Cerita Dewasa:
Surti dan Tejo 01
Indra namaku, aku adalah anak tunggal dari sebuah keluarga yang cukup terpandang. Aku dapat dibilang cukup ganteng, bentuk tubuhku juga cukup atletis karena sering latihan fitness tiap minggu, sehingga banyak cewek-cewek yang suka padaku. Soal berhubungan seks, aku sudah beberapa kali melakukannya dengan pacarku yang sekarang sedang kuliah di luar negri. Di rumahku ada lima orang pembantu, satu orang satpam, tiga orang pengurus rumah dan satu orang tukang masak. Salah seorang pembantuku ada yang harus berhenti karena sudah tua, dan dia digantikan oleh kedua anaknya yang bernama Surti dan Tejo. Surti seorang gadis yang berumur kurang lebih 16 tahun, anaknya manis dan walaupun dia orang kampung tapi bentuk tubuhnya tidak kalah dengan cewek-cewek di kota. Dan Tejo kakaknya, umurnya kurang lebih 18 tahun, berbadan cukup bagus karena mungkin biasa bekerja di sawah.
Karena sedikit kesepian, aku sering menggoda Surti dan kukira dia suka padaku. Aku ingin sekali tidur dan bercinta dengannya, tapi kakaknya Tejo sering memarahinya jika aku sudah mulai menggodanya. Dan belakangan ini Surti mulai sedikit menjauh dariku, pasti karena Tejo yang selalu memarahinya, hal ini sering membuatku kesal dan marah, sehingga timbul niatku untuk mengerjai Surti dan Tejo. Salah satu rencanaku adalah akan mempermainkan Surti di depan Tejo, dan ingin kulihat apa yang akan dilakukan Tejo padaku.
Saat rencanaku sudah matang, aku meminta ijin ke orang tuaku untuk liburan ke villa di Lembang, dan aku minta ditemani oleh Surti dan Tejo. Alasanku adalah untuk menemaniku dan sekalian membantu membereskan villa yang sudah cukup lama tidak dikunjungi, walaupun di sana ada yang mengurusnya. Akhirnya kami bertiga pergi kesana, walaupun aku tahu kalau Tejo tidak suka tapi bisa apa dia. Sesampainya di villa, kusuruh Mang Ujang penjaga villa tersebut untuk pulang dan tidak perlu datang selama seminggu, soalnya aku tidak terlalu membutuhkannya dan selain itu agar tidak ada yang mengganggu rencanaku. Aku suka villa ini karena tempatnya cukup terpencil dan suasananya cukup tenang, suasana seperti inilah yang kubutuhkan untuk menjalankan rencanaku.
Setelah istirahat beberapa saat, aku minta bantuan Tejo untuk membersihkan ruangan dan kamar tidur, dan Surti kusuruh untuk memasak. Kubantu Tejo membersihkan ruangan sambil memilih tempat operasi. Karena kamar tidur tidak ada yang memenuhi syarat, akhirnya kuputuskan untuk melakukannya di ruang atas, karena di sana ada pilar yang memang kubutuhkan untuk mengikat Tejo agar dapat menontonku dan Surti bermain cinta. Setelah semua beres, kami semua langsung tidur karena kelelahan setelah perjalanan dari Jakarta tadi.
Keesokan harinya aku langsung belanja, mempersiapkan alat-alat yang kubutuhkan untuk operasi nanti malam. Sampai di villa, hari sudah cukup sore dan kulihat Surti dan Tejo sedang menonton TV. Tanpa basa-basi kuberikan pizza yang sudah kububuhi obat tidur sedikit agar mereka pingsannya tidak kelamaan dan mereka kutinggal mandi. Setelah itu aku ikut menonton TV bersama mereka.
Setelah beberapa waktu, mereka mulai terkena pengaruh obat tidur itu dan aku pun mulai bekerja. Aku mulai menyiapkan sofa dan tali, kemudian kumulai mengikat Tejo di pilar dengan posisi berdiri dan Surti kuikat di sofa dengan posisi telentang. Kuplester mulut mereka berdua dengan lakban agar tidak terlalu gaduh. Setengah jam kemudian mereka mulai sadar, Surti dan terutama Tejo mulai berontak berusaha melepaskan diri dan mengeluarkan suara yang tidak jelas karena mulutnya tertutup lakban, pastinya mereka berdua mencaci-makiku habis-habisan.
"Bisa apa lu Tejo, sekarang bakal gue kerjain adiklu, gue udah nggak sabar pengen nyicipin tubuhnya yang bahenol itu, nah sekarang lu nonton aja ya, ntar kalo lu mau, lu bakal dapat jatah deh.." kataku pada Tejo.
Aku mulai menggerayangi dan menelanjangi Surti. Aku tidak mengalami kesulitan membuka bajunya karena aku menggunakan pisau belati, dan sekarang aku menyisakan BH dan CD-nya. Tapi kemudian aku mendapat ide untuk menelanjangi Tejo sekalian, dan kutelanjangi dia. Wah bentuk tubuhnya juga atletis dan batang kejantanannya juga lumayan, hanya berbeda sedikit dengan punyaku. Mereka berdua masih tetap berontak, tapi kudiamkan saja, lagipula mereka masih terikat kuat dan tidak mudah buat melepaskan talinya.
