Cerita Dewasa:
Memori SMA - 1
Waktu saya masih sekolah di SMAN Tambun, saya punya sedikit cerita tentang kisah cinta saya, dan kisah itu tidak bakalan bisa saya lupain, karena dengan kejadian itu, saya bisa lebih mengenal, dan merasakan lagi yang namanya "WANITA".
Saya baru saja naik ke kelas 2, mungkin karena otak saya rada-rada encer, akhirnya saya bisa ngambil jurusan FISIKA, yang menurut sebagian temen saya, kalau udah ngambil jurusan itu, sama saja kita kehilangan sebagian kebebasan kita karena waktu kita akan lebih banyak tersita untuk pelajaran.
Hari pertama menjadi kelas 2, aku merasa tidak ada yang berbeda dengan hari sebelumnya. Cuma karena banyak anak anak baru (kelas 1), jadi aku punya sedikit hiburan untuk menggoda adik kelasku yang baru. Sehari dua hari, aku berusaha buat "JAIM" (jaga imej) didepan adik kelasku, karena akhirnya bukannya aku yang ngegodain mereka, tapi malah mereka yang terus menggodaku.
Aku berusaha untuk tidak mengacuhkan godaan mereka, karena jujur saja, walaupun mereka banyak yang cantik, tapi menurutku mereka terlalu agresif, yang bikin aku ngeri duluan. Masa paginya baru aku kasih no. telp, Sorenya dia udah telpon aku mau ngajak jalan. Biar tidak ngecewain hatinya, dan menolak niat baiknya, aku terima ajakannya itu, tapi dengan syarat, jalannya tidak malam minggu, karena kalau malam minggu, aku mempunyai kebiasaan berkumpul dengan teman-temanku yang sama-sama suka "nge-drugs".
Akhirnya adik kelasku itu, kita sebut saja namanya Galuh, mengajak aku jalan hari sabtu, setelah aku pulang sekolah. Namun karena dia masuk sekolah sore, dia bela-belain buat bolos dulu selama satu hari. Aku sih seneng saja, karena bukan waktu belajarku yang jadi korban, apalagi banyak temen-temenku yang tertarik sama si Ratih, jadi aku bisa bangga sedikit, karena bisa jalan bareng ama cewek yang lagi jadi rebutan.
Dengan menggunakan motor kesayanganku, aku dan Galuh pergi meninggalkan gerbang sekolah menuju suatu tempat yang aku sendiri belum tahu mau kemana sebenarnya kami. Karena Galuh masih menggunakan seragam sekolah, akhirnya kami tidak berani pergi jauh, dan Galuh menyarankan, untuk menuju kerumah tantenya saja didaerah Papan Mas. Setelah sampai ditujuan, Ratih langsung memencet bel, ditunggu beberapa lama, bukannya pintu yang terbuka, malah tetangga sebelah menghampiri Galuh.
"Ibunya sedang pergi keluar Mbak, katanya sih mau ke Bank. Tapi kalau mau menunggu, kuncinya ada sama saya, karena tadi Ibu bilang, ponakannya nanti akan main kesini (maksudnya si Galuh)". Sambil mengucapkan terima kasih, Galuh langsung membuka pintu dan mempersilahkan saya masuk. Ngga tahunya si Galuh sudah dikenal dilingkungan sini, karena dia sering main kesini.
Berhubung bukan di areal sekolah, aku menyuruhnya agar jangan memanggilku dengan panggilan Kakak, tapi panggil saja Fik. Dengan begitu aku harap bisa lebih mengakrabkan suasana. Sambil menyuguhkan air minum, Galuh menanyakan apakah aku sudah punya pacar. Dengan cengengesan, aku menjawab belum, karena cewe tidak ada yang mau punya pacar yang jarang punya duit.
Betul anggapan teman-temanku, setelah kuperhatikan dari dekat, ternyata Galuh memang benar-benar cantik. Mungkin dulu aku tidak begitu memperhatikan, karena aku sudah menilai negatif tentang dia (agresif). Dengan polosnya Galuh mengaku bahwa dia sangat tertarik padaku, dan memintaku untuk menjadi kekasihnya. Aku bingung, kok dia nekat banget baru sekali jalan ama aku, langsung mau ngajakin bokinan, jangan-jangan, dia cuma mau ngebuktiin keteman-temannya, kalau dia bisa ngedapetin aku.
"Galuh, kalau kita misalnya udah resmi bokinan, kira-kira apa untungnya buat saya?", tanyaku.
