Cerita Dewasa:
Kebetulan Membawa Nikmat
Saya adalah seorang laki-laki kira-kira berumur 33 tahun, tinggi sekitar 172 cm dengan wajah lumayan (kata teman-teman). Saya sudah bekerja dan sekarang sedang menjalani tugas keluar kota yaitu Semarang. Kisah saya ini baru terjadi sebulan yang lalu. Pada saat itu saya sedang melakukan perjalanan dari Semarang ke Jakarta naik kereta api Argo Bromo. Dari Semarang kira-kira jam 12.00 siang. Kebetulan saya duduk berdampingan dengan seorang wanita kira-kira berumur 35 tahunan. Wajahnya tidak begitu cantik, tetapi potongan tubuhnya begitu seksi dengan pakaian kaos atas berlengan panjang dengan belahan leher yang agak ke bawah dan celana sedikit longgar. Dadanya begitu menonjol dengan memperlihatkan garis belahan dada yang putih bersih. Saya memperkirakan ukuran susunya 36B. Setelah menaruh tas yang tidak begitu besar, dia duduk di sebelahku dan menyapa,
"Selamat siang Dik."
"Selamat siang juga Bu.." jawabku.
"Adik mau ke mana?" tanyanya.
"Mau ke Jakarta Bu, kalau Ibu?" tanyaku balik.
"Kalo gitu kita sama", jawabnya.
Begitulah perjalanan sampai akhirnya kereta api sudah hampir sampai di Stasiun Jatinegara, dia menyapaku kembali,
"Turun di mana Dik?"
"Jatinegara, Bu?" kataku sambil bertanya lagi.
"Saya juga turun di Jatinegara." "Kalo gitu kita bisa sama-sama turun", katanya.
Pada waktu dia mengambil tasnya dari atas tempat duduk, sementara saya masih duduk, terlihatlah tonjolan buah dadanya yang kelihatan tambah besar karena tertarik tangannya ke atas. Saya sudah membayangkan betapa nikmatnya orang yang dapat meremasnya.
"Adik naik apa?" tanyanya kembali.
"Mungkin naik taksi Bu", jawabku.
"Saya juga naik taksi", katanya.
"Tapi saya agak takut sebetulnya kalo sendirian, karena kata orang di Jakarta kalo naik taksi sendirian berbahaya", katanya lagi.
Pucuk dicinta ulam tiba. Tawaranya saya sambut dengan buru-buru.
"Kalau tidak keberatan boleh saya antar." Dan kebetulan arah kami agak searah sehingga tidak ada alasan dia menolaknya. Singkat kata, kami sudah berada dalam satu taksi. Tiba-tiba tangannya dijatuhkan ke pahaku seperti sengaja dan tidak sengaja, saya agak kaget. Dia kelihatannya tahu dan minta maaf.
"Maaf ya Dik.. nggak sadar."
"Oh, nggak apa kok Bu",
"Jangan panggil Bu, Mbak gitu lho", katanya.
Sampai di rumahnya, saya dipersilakan masuk. Saya turuti kemauannya. Dia kemudian masuk dan keluar sudah dengan pakaian yang lain. Atasannya adalah kaos ketat dengan model you can see, sehingga buah dadanya kelihatan makin aduhai, apalagi dilihat dari samping, kelihatan daging menonjol putih meskipun tidak terlalu banyak. Sedang bawahannya rok span di atas lutut, sehingga kakinya yang kuning langsat mengundang birahi siapa yang melihatnya. Terus terang saya bengong sampai dia menyapa,
"Ayo Dik diminum, kok bengong aja."
"Suami Mbak ke mana?" tanyaku untuk mengalihkan kebengonganku.
"Oh.. dia masih nganterin anak ke kursus Bahasa Inggris, nanti pulangnya kira-kira jam 21.00 (pada saat itu masih jam 18.15). Sambil berbicara, dia merebahkan pantatnya didekat tempat duduk saya, sehingga tonjolan buah dadanya tersentuh oleh siku saya. "Aduh mak", batin saya.
