kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru Hijab colmek PEMERSATUDOTFUN

Hijab colmek

Tidak ada voting
Hijab, colmek
Hijab colmek
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Hijab, colmek yang ada pada kategori JILBAB published pada 15 Desember 2022 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming Hijab colmek secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Kenari 03


Sambungan dari bagian 02

"Masakanmu enak sekali Tong. Rupanya baru aku tahu kalau kamu pinter sekali memasak. Kalo tahu dari dulu, buat apa kita sering-sering keluar untuk makan. Mendingan di rumah aja."
"Siapa dulu donk kokinya..?" ucapku memuji diri.
Dia langsung mencubit perutku dan aku pun langsung meliuk menghindarinya, walaupun asyik lho dicubit pacar, pasti nyubitnya nyubit sayang, ya nggak..?
"Aku mandi dulu ah, geli kupingku dengan orang besar kepala."
Dia kemudian berjalan menuju kamar mandi sambil mendongakkan wajahnya dan mengambil handuk dari jemuran yang ada di kamar mandi. Aku hanya tertawa geli melihat pacar cantikku itu pergi dengan wajah yang dibuat-buat itu.

Sementara dia mandi, aku membereskan meja makan. Kucuci piring dan gelas kotornya dan kutempatkan pada rak piring yang ada di dapur, kemudian aku kembali duduk di ruang tengah dan kulanjutkan menonton TV. Tidak lama kemudian dia keluar dari kamar mandi. Wajahnya segar, bau tubuhnya harum sabun mandi walaupun baju yang dia pakai sekarang adalah baju kerjanya yang dia buat tidur tadi. Aku memang belum terpikir untuk membelikan baju santai yang dapat dia pakai jika dia sewaktu-waktu ada di rumahku. Aku berjanji pada diriku sendiri akan membelikannya esok hari.

"Tong, pusingku sudah hilang, tapi badanku masih capek rasanya, kamu mau mijitin aku Tong..?" tiba-tiba saja dia berkata begitu setelah dekat denganku.
Wajahnya tidak secerah seperti saat makan tadi.
"Ya, sini aku pijitin. Mau pijit di mana..?"
"Di dalam kamar aja, Tong."





"Ayo." sambil kugandeng tangannya.
Tangannya dingin sekali, mungkin karena dia baru selesai mandi, dan air yang dingin itu pulalah yang menyebabkan rasa capeknya lebih terasa menggigit tulang-tulangnya.

Nari langsung telungkup di atas tempat tidurku sementara aku mengambil body lotionku dari atas meja.
"Mana yang capek sayang..?" tanyaku.
"Semuanya." jawabnya.
Dengan penuh rasa sayang dan kasihan melihat dia yang terlihat agak lesu, aku mulai memijat telapak kakinya.

Kulakukan dahulu peregangan otot dengan memijat-mijat tubuhnya tanpa lotion terlebih dahulu. Saat kupijat betisnya, mataku langsung tertuju pada pinggulnya yang besar dan montok, tapi perutnya langsing, sehingga dia pantas mendapat julukan wanita berbody gitar Spanyol. Seksi sekali pinggulnya. Saat kakinya bergerak karena pijitanku, pinggulnyapun ikut bergerak ke kiri dan ke kanan. Aku hanya geleng-geleng kepala menahan nafsu. Pijatanku terus naik ke pahanya dan berlanjut ke pinggulnya yang montok itu. Dengan cueknya seakan kami sudah suami istri, kupijat pinggul itu. Nari hanya diam terpejam. Dan akhirnya pijatanku berlanjut ke daerah punggungnya.

"Tong, ini nanti mijatnya pakai lotion ya..?" tiba-tiba Nari bertanya.
"Iya, memang kenapa..?" tanyaku kembali.
"Kalo begitu lepasin aja baju seragamku ini, besok aku masih pake ke kantor biar nggak kotor gih..!"
Deg..! Jantungku langsung berdetak lebih cepat. Setelah sekian lama aku menjalin hubungan dengan Nari dan melakukan hal-hal seperti pada kisahku yang lalu, baru saat ini aku akan melihat tubuh mulusnya, karena selama ini jika aku 'memasturbasinya', kami masih dalam keadaan memakai pakaian lengkap.