"Pokoknya apapun yang Fik minta, selagi Galuh masih mampu, Galuh akan memberikannya".
Mendengar jawabannya, akhirnya aku menjawab "gimana ntar saja yach, saya belum tahu semua tentang elo". Setelah ngobrol kesana kemari, Sekitar jam 4 sore aku mengajak dia pulang. Karena masih terlalu sore, Galuh belum berani pulang kerumah, takut ketahuan bolos katanya. Akhirnya aku hanya mengantarkannya ke terminal bekasi, tidak lupa pula aku minta alamatnya.
"Buat ntar malem (malem minggu) ngapelin lo", jawabku.
Sampai di rumah, aku langsung pergi mandi dan bersiap-siap untuk ngapelin si Galuh, sekitar jam18.30, aku langsung berangkat kedaerah V-room I (rumahnya Galuh). Ngga susah sih nyari alamatnya, karena banyak orang yang kenal sama dia, tapi aku ngeper juga, karena tidak tahunya dia tuch ternyata anak orang kaya. Dengan sopan-sopan anjing, aku mengatakan ingin bertemu dengan Galuh kepada ibunya yang membukakan pintu ketika aku memberi salam.
Alamak.. malam ini Galuh terlihat sangat cantik, hidungnya yang mancung, matanya yang lentik, dan bibirnya itu lho, merekah, memancing kita untuk segera menciumnya. Apalagi dia cuma memakai kaos yang agak ketat dan rok yang sedikit tinggi. Saya tidak nyangka kalau dia punya body, seksi banget, padahal kalau disekolah, dia pake seragamnya yang kedombrongan mulu, mungkin buat nutupin toketnya yang over size. Setelah minta izin, kami pergi menuju Ramayana-Robinson. Di tengah jalan, Galuh mengajakku untuk kerumah tantenya saja (yang siang tadi aku kunjungi), karena dia sudah janji sama ponakannya akan nginap disana. Sebagai cowo yang baik dan biar tidak disangka tukang maksa, guapun ngikutin kemauannya, karena saya punya prinsip "IKUTILAH KEMAUANNYA, NANTI KAU DAPAT KEMALUANNYA, HORMATILAH SEORANG WANITA, AGAR DIBERI KEHORMATANNYA".
Akhirnya, sampe juga kami di rumah tantenya Galuh. Setelah mengetuk pintu, keluar seorang ABG yang langsung memeluk Galuh. Ternyata dia adalah keponakannya Galuh yang bernama Tia.
"Tia, kenalin nih pacarnya Mbak, orangnya keren kan".
Ternyata Tia sudah mengenal diriku, karena gurunya dia adalah saudaraku.
"Mbak, ini kan malem minggu, Tia juga mau malem mingguan dulu yach, Mbak berdua saja dulu, soalnya Mama dari abis magrib pergi kondangan ke daerah Priuk".
Berduaan di rumah tantenya, tentu saja membuat saya senang, apalagi kita duduknya tidak dikursi, tapi duduk berhadapan dilantai, mungkin karena sama-sama pengen deket, dan biar lebih santai. Saya terus memperhatikan lekuk tubuhnya Galuh, bentuk kakinya pun bagus, karena dia adalah seorang Paskibra. Awalnya kami hanya saling tatap, tapi makin lama ditatap, saya makin tidak bisa membohongi diri saya sendiri bahwa guapun sangat tertarik padanya.
"Galuh, saya tidak tahu apa yang mesti saya omongin, karena saya ngerasa saya tuch tidak bisa romantis, tapi saya mau berusaha jujur ama elo, sebenernya guapun sangat menyukai elo, dan..".
Belum sempet saya ngelanjutin kata-kata saya, Galuh langsung mencium bibir saya. Cuma sebentar sih, tapi itu bikin saya jadi kayak orang tolol, bengong dan tidak bisa ngomong apa-apa.
"Ngga perlu diomongin lagi Fik, Galuh tahu semuanya tentang isi hati Fik, dari cara menatap Galuh, Galuh tahu kalau Fik juga suka sama Galuh".
"Galuh juga ngewajarin kalau awalnya Fik menganggap Galuh tuch cewek yang agresif, sebenernya Galuh malu, tapi semua itu Galuh lakuin karena Galuh ingin mendapat perhatian dari Fik. Fik boleh tanya sama temen-temen Galuh, gimana Galuh sebenarnya".
Mendengar pengakuannya yang terlihat sangat jujur, saya jadi merasa tersanjung. Dan dengan semua kejujurannya itu, membuat hati saya bertambah yakin cuma dia yang mungkin bisa mengerti saya. Tapi saya bingung juga, sebenernya dia udah tahu atau belum, kalau sebenernya aku adalah pemake (tukang nge-DRUGS).
