Cerita Dewasa:
Ayu, Responden Keenamku - 2
Dari bagian 1
Demikian asyiknya aku memandangi CD dan pahanya yang putih mulus itu, sehingga tanpa kusadari ternyata Lina sejak tadi memandangi wajahku. Sambil tersenyum, ia lalu menuntun tanganku ke CD-nya. Aku gemetar dan tidak bisa percaya jika Lina ternyata mengetahui seluruh isi hatiku. Akupun menuruti tanpa kesulitan, bahkan aku berdiri dan pindah duduk di samping Lina agar aku lebih leluasa menyentuh CD dan pahanya yang sejak tadi membuatku penasaran ingin menyentuh.
"Mas, sebenarnya aku terkadang ingin merasakan belaian laki-laki lain selain suamiku, terutama dari Mas yang sudah lama saya impikan bisa tidur bersama, sebab kata orang-orang bahwa milik orang lain lebih nikmat daripada milik kita sendiri" katanya terus terang sambil merangkul tubuhku dan mencium bibirku.
"Sama Mbak, sayapun selalu berkeinginan untuk tidur bersama wanita lain, terutama seperti Mbak ini, yang bagiku cukup cantik dan menggairahkan" ulasanku sambil membalas pelukan dan ciumannya.
"Kalau begitu Mas, berarti kita sependapat dan sama-sama menginginkan kenikmatan dari pasangan lain. Mari kita buktikan sejauh mana kebenaran kata orang-orang itu" kata lina lebih lanjut sambil mulai membuka satu persatu kancing bajuku.
Tentu saya tidak ketinggalan pula melepaskan satu demi satu kancing bajunya, bahkan saya lebih cepat menyelesaikannya dari pada dia. Hanya dalam hitungan detik, Lina sudah sangat bugil tanpa selembarpun kain yang melekat di tubuhnya, sementara aku masih tersisa CD-ku. Aku mulai aktifkan seluruh anggota tubuhku, mulai dari tangan, mulut, lidah, kaki, pinggul dan kontolku dengan penuh kekompakan. Demikianpun Lina sangat aktifnya meraba dan menggocok kontolku tanpa mengeluarkan CD-ku.
"Betul kata orang Mbak, ternyata nikmat sekali rasanya mencium pipi, bibir dan toketmu, apalagi jika kemaluan kita nanti saling beradu, pasti kenikmatannya luar biasa" kataku menggoda agar ia lebih yakin atas kata orang-orang itu.
"Yah Mas, aku juga merasakan hal yang sama. Enak dan nikmat sekali dibanding dengan suamiku, padahal kita baru berpelukan dan berciuman, apalagi jika Mas memasukkan kontolnya pada kemaluanku, pasti kenikmatannya tidak bisa dibahasakan" katanya membenarkan ucapanku sambil melepaskan CD-ku melalui kakiku.
"Aduhh, Maass, sstt, aahh, eenak dan niikkmat sekali Mas" kata lina terengah-engah dan merasakan kenikmatan saat kugosok- gosokkan tanganku pada bibir memeknya dan sesekali mengisap dan menggigit-gigit kecil puting susunya. Aku tidak sempat lagi bersuara, melainkan hanya menikmati setiap gerakan kami.
Setelah aku puas bermain-main di bagian atas, terutama di mulut dan toket Lina yang sedikit montok dan putih mulus itu, aku lalu mengalihkan konsentrasiku ke bagian bawah. Mula-mula aku meraba dan mengelus-elus memeknya yang ditumbuhi sedikit buluh halus. Setelah lina nampak menikmatinya dan terasa basah memeknya, aku segera turun di depan tempat tidur sambil berjongkok lalu merenggangkan sedikit kedua paha Lina yang masih duduk di pinggir tempat tidur sambil menggantung kedua kakinya. Aku mencoba merenggangkan kedua bibir memeknya dengan kedua tanganku agar bisa terlihat lebih jelas dan dalam seluruh isi lubang kemaluannya itu. Aku bisa menyaksikan dengan jelas sekali pemandangan indah itu. Dinding-dinding lubang kemaluannya nampak agak kemerahan dan mengeluarkan sedikit lendir sebagai tanda kenikmatan serta menonjolkan kelentiknya yang bulat dan kenyal itu.