Setelah berkata demikian, dalam keadaan telungkup, jari-jari Nari mulai melepaskan satu persatu kancing kemeja seragam yang dia pakai, dan dengan cueknya melepaskannya dan memberikannya kepadaku. Aku tertegun sejenak dan menerima baju itu, kemudian kugantung di gantungan baju dekat dengan blazernya yang telah kugantung sebelumnya. Dia masih tetap terpejam dengan wajah seolah-olah tidak terjadi dan tidak akan terjadi apa-apa dengan dirinya. Dia sangat percaya kepadaku bahwa aku tidak akan menyakitinya.

Kudekati kembali tubuhnya. Kulihat punggungnya yang mulus. Tubuh atasnya hanya tertutup oleh BH warna putih gading.
"Rok bawahannya tolong lepasin dong Tong..!" pintanya sekali lagi dengan wajah yang tenang pula.
Jari tanganku pun akhirnya meraih retsluiting roknya yang terletak di bagian belakang. Aku tarik perlahan sambil menahan napas karena sebentar lagi aku akan dapat melihat pinggulnya yang seksi itu walaupun masih tertutup oleh celana dalamnya.

Dengan dibantu mengangkat sedikit pinggulnya, kutarik rok kerjanya turun melewati kedua kakinya. Oh Tuhan, di depan mataku sekarang tergolek tubuh indah ciptaanMu, setengah telanjang, hanya mengenakan BH dan celana dalam dengan warna yang sama.
"Ayo Tong, lanjutin mijitinnya. Pakai lotion ya..!"
"Iya," jawabku pelan karena terasa berat di mulut ini melihat pemandangan indah di depan mata.

Dengan sering-sering menarik napas dalam-dalam, aku mulai memijat kembali tubuh Nari dengan menggunakan body lotion. Gesekan dan licinnya pijatanku membuat mulut Nari mulai mengeluarkan bunyi-bunyiannya, "Egh.. egh.. egh.."
Tapi ekspresi wajahnya tetap tidak menunjukkan terjadi hal-hal yang mengkhawatirkan dirinya. Sementara itu kontolku mulai menunjukkan ukuran yang sebenarnya. Celana hawaii yang kupakai kelihatan agak menggelembung, karena memang aku masih memakai CD di dalamnya.

Setelah kupijat betis dan pahanya, aku langsung meloncat ke punggungnya, kulewati pinggulnya yang tertutup CD putih gading karena aku tidak akan percaya kalau Nari akan memintaku melepaskannya.
"Tong, kalau tali BH-nya menghalangi pijitanmu, lepasin aja Tong..!"
Jantungku terasa berdetak lebih kencang lagi. Apalagi yang akan terjadi petang ini..? Aku hanya diam menuruti apa maunya. Kulepas pengait BH di punggungnya sehingga sekarang terpampang bebaslah punggung mulus Nari, pacarku yang sangat kucintai.

Aku mulai lagi memijat punggungnya dengan lotion dan kembali bunyi, "Egh.., egh.." keluar dari mulutnya.
Setelah selesai memijat tangan dan lehernya, aku berniat menyelesaikan pijatanku, tapi kulihat Nari membungkukkan punggungnya. Rupanya dia menarik BH yang sedari tadi hanya terlepas talinya, namun sekarang betul-betul dia singkirkan dari tubuhnya. Aku hanya termenung menelan ludah menyaksikan semua ini.

Sesaat kemudian dia membalikkan tubuhnya. Ya Tuhan, indah sekali buah dadanya. Putih bersih seperti kulitnya yang lain. Boba susunya berwarna merah muda terlihat agak mencuat, buah dadanya tegak tanpa menunjukkan kekendoran (setelah peristiwa ini akhirnya kuketahui ukuran toket Nari adalah 34B). Nari memandangku. Toketnya tidak ditutupi oleh kedua tangannya. Dia seakan tidak malu lagi bagian tubuhnya yang indah itu terlihat olehku, bahkan seakan dia menyerahkan kepadaku untuk kupandangi sepuas-puasnya.

Kemudian diangkat kedua tangannya tampa berkata sepatah pun. Aku pun mendekatkan wajahku ke arahnya. Dia peluk leherku dan akhirnya dikecupnya bibirku. Aku yang sudah tidak dapat menahan gejolak yang telah kutahan sejak tadi langsung membalas ciumannya, namun tidak seperti orang yang kehausan, tapi tetap dengan kelembutan. Perlahan-lahan tangan kananku membelai-belai paha, pinggul, perut dan punggungnya, sementara tangan kiriku menahan kepalanya.