"Galuh, apa lo tidak nyesel kalau lo punya pacar kaya saya? Apa lo udah tahu semua tentang sikap dan kelakuan saya? Apa tidak sebaiknya kita jalani yang ada saja dulu, nanti kalau lo udah bener-bener yakin, dan udah tahu semua tentang saya, baru kita pacaran".
"Fik, Galuh tidak mau terlalu lama memendam dan membohongi diri Galuh sendiri, karena hati Galuh yakin, semua yang ada di diri Fik, sangat membuat Galuh tertarik dan selalu ingin memilikinya".
Wah, bagus juga rayuannya, kata saya dalem hati.
"Ya udah, berarti malam ini kita resmi bokinan, kalo gitu, boleh dong kalau saya minta dicium sekali lagi?", kata saya sambil bercanda.
Ngga tahunya Galuh langsung memeluk saya, saya yang masih duduk dilantai, kaget juga dipeluk ngedadak kaya gitu, tubuh saya langsung terdorong kebelakang dan membuat diri saya telentang menahan berat badannya dia. Kayaknya dia bahagia banget malam ini. Lama juga dia memeluk saya, apalagi meluknya erat banget, walaupun agak berat, tapi saya kuat-kuatin saja, soalnya yang nindih saya adalah seorang cewek yang cantik, yang dengan memandangnya saja, pikiran kita bisa ngelonjor (ngelamun jorok) karena ke"BOHAY"annya itu.
"Galuh, saya kan minta dicium, bukan minta ditindihin begini, berat tahu..", kataku pura-pura marah.
Akhirnya dia melepaskan pelukannya dan membaringkan tubuhnya yang semula ada diatas tubuhku. Aku protes begitu sebenarnya bukan tidak kuat nahan berat badannya, tapi karena kemaluanku yang sudah mulai agak tegang, ikut tertindih dan sedikit menimbulkan rasa sakit, karena "junior"ku salah posisi.
Setelah sama-sama terbaring, Galuh bertanya.
"Fik, burung kamu bangun ya, kok tadi kayaknya ada yang ngeganjel di pahaku?".
"Sial.. ternyata dia tahu kalau tadi saya udah konak".
Untuk menutupi rasa malu, aku langsung bertanya, kenapa dia tidak mencium aku lagi.
"Sorry, soalnya tadi Galuh seneng banget, jadi saking senengnya, Galuh lupa tidak sempet nyium Fik. Gimana kalau sekarang, mau ngga?", tanyanya.
"Tapi yang lama ya..", jawabku.
Pelan-pelan wajahnya mendekati wajahku, tapi karena akunya tidak tahan ingin buru-buru menikmati bibirnya yang merah, aku langsung nyosor duluan.
Lembut sekali kurasakan ketika bibirku menyentuh bibirnya, kami saling melumat, menyedot, dan sesekali kami memainkan lidah kami di dalam mulutnya. Aku mulai menciumi pipi, leher, daun telinga, dan mulai bergerak kebawah. Namun karena Galuh masih mengenakan kaos, aku kembali melumat bibirnya. Lama juga adegan tersebut kami nikmati. Karena posisi kami sama sama berbaring, maka kami bisa melakukan yang lainnya dengan leluasa. Tanganku mulai bergerak menyusuri lekuk-lekuk tubuhnya, ku gerayangi semua lekuk tubuhnya dari mulai punggung, pinggang, dan akhirnya berhenti diantara 2 gundukan daging yang mulai terasa mengeras. Kuremas susu itu dengan lembut, dan tangan kananku mulai berusaha membuka kaos yang dia kenakan. Agak susah memang, tapi secara perlahan, aku berhasil membukanya, bukan hanya kaosnya, tetapi BH nya pun sudah terlepas. Aku sangat kagum melihat kemontokan susunya, mungkin ukurannya adalah 36B, karena aku tidak sempat lagi bertanya tentang ukuran yang sebenarnya. Karena Galuh orangnya putih bersih, maka warna bobanya sangat indah, merah kecoklatan. Langsung ku ciumi susunya, secara bergantian, kuremas, ku hisap, dan kujilati keduanya.
"Yaa.. hisap terus sayaangg.. aacchh.. ennaakk banget Fik.. geli.. tapi nickmaatt.. teeruuzzss.. aacchh..", Galuh terus meracau menikmatinya.