Kemudian saya pura-pura mengambil korek api yang ada di dekat dia duduk, sehingga tangan saya melintang ke depan dia dan tersentuh kembali buah yang besar itu, dia diam saja. Tiba-tiba tanpa kusadari, tangan kananku sudah melingkarkan ke lehernya dan dia diam saja. Akhirnya dengan kenekatan luar biasa, kucoba mencium bibirnya dan membalasnya. Di luar dugaan, dia langsung pagut bibir saya dan lidahnya menari-nari di dalam mulut saya "Aah.. aah.. aah.." Saya langsung singkap kaos tanpa lengannya, dan kutarik ke atas BH- nya, maka keluarlah dua buah dada yang besar dan putih dengan bobanya berwarna merah kehitam-hitaman. Ukuran bobanya kecil untuk ukuran wanita seusianya. Kuelus-elus buah dadanya dan kupilin bobanya. "Aah.. ah.. aduh.. heh.. heh.." Tangan kanannya tidak kalah galaknya, mulai menyusup ke celana dalam saya dan langsung menggenggam kontol saya yang masih di dalam. Tangan kirinya membuka retsluiting celana saya dan kemudian kedua tangannya memelorotkan celana panjang dan CD saya sampai kontol saya keluar dengan tegaknya. "Aauu.." aku merintih nikmat.
Kemudian tangan kanan saya mengusap perut dan akhirnya ke lubang kemaluannya. Aduh mak sudah basah. "Dik, terus Dik jangan dilepas Dik.. aahhk.. ahh", dia mengerang kenikmatan ketika tanganku mulai mempermainkan itilnya. "Uugh.. ugh.. ahh.. aduh.. aku sudah nggak tahan Dik.. masukkan sekarang ya.." katanya. "Baik Mbak", jawabku.
Kemudian aku menindihnya sementara dia berbaring di kursi panjang dengan sebelah kakinya terjuntai ke lantai, sehingga lubang kemaluannya yang kelihatan sudah basah dengan itilnya yang memerah kelihatan sekali. Aku mulai memasukkan kontolku ke dalam liang kemaluannya dan "Aagh.. agh.. agh.. terus Dik sampai dalam, agh.. agh.." Aku terus memompa dan memompanya dan.. "Aduh Dik aku sudah nggak tahan.. aku mau ke.." erangya. "Tahan dulu Mbak.." Kemudian kemaluanku kucabut dari lubang kemaluannya dan mulutku kudekatkan ke lubang kemaluannya, dan kusedot itilnya sampai dia menggelinjang-gelinjang nggak karuan dan tidak berapa lama, "Aaahh.. heh.. heh.." napasnya tersengol-sengol. Kemudian kontolku kumasukkan ke liang kemaluannya dan kupompa-pompa dan ganti aku yang mencapai klimaksnya dan, "Aaaghh.. ahh aduh.. Mbak nikmat sekali Mbak", kataku. "Aku juga Dik." Kemudian kami saling membereskan diri masing-masing.
Kemudian hari-hari selanjutnya kami isi dengan pertemuan-pertemuan rutin hampir tiap hari dan kebanyakan pertemuan di hotel-hotel atau di motel-motel yang lebih bebas. Kini bukan lagi rasa hanya sekedar iseng tetapi aku sudah kena hatiku yang paling dalam yaitu cinta, meskipun aku sudah beristeri. Aku tidak tahan kalau tidak bertemu sehari saja. Alasan selalu dapat aku cari saat-saat jam kantor, sehingga tidak membuat curiga isteriku. Sehingga pada suatu saat, kami bertemu dan sewa kamar hotel.
"Dik Rully.." katanya lembut.
"Ya, Mbak.." kataku.
"Aku sebetulnya ma.. mau mengatakan sesuatu."
"silakan Mbak.. masalah apa?" tanyaku.
