpelukan.
"Maafkan aku", kataku.
"It's oke, kapan-kapan aku ingin yang lebih dari ini", tutur Erika.
Pukul 21.00 aku pulang dengan wajah gontai namun penuh senyum. Rejeki atau setan apa yang mampir ke tubuhku hingga Erika memintaku berbuat seperi itu, entahlah. Yang jelas kini setelah kejadian itu Erika kian sulit aku hubungi. Bahkan ketika bertemu di satu acara, melihatku Erika seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Erika kembali memperlakukanku seperti halnya wartawan lainnya. Oh Erika.. mana janjimu..
TAMAT