Cerita Dewasa:
Nikmatnya Selingkuh
Hubunganku dengan Yayan, cewek gampangan itu berada di titik perhentian. Masalahnya, setelah jadian denganku ia masih tetap gampangan, terutama kalau lagi bercanda sama cowok-cowok lain. Dan bahkan, kudengar rumor dari teman dekatnya sekaligus teman curhatku, Ranti, bahwa ia selingkuh dan pernah ML sama cowok lain. Awalnya aku tidak percaya. Tetapi, setelah Ranti cerita dengan segala sumpah, aku langsung berbalik mempercayainya. Di depanku Yayan tuh yang sok-sok baik dan merasa tidak ada apa-apa. Kupikir, biarkan sajalah, kutahan saja niatku untuk membalasnya untuk beberapa waktu lagi.
Di samping itu, hubunganku dengan Ranti malah tambah dekat. Aku sering jalan bareng, curhat, dan lain-lain. Sekitar beberapa lama aku jadi dengan Yayan memang aku agak menaruh perhatian terhadap Ranti. Wajahnya memang lebih cantik dan anggun dibanding si cewek gampangan itu. Nada dan intonasi bicaranya lembut. Meski pinggulnya nampak agak besar, terimbangi oleh bentuk pantatnya yang bahenol dan kencang. Awalnya, pikiranku belum tertuju untuk selingkuh dengannya atau lebih mendekatinya karena aku takut dia hanya menganggapku sebagai teman. Tapi Ranti sering menasehatiku untuk segera menindak tegas Yayan supaya dia tidak seenaknya. Setelah beberapa kali sering jalan, makan, dan merasa lebih dekat dengan Ranti, aku mulai berpikir masa bodoh. Aku tidak mempedulikan bagaimana reaksinya nanti.
Mulai saja hari-hari kemudian kujalankan niat balas dendamku itu. Setiap kali pulang kuliah, kuajak Ranti untuk pulang bareng (karena memang rumahku hampir dekat dan searah dengan Ranti). Nada ajakanku ke Ranti kupertegas dan bernada menyindir, "Ran, gue anter yuk.. daripada loe pulang sendirian." Mungkin kalau di Microsoft Word itu memakai underline, bold dan berwarna merah. Selalu sepintas kulihat wajah Yayan seperti bingung dan salah tingkah. Belakangan, saat makan bareng Ranti, kudengar dari Ranti kalau Yayan sepertinya mulai mengetahui kalau aku tuh tahu dia selingkuh. Langsung saja aku tertawa sepuasnya. "Hahaha.. biar tau deh gimana rasanya diselingkuhin," Ranti hanya tersenyum dengan ciri khas lembutnya itu. Sejenak pandangan kami bertemu. Hehe.. aku mulai merasa ada rasa dari Ranti juga nih. Memang asyik rasanya membalas dendam. Pernah waktu aku jalan bareng Ranti, Yayan menelepon HP-ku dan kubilang saja dengan nada jutex, "Oohh.. lagi nganterin Ranti nih, tau tiba-tiba ngajakin aja." Haha.. puas rasanya. Mungkin saja dia cuma formalitas menelepon sedangkan di sebelah dia menelepon adalah cowok selingkuhannya.
Sekitar beberapa hari kemudian, pas malam Minggu ada acara ultah teman. Saat bubaran mau pulang, Yayan nampak bingung, salting (salah tingkah), takut, ragu-ragu, (dan sebagainya) untuk memintaku mengantar dia pulang. Sejenak kupikir-pikir alasan yang tepat, nyindir dan tajam untuk dijawab. Kujawab saja, "Mmm.. loe pulang sama si Hendra deh, atau si Leni.. kan searah tuh. Gue mau nganterin Ranti nih, kasian dia nggak ada yang searah lagi selain sama gue." Setan di dalam tubuhku sepertinya menari kegirangan. Yayan hanya menjawab, "Ooohh.. ya.. udah deh.. nggak apa-apa.." dan memasang muka "salting" kembali. Langsung saja kuajak Ranti pulang di depan Yayan supaya dia dengar, "Ran.. yuk.. daripada kemaleman!" Akhirnya kuantar dia pulang. Saat itu, aku bermaksud untuk "nembak" Ranti, cuma aku masih sedikit ragu. Sudah sampai rumahnya pun aku masih belum ngomong hal itu. Tapi, sebelum turun ada suatu kejadian. Setelah aku bilang "Ran, ati-ati yah besok pagi gue telfon." Ranti berkata, "Oh.. iya, thanks ya, Di.." Setelah kata "Di" itu, Ranti mencium mesra pipi kiriku. Jantungku langsung berdegup cepat. Suhu badanku langsung naik. Dan, yang paling penting adalah rasa takut dan ragu-raguku tadi sudah hilang tak berbekas sedikitpun. Kupanggil dia, "Ehh.. Ran.." sambil kutarik lengan kanannya, dan kucium bibir manisnya itu.