Sepuluh menit lamanya kami berciuman dengan cara itu tanpa melepaskan sedetik pun bibir kami. Napas kami hanya masuk dan keluar melalui hidung. Matanya terus terpejam. Akhirnya kuberanikan tanganku untuk mengelus toketnya. Dimulai dari lingkaran luar, sampai dengan akhirnya kusentuh bobanya yang semakin mencuat dan mengeras itu.
"Ee..," akhirnya keluar juga suaranya, walaupun pendek.
Mungkin dia sedikit geli atau nikmat saat bobanya tersentuh olehku.

Selanjutnya aku mulai memilin-milin dengan lembut boba susunya, mulai dari yang kiri kemudian ganti yang kanan dan kembali ke kiri terus ke kanan lagi. Sekarang suara 'ee.., ee..'-nya sudah mulai sering keluar dari mulutnya yang masih saling beradu dengan mulutku.

Akhirnya kulepaskan ciumanku untuk terus berlanjut ke pipi, kemudian telinga dan terus turun ke lehernya. Kunikmati setiap mili kulit lehernya yang lembut dan harum dengan kecupan dan kecupan serta sekali-kali jilatan leherku. Suaranya pun mulai sedikit lebih keras. Mulutnya agak terbuka, tapi matanya masih tetap erat terpejam. Kedua tangannya meremas-remas rambutku.

Ciumanku terus turun menuju belahan buah dadanya. Aku berhenti sejenak untuk menelan ludah dan mengambil napas, kemudian kulanjutkan untuk mengeksplorasi kedua bukit indahnya dengan kecupan dan jilatan lidahku.
"Aakh.. ouukhh..!" hanya kata-kata itu saja yang keluar dari mulut Nari ketika lidahku mulai memainkan boba susunya.

Aku yang sudah panas terbakar nafsu terus melanjutkan ciumanku turun ke arah perutnya yang datar. Kujilat pusarnya, kucium pinggangnya. Dia menggelepar-gelepar menerima perlakuanku itu dengan diiringi suara-suara merdu yang semakin tidak teratur keluar dari mulutnya. Napasnya pun sudah mulai memburu.

Ciumanku kembali turun. Kali ini menuju ke arah memeknya yang masih tertutup CD. Sambil kuusap-usap pahanya, kuciumi memeknya dari luar CD-nya. Rupanya banjir sudah datang. CD itu tampak basah. Aku tidak perduli, bau khas cairan nikmat itu terasa menusuk hidungku dan membuatku semakin bertenaga untuk melakukan tindakan selanjutnya.

Tanganku naik memegang kedua sisi celana dalamnya, dan dengan sangat perlahan, dengan tetap mencium bagian bawah perutnya, kuturunkan karet CD-nya.
"Jangan Tong..!" kembali kata-kata yang tidak asing terdengar olehku, kata yang keluar dari mulut Nari jika kami mulai naik pada level yang lebih tinggi dari pergulatan kami.
Tapi sampai dengan saat ini, kata-kata itu tidak pernah ada artinya bagiku maupun Nari, karena sebenarnya dirinya juga menginginkan hal ini.

Mendengar kata-kata itu, aku justru semakin gencar melakukan serangan dengan menciumi terus bagian bawah perutnya. Aku tidak mau memaksa Nari kalau memang Nari tidak menginginkannya, karena aku sangat mencintainya. Akhirnya pertahanan Nari bobol juga. Terbukti dengan sedikit diangkatnya pinggul Nari untuk memberi jalan CD yang akan kuloloskan melalui kedua kaki indahnya. Kuturunkan dengan sangat pelan.

Sambil terus turun menciumi, mataku terus melihat saat-saat pertama kali aku melihat memek seorang wanita, live di hadapan bola mataku. Beberapa lembar rambut kemaluannya mulai tersembul dari balik CD-nya yang terus perlahan kuturunkan. Warnanya hitam legam, seperti warna rambut kepalanya, tapi lebih lembut. Itu dapat kurasakan ketika ujung hidung dan bibirku mulai menempel pada rambut itu. Akhirnya CD Nari lancar melewati kedua belah kakinya.

Kini tidak sehelai lembar benang pun menutupi tubuh indah nan molek pacarku. Aku dengan mata nyaris tidak berkedip terus memandangi memeknya yang baru pertama kali seumur hidup dapat kulihat langsung di depan mataku. Sungguh indah sekali. Labia mayoranya berwarna merah muda, bersih dan wangi baunya. Mata Nari terbuka dan melihat ke arahku, dia hanya terdiam. Aku pun terdiam.

Bersambung ke bagian 04

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.