"Masalah kita berdua."
"Aku sebetulnya mulai merasakan cinta kepada Dik Rully, rasanya aku sudah bukan iseng lagi", katanya agak tidak bersuara.
"Aku juga begitu Mbak.." jawabku sambil tanganku merangkul lehernya saat kami bersandar di tempat tidur hotel.
"Tapi", katanya.
"Tapi apa Mbak? tanyaku nggak sabaran.
"Aku harus meninggalkan kota Jakarta untuk ikut suami di Surabaya.
Dia di Jakarta hanya bersama anaknya yang masih SD, sedangkan suaminya bekerja di Surabaya.
Kami terdiam untuk beberapa saat. Tiba-tiba aku dipeluknya dengan erat sambil berkata, "Dik, ini pertemuan terakhir kita, tolong puaskan Mbak ya.." pintanya sambil menciumku. "Ya.. Mbak.." aku juga membalas ciumannya dan kami saling berpagut. Lidah kami saling beradu. Tanganku mulai menelusuri T-shirtnya yang ketat tanpa BH, (sudah disiapkan dari rumah), dan menariknya ke atas, sehingga susunya yang besar mencuat keluar. Tanpa menunggu lagi tanganku sudah meremas kedua buah besar tadi. Kupilin-pilin bobanya, "Aahk.. ahk.. Dik.. enak Dik." Kemudian kepalaku kutundukkan dan bibirku mencium dan menyedot boba dengan perlahan dan lemah lembut sambil tangan kananku mulai meraba perut, turun ke bawah dan menyentuh celana dalamnya yang sudah basah, "uhk.. uhk.. ahk.. Diikk.. terus Dik enak ehm.. ehm ahk.." dia melenguh nggak karuan. Kemudian dia mulai bereaksi, tangannya dengan nggak sabar membuka ritsluiting celanaku dan mengeluarkan kontolku yang sudah tegang dan pucuknya sedikit basah.
Ditariknya kontolku dan dimasukkan ke dalam mulutnya yang sebelumnya belum pernah dia lakukan. "Augh.." Aku mendesah kenikmatan. "Mbak.. kotor Mbak.." kataku. "Nggak apa Dik untuk perpisahan kita." Dia tidak perduli dan mengulumnya dan mengocok kontolku dengan mulutnya. Aduh rasanya seperti di awang-awang. Aku juga tidak sabar lagi dan kuturunkan kepalaku sampai mencapai liang kemaluannya dan kucium, kujilat, kemudian kukulum itilnya sampai dia mengerang kenikmatan, "Aahk.. ahk.. ahk.. Dik.. ahk.. aku nggak tahan Dik.." Aku juga nggak perduli terus kuhisap itu itilnya, "Ahk.. ahk.. terus seperti itu. "Dik.. masukkan ya.. aku sudah nggak tahan.. aughk.." saat kusedot itilnya, dan "Aaahh.. Dik aku mau keluar Dik.. tahan Mbak.." sambil aku membalikkan badanku sehingga aku menindihnya dan kucium bibirnya kembali sambil batang kemaluanku mencari-cari lubang kemaluannya dan sleep, kontolku masuk ke lubang kemaluannya dan "Aahk.. ahk.." bibirku menyedot boba susunya yang kecil agak kehitam-hitaman, "Auh.. auh.. auh.." Nggak berapa lama, "Aaahh.. aku keeluuarr ahhaahh.." bersamaan dengan itupun aku juga memuncratkan air maniku ke rahimnya dan "Aaagh.. aahh.. Mbak, Mbak.. aku juga keluar." Kemudian tubuh kami menggeletak dengan lemas. "Dik.. terima kasih ya", katanya. "Aku juga terima kasih Mbak.
Nah pembaca setelah itu kami sudah tidak pernah bertemu lagi sampai cerita ini kubuat sudah lebih 3 mingguan aku tidak pernah bertemu. Aku sekarang merasa kesepian.
TAMAT