Cukup lama aku permainkan lidah dan mulutku pada lubang kemaluannya itu, bahkan sesekali aku menggigit kecil kelentitnya sehingga ia seolah mau berteriak keenakan, namun ia hanya mampu menunjukkannya dengan sebuah gerakan-gerakan khas pada pinggulnya dan suara-suara nafas di mulutnya. Merasakan kenikmatan yang kuberikan itu, terutama sentuhan lidah dan mulutku pada kemaluannya, maka ia ternyata cukup bijaksana dan penuh pengertian. Ia kali ini berbalik arah, di mana menarik aku berdiri dan mengisyaratkan agar aku duduk seperti posisi dia tadi, lalu ia segera turun dan berjongkok serta meraih tongkatku yang sejak tadi berdiri itu, lalu menjilati kulitnya secara pelan, lalu perlahan ia masukkan ke dalam mulutnya dan mengocok-gocoknya dengan mulut, sehingga aku hampir tidak mampu mengendalikan diri dari mengeluarkan spermaku. Untung aku cepat berdiri, sehingga ia sejenak menghentikan gocokan mulutnya, lalu dilanjtkan lagi. Tapi tidak lama setelah itu, akupun menariknya untuk berdiri, sehingga kami berhadapan
"Mas, pelan-pelan, nanti anakku bangun dari tidurnya, kenikmatan kita khan bisa terganggu jadinya" katanya sambil memelukku. Namun karena birahi kelelakianku sudah sangat sulit lagi kukendalikan, maka tanpa meminta aku langsung mengangkat kaki kiri Lina dan meletakkannya di pinggir tempat tidur, sebagaimana pula aku mengangkat kaki kananku. Aku mencoba mengarahkan kontolku yang sudah tersiksa sejak tadi ingin memasuki luban kenikmatan Lina yang sudah basah dan menganga di depan kontolku itu. Centi demi centi aku dorong hingga akhirnya ujung kontolku terasa pas menyentuh pintu lubang kemaluan Lina, sehingga dalam posisi berdiri sambil meletakkan sebelah kaki kami di atas ranjang, kami mencoba mendorong pinggul kami ke depan hingga akhirnya terasa pertemuan antara kontolku dan memek lina. Sambil lidah dan mulut kami berpagutan, maka kemaluan kamipun berada di bawah tanpa tangan kami membantunya.
"Masukkan cepat Mas, aku sudah ngga tahan nih menahan kertinduanku padamu Mas" kata Lina berbisik di dekat telingaku sambil memegang kontolku dan menarik sedikit serta mengarahkan ke lubang kemaluannya. Akupun memahami kerinduannya, sehingga aku membantu memudahkan masuknya kontolku pada memeknya dengan sedikit merenggangkan kedua bibir lubang kemaluannya. Aku tidak ingin melihat Lina tersiksa dan penasaran lebih lama, sehingga aku cepat-cepat meraih pinggulnya dan menarik lebih dekat kearahku agar kontolku bisa masuk lebih dalam ke kemaluan lina. Ternyata betul tanpa kesulitan, kontolku dapat amblas dan melesat masuk lebih dalam, sebab lubang yang dimasukinya adalah lubang yang basa sejak tadi, sudah seringkali dimasuki kontol, bahkan 3 orang bayi, apalagi kontolku tidak terlalu besar, namun juga tidak terlalu kecil.
Pinggul kami saling beradu dan gantian maju mundur mengikuti gerakan kemaluan kami, sehingga tidak heran bila dapat mengeluarkan suara khas yang teratur "Decak..decik..decukk.." secara berulang-ulang. Kami saling mempercepat gerakan maju mundur kami dalam keadaan berdiri, sehingga rangjang yang kami injak dengan sebelah kaki, ikut bergoyang, bahkan goyangan itu bisa menambah nyenyak tidur anak Lina, sebab ia merasa diayun. Setelah kami capek maju mundur dalam keadaan berdiri, maka kami berhenti sejenak lalu meminta Lina agar tidur telentang di lantai kamar.
