kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru P4 Diana Dientot Rohingya 4 PEMERSATUDOTFUN

P4 Diana Dientot Rohingya 4

Tidak ada voting
Diana, Dientot, Rohingya
P4 Diana Dientot Rohingya 4
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Diana, Dientot, Rohingya yang ada pada kategori TEEN published pada 20 April 2024 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming P4 Diana Dientot Rohingya 4 secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Kenari 02


Sambungan dari bagian 01

Sejak peristiwa itu, aku dan Kenari semakin sering melakukan hal-hal yang menyerempet bahaya itu. Walaupun di rumahku kami dapat lebih leluasa melakukannya, tapi sensasinya lain jika kami lakukan di dalam mobil. Kami sudah tidak malu-malu lagi untuk bicara tentang seks, walaupun dia yang selalu mengambil inisiatif pertama untuk meminta melakukannya. Dari hanya meraba di luar celana dalam, akhirnya suatu ketika aku mendapatkan kesempatan untuk menyusupkan jari-jariku ke dalam celana dalamnya.

Nari agak terkejut saat itu, walaupun dia berada pada kondisi rangsangan birahi yang tinggi dan aku dapat merasakannya.
"Jangan Tong..!" tapi hanya itu saja yang dikatakannya, tubuhnya malah semakin menunjukkan reaksi positif atas perlakuan tanganku itu.
Aku berpikir, maksud kata 'jangan' tadi itu adalah jangan diteruskan atau jangan berhenti. Aku pun hanya berpikir positif saja, ah.. pasti artinya jangan berhenti..! (he.. he.. mau enaknya saja..!)

Benar juga, saat kususupkan tanganku ke dalam celana dalamnya dari arah atas (posisi dia sekarang tidur di atas pangkuanku dengan kepalanya di pahaku), suara desahannya semakin merdu saja rasanya di telingaku. Semakin turun jari-jariku dapat merasakan lembutnya rambut-rambut yang ternyata cukup lebat tumbuh di sekitar memeknya. Kugosok-gosok rambut itu. Aku memang sering sekali membayangkan betapa nikmatnya membelai rambut memek.

Tubuh Nari semakin meliuk-liuk. Kemudian kugesek-gesek lembut labia mayoranya, dari atas ke bawah, kemudian kembali ke atas, demikian seterusnya. Saat jariku sampai di bagian bawah memeknya, aku dapat merasakan betapa sangat basahnya, rupanya dia telah banyak mengeluarkan cairan gairahnya. Mungkin karena gairahnya sudah sangat tinggi, Nari langsung membimbing tanganku untuk menyentuh dan menggesek-gesek itilnya.

Benar, setelah itilnya tersentuh dan kugesek, kembali terdengar nyanyian merdu erangan-erangan nikmat dari gairahnya yang semakin memuncak. Kata-kata yang mengiringinya pun juga semakin membuat kontolku semakin menegang, walaupun agak sakit karena terjepit celana dan ditindih oleh kepala Nari yang berbaring di atas pahaku.






"Terus Tong..! Terus.., terus.., terus..! Yak.., lebih cepat lagi.. terus.. terus..! Aduh aku mau nyampek..! Oogghh..!" teriakan yang kutunggu-tunggu itu akhirnya datang juga.
Tubuhnya kembali melengkung, matanya terpejam dan kedua tanggannya mencengkeram erat tanganku yang masih 'menginap' di memeknya. Memek yang telah basah itu kini semakin basah dengan datangnya gelombang orgasme yang menimpanya.

Cengkeraman tangannya semakin melemah, tapi nafasnya masih naik turun dengan tempo yang masih cepat. Matanya masih terpejam. Tanganku masih membelai lembut rambut memeknya kesukaanku. Aku yakin dia sangat menikmati orgasmenya. Setelah nafasnya kembali teratur kutarik keluar tanganku dan kulap tanganku yang basah oleh cairan memeknya dengan tissue yang ada di mobilku. Sambil terus menyetir, kubelai lembut rambut lurusnya yang sebahu itu.