"Surti, lu bakal gue ajak ke surga, pokoknya sekali lu coba pasti ntar bakal ketagihan. Dan lu Tejo, liatin gimana caranya biar lu ntar juga bisa, Oke..?"
Aku mulai membuka BH dan CD-nya, toketnya yang cukup besar dan kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu semakin membuatku terangsang. Surti hanya dapat berontak dan menangis, dan Tejo kutahu kalau dia marah dan mengumpat padaku. Kuraba tubuh Surti, kucium pipinya, kemudian turun ke leher dan saat sampai ke toketnya, kugigit perlahan-lahan putingnya dan kadang kusedot putingnya. Surti mulai tidak berontak, bahkan mulai mendesah-desah, sepertinya dia mulai dibakar oleh nafsunya, dan putingnya mulai mengeras.
Aku turun ke perutnya dan pusarnya kugigit perlahan, kemudian kuturun ke liang senggamanya. Kulihat bibir kemaluannya mulai basah. Kujilati kemaluannya yang memang tidak seharum milik pacarku, tapi biarlah, kan fungsinya juga sama. Saat kujilati bibir kewanitaannya dan terutama itilnya, Surti menggelinjang, membuatku semakin bersemangat. Aku terus menjilati bibir kemaluannya sampai beberapa saat kemudian Surti mulai menegang dan melenguh. Pantatnya diangkat, dan dari liang senggamanya mengeluarkan cairan yang cukup banyak yang terus kujilati sampai bersih. Aku melirik ke arah Tejo, dan kulihat ternyata batang kejantanannya sekarang mulai menegang.
"Eh lu juga pengen ya, mau lu tapi ntar gantian gue dulu ya, baru ntar lu..!" kataku pada Tejo yang tidak dapat membalas perkataanku.
Aku mulai membuka baju dan celanaku, dan sekarang sama seperti mereka, aku mulai telanjang dan batang kejantananku yang sudah tegang dari tadi tampak begitu gagah.
"Tejo punya gue lebih gede dari lu, bandingin nih..! Bagus kan..?"
Tejo hanya dapat menelan ludah waktu kupegang batangnya dan bergesekan dengan batang kejantananku saat aku membandingkannya dengan batang kejantananku. Kemudian aku mulai mendekati Surti. Dia mulai berontak lagi, tapi seperti tadi, kujilati dan kuhisap puting toketnya sambil jariku menyusup ke dalam liang kewanitaannya yang mulai banjir.
Kemudian kugosokkan batang kejantananku di liang senggamanya dan kumasukkan kepala kejantananku di permukaan kemaluannya. Kumasukkan rudalku di sarangnya, tapi hanya sebatas kepalanya saja, agar Surti merasa kegelian. Surti mendesah dan mengerang, pantatnya juga mulai naik dan bergerak-gerak kesana-kemari, sepertinya dia ingin batang kemaluanku segera menembus liang kewanitaannya. Kutekan perlahan-lahan batangku, rasanya sempit, dan Surti sepertinya juga sedikit kesakitan.
"Tahan ya sayang.., ntar kalo udah masuk semua pasti lebih enak dari yang tadi."
Kemudian dengan sekali sentakan, batang kejantananku masuk seluruhnya dan Surti melenguh. Kepalanya mendongkak ke atas seolah menahan sakit. Kubiarkan batang kemaluanku beberapa saat di dalam. Setelah kurasakan liang rahimnya mulai memijat dan Surti sedikit lebih tenang, kumulai memompa batang kejantananku, memaju-mundurkan pantatku perlahan-lahan dan kadang kusentakkan kuat-kuat. Sesekali kupercepat tempo sodokanku. Surti juga mulai mengimbangi gerakanku, pantat dan pinggulnya ikut bergerak seiring dengan gerakanku. Sambil terus memompa, kuciumi leher dan kadang kuhisap puting toketnya.
Surti mulai bergerak tidak beraturan, sedikit liar, pantatnya ikut naik turun mengimbangi gerakanku yang semakin cepat, nafasnya mulai tidak teratur. Beberapa saat kemudian tubuhnya menegang lagi, pantatnya diangkatnya dan kurasakan batang kejantananku seperti dipijat dan disedot oleh kemaluannya lebih kuat lagi. Hal ini membuatku semakin tidak dapat menahan ledakan pada batang kejantananku, kupercepat memompa rudalku. Saat kurasakan hampir keluar, kutekan senjataku dalam-dalam dan kutekan dadaku di toketnya yang empuk.
Kemudian, "Crot.. crot.. crot.." kurasakan rudalku meledak dan menyemburkan maniku di dalam liang kewanitaannya.
Setelah beberapa saat, aku duduk di lantai dan mulai mengatur nafasku. Kulihat wajah Surti masih terengah-engah menikmati kenikmatan yang kuberikan, kemudian Surti mulai menangis karena sadar akan apa yang telah kuperbuat kepadanya.