"Mbak, bagaimana kalau kamu tidur terlentang saja di lantai biar tidur anakmu tidak terganggu" kataku tanpa melepaskan pelukan kami.
"Mas, kenapa nikmat sekali rasanya bersenggama dengan pria lain seperti kamu yach? kenapa baru kali ini kita punya kesempatan melakukannya Mas? kenapa bukan dari dulu kita coba? padahal kita khan sudah lama akrab dan sudah banyak peluang emas yang kita lewatkan" ucapannya seolah-olah cukup bahagia dan menyesali keterlambatan kenikmatan ini kami rasakan.
"Yach, kenapa peluang dan keberanian kita ini baru muncul? padahal seharusnya sejak dulu kita nikmatinya bersama-sama" kataku membenarkan dan menyapa kalimat Lina tadi sambil mengangkangi tubuhnya yang sedang tidur terlentang.
Tanpa aku merasa kesulitan, kontolku kembali amblas dan menembus lubang kenikmatan Lina. Linapun menyambutnya dengan gerakan pinggul serta menggoyangkan ke kiri dan ke kanan pinggulnya mengikuti gerakan pinggulku, sehingga kemaluan kampi tak pernak lepas sedikitpun.
Nampaknya lina sudah ingin cepat-cepat menyelesaikan puncak persetubuhan kami. Ia tiba-tiba mengangkat pinggulnya dan mempercepat gerakan kiri kanan dan atas bawahnya, sehingga kontolku terasa diurut- urut oleh dua jepitan daging yang kenyal, bahkan terasa ada yang menusuk-nusuk dari dalam, yang membuat spermaku terpancing mau keluar. Setelah capek dan puas menggerakkan pinggulnya dalam keadaan terlentang, maka Lina tiba-tiba mendorong tubuhku dan bangun lalu meminta aku menggantikan posisinya tadi. Akupun mengerti maksudnya. tanpa kata-kata yang keluar dari mulut kami, kami sudah saling mengerti apa yang harus kami lakukan untuk mencapai puncak kenikmatan.
"Auhh.. all.. mm.. sstthh.." suara itulah yang terdengar dan selalu mewarnai nafas yang keluar dari mulut Lina ketika aku sambil mengangkat sedikit pinggul dan Lina menhentakkan memeknya terus dalam keadaan kontolku berada di dalamnya. Semakin lama semakin dipercepat gerakannya, sehingga terasa cairan panas yang ada di dalam kontolku mendesak mau keluar. Untung lina tiba-tiba mengentikan gerakannya lagi dan mengeluarkan kontolku dari memeknya.
Setelah kontolku lepas dari memeknya, Lina lalu nungging sambil berlutut di depan saya, dan nampak pinggulnya bergerak-gerak seolah ingin sekali menyelesaikan puncak permainan ini. nampak sekali menonjol lubang kemaluan yang berwarna kemerahan dengan mengeluarkan sedikit daging kecilnya itu di depan hidung saya, tapi aku tidak sempat lagi memandanginya lebih lama, apalagi menjilatinya.
"Mas, cepat dong, masukkan kontolmu itu cepat dan gocoklah memekku Mas, aku semakin ngga tahan nih" katanya penuh harap agar aku bisa menusukkan kontolku secepatnya.
"Yach, oke, tunggu Mbak, aku pasti memuaskanmu, bertahanlah" kataku sambil mengarahkan kontolku ke memek Lina.
Setelah masuk dan aku gocok-gocok serta terdengar bunyi-bunyian khasnya, aku semakin tidak bisa membendung lagi spermaku. Tapi tiba-tiba, anaknya Lina terbangun dan menangis, sehingga Lina dengan cepatnya melepaskan kontolku untuk mengelus-elus anaknya agar tertidur kembali, namun anaknya tetap menangis dan nanmpaknya sudah tidak ngantuk lagi.