"Kamu jahat Tong..!" tiba-tiba saja dia berkata sambil merengut.
"Jahat apa..?" tanyaku balik.
"Tadi kan sudah kubilang jangan, tapi kenapa kamu terusin tanganmu masuk ke celanaku..?"
Aku tersenyum mendengarnya, "Habisnya.., mulutmu yang atas bilang jangan, tapi mulutmu yang bawah bilang terus. Ya aku nurut saja sama yang lebih kupercaya."
"Eh.. ngomong-ngomong enak mana rasanya yang tadi dengan yang biasanya..?" nekat saja kubertanya.
Dia diam saja sambil memainkan jari-jarinya, kemudian melirik ke arahku, tersenyum nyengir sambil berkata, "Yah lebih enak yang barusan sih, lebih menyentuh di hati, hi.. hi.. hi.."
Langsung saja kupencet hidungnya yang mungil itu. Dasar anak nakal pikirku..!

Apa yang kami lakukan di hari-hari berikutnya adalah melakukan hal tersebut di atas. Kami seperti dua anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Kami tidak bosan-bosannya memainkan. Memang sampai dengan saat ini hanya dia saja yang merasakan orgasmenya, sedangkan aku harus menahan semua gairahku yang akhirnya harus kusalurkan dengan onani sepulang Nari dari rumahku.

Aku memang tidak meminta Nari melakukannya untukku. Bagiku, aku sudah cukup puas dengan melihat dan mendengarnya mencapai kenikmatan duniawinya, rasanya itu kenikmatan yang hanya dapat dirasakan oleh batinku. Dan sampai sekarang ini pula Nari juga belum berinisiatif untuk memuaskanku (karena memang biasanya dia yang berinisiatif duluan, aku lebih pemalu untuk hal ini), apa mungkin dia malu juga ya..? Ah.., nggak tahu lah..!

Sore itu masih jam 3 sore. Saat aku baru membuka rolling door tokoku, Starlet merah dengan nomor polisi N 4 RI (bukan sebenarnya, hanya menggambarkan mobil milik Nari) berhenti di depanku.
"Lho kenapa kamu Nari..? Ini kan belum waktunya pulang kantor..?" tanyaku.
"Aku minta ijin pulang duluan Tong, kepalaku agak pusing. Tapi aku malas pulang ke rumah. Aku tidur di rumahmu aja ya Tong..?"
"Ya, baiklah."

Kubukakan pintu mobilnya dan kupapah dia ke dalam kamarku. Untung saja aku barusan bersih-bersih rumah, kalau tidak bisa kena damprat aku. Nari memang orangnya tidak suka dengan rumah yang berantakan. Jadi, sejak pacaran dengan Nari aku jadi sering beres-beres rumah.

Kubaringkan dia di tempat tidurku dan dengan lembut kulepas sepatunya, kuletakkan tas kerjanya di atas mejaku, kulepaskan blazernya dan kugantungkan di gantungan baju.
"Minum obat ya Sayang..?"
"Nggak usah Tong, aku hanya pingin tidur, nanti kalo bangun pasti udah baikan."
"Ya sudah, sekarang tidur ya..! Jangan sakit ya Sayang..,"
Kubelai rambutnya, kemudian kukecup keningnya. Tidak lupa kututupi tubuhnya dengan selimut, kemudian kutinggal dia keluar kamar.

Sampai di pintu kamar, aku melihatnya, matanya terpejam, tangannya ditekuk ke atas dan punggung jarinya ditempelkan pada pipinya. Bibirnya agak tersungging seperti sedikit tersenyum. Itulah yang kusukai darinya. Walaupun saat tidur, ia masih kelihatan cantik.

Cepat-cepat aku keluar rumah untuk menutup tokoku lagi, mengeluarkan mobilku dari garasi dan memasukkan mobil Nari ke dalam garasi. Sekali lagi untuk kamuflase..!