Setelah aku sedikit tenang, kudekati Tejo yang kelihatan sangat marah padaku.
"Lu mau apa, marah..? Kenapa harus marah..? Lu nggak liat adeklu juga senang kok, harusnya lu makasih ke gue karena gue udah nyenengin adeklu..!"
Kemudian aku duduk di sofa sebelah Surti, tapi waktu kulihat batang kemaluan Tejo yang tegang dan sekarang mulai mengendur, aku jadi terangsang lagi. Sehingga timbul keinginanku untuk mencoba melakukannya dengan sesama laki-laki, aku penasaran seperti apa rasanya.
Kudekati Tejo dan dia hanya melotot melihatku. Kuremas dan kemudian kucium dadanya yang bidang dan kugigit putingnya. Tejo sedikit terkejut dan marah, tapi lama-lama dia mulai mendesah walau sebelumnya sempat berontak.
"Lu suka ya..? Enak kan..? Makanya diem nih, sekarang gua kasih yang lebih enak,"
Aku turun ke burungnya yang sekarang tampak lebih kokoh. Kujilati kepala batang kejantanannya, Tejo menggelinjang dan mulai mengerang, aku hanya tertawa melihatnya.
"Enak kan..? Gue bilang juga apa..?"
Kemudian kumulai menghisap kontolnya dan kadang bolanya. Tejo mulai menikmatinya, pantatnya ikut bergerak-gerak. Sambil kupegang batangnya, kujilati lubang kontolnya, dia semakin menggelinjang dan desahannya juga mulai memburu. Tanganku asyik mengocok batang kontolnya sambil kuhisap kepala kontolnya, rasanya tidak kalah asyik dengan menghisap memek.
Aku terus menghisap kepala batang kejantanannya, pantat Tejo juga mulai maju mundur semakin cepat, kadang dia melihat ke arahku yang sedang menghisap kontolnya dan kadang dia melihat ke langit-langit menikmati hisapanku. Setelah beberapa saat nafasnya semakin memburu, dan kurasakan kepala kontolnya sedikit mengembang, terus kuhisap dan kupercepat temponya. Beberapa saat kemudian kurasakan ada cairan hangat menyembur di dalam mulutku, sangat banyak sehingga sebagian meleleh keluar dari mulutku.
Aku tidak menelannya, tapi kulumurkan ke batang kemaluan Tejo dan kujilati lagi sampai bersih. Batang kejantanannya kelihatan mengkilat oleh ludah dan maninya. Perlahan-lahan aku bergerak ke belakang tubuh Tejo dan kupeluk dia dari belakang. Kumasukkan rudalku ke dalam anusnya yang rasanya sempit sekali, lebih sempit dari lubang kewanitaannya Surti, dan Tejo pun kelihatanya sangat kesakitan.
"Gila.. pantat lu sempit kali, kontolku sampai sakit. Ntar dulu ya, gue ambil madu dulu..!"
Aku pun kemudian berhenti karena batang kejantananku juga ikut merasa sakit, kemudian kuambil madu dan kuoleskan ke batang kejantananku dan bibir anus Tejo dan batangnya Tejo juga kuolesi dan mulai ikutan tegang saat kuolesi. Kumasukkan batang kejantananku lagi, kali ini lebih mudah dari yang tadi. Dengan tekanan sekuat tenaga, batang keperkasaanku masuk semuanya. Tejo melenguh menahan sakit, tapi aku tidak peduli. Aku mulai memompa kontolku maju mundur dengan tempo yang sedikit cepat dan kasar. Tanganku juga ikut bekerja memompa batang kemaluan Tejo yang sudah tegang setelah kuolesi dengan madu, dan tanganku yang lain meremas-remas dadanya. Tejo mulai menikmati sodokan demi sodokan yang kuberikan. Pantatnya bergerak sesuai tekanan yang kuberikan.
Setelah beberapa waktu, kurasakan kontolku akan meledak lagi. Kupercepat gerakanku dan kutekan ke dalam lubang anusnya sedalam-dalamnya, sehingga pantatnya sedikit ikut terangkat naik.
"Akhh Tejo.., gue keluar, aouhh.. Crot.. crot.. crot.." maniku menyembur di pantatnya dan tanganku meremas kuat-kuat batang kemaluan serta dada Tejo.
Kemudian aku melanjutkan mengocok batangnya Tejo dengan tempo cepat dan remasan yang kuat. Selang beberapa menit badan Tejo mulai tegang dan melenguh, kemudian kontolnya menyemburkan mani. Kami sama-sama melenguh menahan nikmat yang luar biasa, Tejo melenguh karena kocokanku, dan aku merasakan pijatan di dalam pantatnya yang bertambah kuat. Setelah beberapa saat, kucabut batang kejantananku dari pantat Tejo, dan kulihat pantatnya sedikit berdenyut-denyut setelah semua kontolku tercabut.
Bersambung ke bagian 02