Sambil menetekkan anaknya di atas ranjang itu, aku kembali melanjutkan sisa-sisa kenikmatan tadi. Kali ini aku di atas dan Lina terlentang di bawah agar anaknya bisa tetap menyusu. Aku masukkan kembali kontolku yang hampir mengeluarkan cairan tadi, dan terasa pula andai kata permainan kami tidak dihentikan oleh tangisan anaknya lina, maka Linapun sudah muncrat, karena mulai tadi terasa tubuhnya agak gemetar dan mempercepat gerakannya. Memang benar, hanya beberapa menit aku mengentot lubang memek Lina dan mengkonsentrasikan penuh pada kenikmatan itu, akhirnya aku muncratkan spermaku di dalam lubang memek Lina tanpa sepengetahuannya.
"Aahh, uhh.. sstt.. maaf lin, aku ngga mampu kendalikan nafsuku sehingga tumpah di dalam tanpa kusadari" suara dan kataku saat kontolku memuntahkan laharnya di lubang memek lina.
"Ha, ngga apa-apa kok, malah lebih nikmat rasanya, aku khan punya suami kalau-kalau terjadi apa yang kita khawatirkan. Lagi pula saya baru mau muncrat nih, ngga mungkin jadi janin sebab keluarnya ngga bersamaan" katanya menenangkan kekhawatiranku sambil terengah-engah dan memeluk keras pundak dan pinggulku.
Bersamaan dengan itu, "Aahh, uhh, auu, iih.. mm.. sstt.. cross" keluarlah suara aneh terakhir dari mulut lina saat itu bersamaan dengan keluarnya tamu kenikmatannya yang telah ditunggu dan diperjuangkan sejak beberapa jam tadi.
Akibat kenikmatan luar biasa yang dialami Lina, sehingga terlepas puting susunya dari mulut anaknya, yang membuat anaknya menangis keras, karena mungkin juga tertindis sedikit. Suara tangis keras itulah yang mengakhiri seluruh permainan kami, sebab lina cepat-cepat membersihkan badan dan kemaluannya ke dalam kamar mandi sambil tertawa cekikikan akibat tangisan anaknya itu. Akupun menyusul membersihkan tubuh di kamar mandi lalu kami baring bersama di samping anaknya sejenak, saling merangkul dan m, encium sebagai tanda terima kasih dan kebahagiaan kami. Kami sama-sama merasakan suatu kenikmatan dan kepuasan yang luar biasa, yang sama-sama kami akui belum pernah kami rasakan sebelumnya, sekalipun pada saat kami sama-sama pernah melakukannya dengan pacar kami masing-masing.
"Mas, maukah kamu memberikan kenikmatan seperti ini kembali padaku atau bersetubuh dengan aku lagi jika ada kesempatan?" tanyanya sambil merapatkan wajahnya di wajahku.
"Selama Mbak senang dan mau mengulanginya. Hal itu semua sangat tergantung dari kesediaan Mbak sendiri, sebab aku justru sangat berterima kasih mau melayaniku dengan penuh kenikmatan" jawabku sambil mencium kembali bibirnya. Tiba-tiba Lina menatap dinding tembok dan menemukan jam tergantung, ia langsung tersentak dan bangun mengenakan pakaiannya secara lengkap.
"Aduh Mas, sudah jam dua ini, aku terlambat pulang, pasti anakku sudah kebingunan mencari dan menungguku di rumah, saya duluan aja yah Mas" katanya sangat khawatir atas keterlambatannya sambil meraih anaknya dan bergegas pulang setelah kembali memberikan ciuman terakhir padaku di kamar itu. Sedangkan aku menyusul beberapa menit kemudian. Puas dan bahagian sekali rasanya, meskipun pertanyaanku tidak sempat terjawab semuanya, namun tujuan pribadiku dapat terwujud.
*****
Kami memang masih sempat melakukannya di tempat itu beberapa kali dengan Lina pada hari-hari berikutnya, namun tidak senikmat dan sebahagian pada saat pertama kalinya itu. Pengalaman wawancaraku dengan lina bukanlah merupakan akhir, melainkan masih banyak praktek wawancaraku dengan beberapa responden yang lebih menarik lainnya, namun belum sempat aku utarakan dalam kisah ini. Lain kali aja, dan bagi teman-teman yang berminat mengikuti lanjutannya, tunggu saja atau ada yang mau beri saran, koreksi dan kritikan, silahkan kirim ke emailku, aku akan berusaha membalasnya.
E N D