Kubuka lemari pendinginku, untung masih tersedia beberapa sayuran, telur dan sosis. Aku akan memasak masakan yang sampai saat ini aku tidak tahu namanya, karena masakan itu kesannya kucampur saja sayuran dan bahan lain seadanya, kemudian aku bumbui seadanya juga. Tapi yang penting rasanya tidak kalah dengan hasil masakan rumah makan. Tidak lupa pula kupetikkan setangkai bunga mawar merah dari halaman belakang rumahku. Aku memang telah menanamnya sejak aku mulai pacaran dengan Nari, hitung-hitung untuk penghematan, daripada harus beli setiap mau ngasih dia bunga, mendingan metik saja langsung dari halaman rumah, ya nggak..?

Kutaruh mawar itu pada vas bunga dari bahan gelas dan kuletakkan di atas meja, kemudian kusiapkan lilin di sampingnya. Wah, aku sendiri heran pada diriku, kok sekarang aku jadi romantis sekali ya..? Padahal dulu aku tidak pernah bisa melakukan hal seperti ini.

Sambil menunggu Nari bangun, kunyalakan TV-ku. Dari ruang tengah tempat aku menonton TV dapat kulihat Nari yang masih tidur di kamarku yang pintunya sengaja kubuka. Eh, rupanya dia menggeliat dan kemudian membuka matanya. Langsung saja kumatikan TV-ku dan kuhampiri dia. Jam di kamarku sudah menunjukkan pukul 5 sore.

"Bagaimana Sayang tidurnya..? Enak..? Sudah nggak pusing lagi..?" langsung tiga pertanyaan terlontar dari mulutku sambil kubelai rambutnya dan tidak lupa kukecup keningnya.
Dia hanya mengangguk, kemudian dia rangkulkan kedua tangannya di leherku dan dia kecup bibirku sebentar.
Dia langsung bangun, "Lapaar.." begitu katanya.
Eh, ternyata aroma masakanku tercium olehnya yang sedang mimpi dan sekarang membuatnya lapar saat terbangun.

"Aku memang sudah masak untuk kamu. Yuk kita makan sekarang, tapi cuci muka dan cuci tangan dulu ya anak cantik."
Langsung saja kugendong tubuhnya, sementara dia bergelayut manja dalam gendonganku. Saat melewati meja makan menuju ke kamar mandi, aku berhenti sejenak untuk memperlihatkan kepadanya apa saja yang telah kupersiapkan di atas meja makan.
"Oh cantiknya.. Terima kasih ya Tong."
Kembali dia cium aku, kali ini kedua pipiku. Aku pun membalasnya dengan mencium kedua pipinya pula.

Dia terus kugendong menuju kamar mandi yang terletak dekat dapur rumahku. Kuturunkan dia di depan pintunya.
"Ayo Tuan Putri, cepat cuci muka, cuci tangan, dan cuci kaki, setelah itu Tuan Putri hamba persilakan menikmati hidangan yang telah hamba sediakan. Aku membungkuk bak seorang abdi kepada putri raja."
Dia hanya tersenyum dan kembali pipiku diciumnya. Gila pikirku, hari ini ciumannya diobral nich..!

Aku kembali ke meja makan untuk membuka tutup saji dan sedikit menata kembali piring dan gelas yang sebenarnya telah kupersiapkan sejak tadi. Tidak lama kemudian dia muncul dengan wajah yang lebih bersih dan segar. Kunyalakan lilinnya, kutarik satu kursi makan dan kupersilakan Nari duduk di atasnya. Kemudian aku duduk di sebelahnya. Kali ini kulayani dia, kuambilkan nasi, lauk dan sayurnya serta menuangkan air putih di gelasnya. Kuletakkan di hadapannya dan kulanjutkan dengan mengambil jatahku sendiri.

"Yuk makan Nar..!" ajakku.
Eh dia cium pipiku lagi, "Terima kasih ya Tong, I love you."
Kubalas juga dengan mencium pipinya, "I do love you." jawabku.

Bersambung ke bagian 03

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.