Untuk kedua kalinya aku berhasil membuat wanita tidak berdaya dengan ciuman dan pelukanku. Tubuh Ranti lemas dalam pelukanku. Tak beberapa lama setelah adegan main lidah, Ranti berkata dengan sedikit ngos-ngosan, "Di.. hh.. hh.. ke dalem dulu yuk!" Betapa kebetulan sekali rumah Ranti hanya ada pembantunya saja. Orang tuanya sedang ke luar kota, dan kakaknya sedang menginap di puncak. Setelah mengunci pintu kamar dengan terburu-buru, Ranti langsung memelukku lagi dan menabrakkan tubuhku ke tembok kamarnya. Anehnya, punggungku tidak sakit sedikitpun (^_^). Awalnya aku merasakan atmosfir sexual yang cepat. Namun, tak beberapa lama temponya agak menurun. Kemudian, dengan perlahan-lahan, kurebahkan tubuh Ranti di ranjangnya. Kuteruskan ciuman sambil membuka kancing kemejanya. Ia pun tidak mau kalah. Kaos Polo Shirt-ku dibukanya juga. Begitupun dengan celana panjangku ia pelorotkan sehingga batang kontolku yang ereksi itu sesekali menggesek celananya.
Begitu kulihat tubuhnya, wuihh.. ternyata lebih bagus, lebih berbentuk, berisi daripada Yayan. Kubuka branya, kubuang lalu kulumat-lumat boba buah dadanya itu. Ranti nampak lebih ngos-ngosan. Desahannya juga banyak ia keluarkan. "Hhghh.. Di.. eughh.. Di.." Sambil tidak memperdulikan jambakannya, kupelorotkan celananya serta CD-nya. Belahan lubang memeknya kuelus dengan jari tengahku. Saat kulakukan itu, Ranti mencengkeram punggungku dengan jari-jarinya yang berkuku agak panjang sehingga aku sedikit merintih, "Ughh.." teriaknya, "Eldii.. aahh.." mengiringi cengkeramannya. Tak sabar dan tak tahan lagi, segera kutusukkan "menara pencakar langitku" ke memeknya. Dan ternyata, untuk kedua kalinya lagi aku menembus selaput perawan. Teriakan Ranti kembali kudengar, tapi kali ini lebih keras. "Eldii.. Eldii.. aahh.. ehh.. ghh.." Kulihat di matanya yang sedang terpejam, ada sedikit air mata menetes. Dari situ, aku tahu kalau Ranti menahan sakit yang sangat sakit. Oleh karena itu, aku menurunkan tempo maju-mundurku lebih pelan. Lagipula pasti ejakulasiku tidak akan lama.
Setelah beberapa lama, Ranti mulai terbiasa. Dia sesekali mencium dan melumat bibirku. Kemudian, kuambil kontol kencangku itu, dan posisi kuganti jadi doggy style namun bukan melalui anal. Sambil terus kugoyang badanku, kupegangi pinggul Ranti yang kubilang besar itu. Tidak salah deskripsiku. Bagian tubuhnya memang lebih berisi, sekel, kenceng, dan sebagainya. Batinku berkata, "Hahah, nggak percuma nih gue selingkuh.." Dalam posisi ini tidak begitu lama. Tapi, antara sengaja dan tidak sengaja, kukeluarkan air mani derasku di dalam liang Ranti. Berbarengan dengan rintihanku, "Egghh.." Ranti juga merintih, "Aghh.. aahh.. Uhh.." Aku tak tahu apakah Ranti akan hamil atau tidak. Bodo amat, pikirku. Mau dikawinin juga ayo-ayo aja (^_^). Lalu kupeluk erat tubuh sekel Ranti. Tak tahunya, ia membisikkanku dengan lirih, "Di.. ehh.. hh.. sakiitt.." Lalu kuelus rambut ikalnya sambil terus kupeluk erat. Sekilas di ranjangnya, ada bercak darah. Begitu juga di beberapa bagian dan ujung kontolku.
Beberapa saat setelah "nyawa" telah terkumpul kembali, jadi pengen iseng nelepon ke rumah Yayan. Aku kompakan dengan Ranti untuk ngerjain Yayan. Begitu diangkat, ternyata pas si Yayan yang ngangkat. Yayan duluan yang bertanya, "Di?! Dimana loe?" Langsung saja kujawab, "Lagi di rumah Ranti, gue lagi di kamarnya nih nemenin, kasian dia sendirian, cuma sama pembokat doang. Mungkin gue nginep kali?!" Dia kembali salting dan berbicara terbata-bata, "Ee.. ee.. di kamar? Ngapain??" Kubalas jawab lagi, "Gimana sih loe.. tau lah kalo udah di kamar lagi ngapain??" Kututup saja teleponnya dan kucium lagi bibir indah Ranti. Setelah Ranti melakukan blowjob, akhirnya aku jadi nginep di rumahnya, tidur seranjang bersama cewek untuk pertama kali.
TAMAT
Sangat cocok dan bagus