Karena merasa sikon nya tidak terlalu bagus, akhirnya aku ungkapkan ke Galuh, kalau aku tidak bisa membuat dia berlama-lama menikmati kenikmatan yang sedang ia rasakan, takut tiba-tiba tante atau keponakannya pulang, dan melihat apa yang sedang kita lakukan. Untungnya Galuh mau mengerti, dan dia langsung memakai kembali BH dan kaosnya. Tapi celakanya, ketika Galuh mengerti, kontolku malah tidak mau kompromi, "junior" ku ingin segera menikmati memeknya Galuh. Kuungkapkan yang aku rasakan ke Galuh, dan jawaban Galuh membuat aku kaget sekaligus gembira, karena dia merespons.
"Gimana kalau kita ngelakuin seks kilat saja, biar kamu tidak pusing. Tapi janji yach, habis ngelakuin, kita langsung pergi dari rumah tante, dan check in di hotel "Bekasi Indah", karena Galuh juga pengen dipuasin sama Fik, mau?"
Tanpa menjawab, aku langsung menaikan rok mininya dan cepat-cepat membuka CD nya. Galuh cuma tersenyum melihat aku tergesa-gesa. Ketika aku mulai membuka celanaku, dan mengeluarkan kontolku, tiba-tiba Galuh menurunkan kepalanya dan langsung menciumi kontolku. Lidahnya terus menjilati kepala kontolku. Mendapat rangsangan seperti itu, sebentar dijilat, sebentar dihisap.
"Galuh, kita ngentotnya di hotel saja dech, sekarang sepong saya saja dulu, soalnya sebentar lagi juga keluar". "Terus sayang.. bibirmu lembut banget sih.. yaa terus.. bener, jilatin yang di situ, di bagian bawah kepalanya.. teruuss.. hisap teruss.. yaa.. sebentar lagi sayang.. teruss.."
Seperti seorang pengemis, aku terus merintih dan mengerang menahan kenikmatan yang disuguhkan Galuh.
Galuh dengan lihainya terus memainkan lidah dan bibirnya dikontolku. Sambil sesekali tangannya mengocok kontolku yang sudah basah oleh ludahnya, satu tangannya yang lain ternyata sedang sibuk dimemeknya sendiri. Ternyata diapun merangsang dirinya dengan cara memainkan jemarinya yang lentik di dalam memeknya.
"Aachh..", akhirnya kontolku mengeluarkan spermanya di dalam mulut Galuh.
Tanpa rasa jijik, Galuh langsung menelan dan menjilati sperma yang masih belepotan di kontolku. Melihat "cara kerja" Galuh yang sangat bersih (karena semua spermaku yang tadi keluar sudah dibersihkan dan ditelan oleh Galuh), aku merasa sangat berterima kasih karena aku tidak usah repot-repot lagi ke kamar mandi untuk mencuci kontolku. Galuh langsung aku suruh telentang, dan merenggangkan kedua pahanya. Karena agak terganggu oleh roknya, aku lansung membuka roknya dan menciumi memeknya. Khas sekali harum memeknya Galuh, dengan dihiasi bulu-bulu yang masih agak jarang, bentuk memeknya yang agak menonjol dan tidak bergelambir seperti difim BF. Aku coba untuk menjilati bagian dalamnya, dengan kedua tanganku, aku lebarkan memeknya, dan jelas terlihat, warna memeknya semakin dalam semakin kemerah mudaan.
Aku terus menjilati memeknya, Galuh terus mendesah dan meracau tak karuan, memek itu telah membuat aku betah berlama-lama mencumbuinya. Aku terus menjilati, dan dengan jari telunjukku, aku coba merangsang dia dengan memainkan kelentitnya.Semakin aku percepat memainkan jari telunjukku, semakin cepat pula dia menggoyangkan pantatnya. Dengan desahan yang agak panjang, akhirnya Galuh menandakan kalau dia baru saja melewati sensasi yang sangat hebat. Sampai-sampai kepalaku seperti mau dibenamkan ke dalam lubang memeknya. Secara tidak sadar dia langsung menekan kepalaku, dan seluruh tubuhnya seperti menegang, tapi itu tak berlangsung lama, karena, dirinya langsung terdiam dan tergolek dengan lemas.
Setelah beristirahat sebentar, kami langsung rapi-rapi dan keluar dari rumah tantenya, sedangkan kunci pintunya dititipkan ketetangga samping rumahnya. Sekitar jam 21.00, kami sudah sampai di front office hotel BI, dan mengambil sebuah kamar dengan fasilitas TV dan AC.