Cerita Dewasa:
What a Gift
Cerita ini terjadi di ulang tahunku yang ke-21.
Bagi kebanyakan orang barat (USA-Canada), umur 21 adalah saat seseorang menjadi dewasa, mereka diperbolehkan minum minuman keras dan menentukan langkahnya sendiri tanpa persetujuan orang tua. Pacarku, yang keturunan Australia-Jepang bernama Peter ketika itu mengajakku ke salah satu hotel berbintang di Jakarta untuk merayakannya.
Aku berkenalan dengan Peter ketika mengikuti program pertukaran pelajar di Canada, dan dia berumur 2 tahun lebih tua dariku, sedang menyelesaikan program master nya. Malam itu, aku pun merasa special karena Peter kebetulan sedang menghabiskan summer vacationnya di Indonesia.
"Hey hon, today gotta be special, it's your day"
"Yeah, it is and I'm not a little kid anymore, can you imagine that?"
Ternyata, tanpa sepengetahuanku Peter mengundang juga teman-teman ku ke lounge di hotel Grand Hyatt Jakarta, untuk merayakan pesta ultahku itu. Ketika aku memasuki ruangan lounge itu, kulihat teman-teman ku sudah ada disitu dengan kado nya masing2.
"Hey, guys, I can't thank all of you enough for this. This really mean something for me"
Dan mereka pun menyanyikan lagu happy birthday dengan diiringi music dari band. Sebetulnya, karena peraturan di Canada yang mengharuskan "the b-day girl" untuk melayani setiap shot minum tamunya, jadi aku pun melakukannya. Setiap kali seseorang menantangku untuk minum, aku harus minum dengan porsi yang sama. Tidak lama setelah menghabiskan 2 botol wine, aku pun merasa sedikit pusing.
"Peter, it's getting fuzzy here, can we just go home?" Aku bertanya kepada Peter.
"Oh, come on. The night's still long, babe. You gotta be kidding me aren't ya?"
"Gee, I'm serius, about to pass out anytime now"
"Ok, ok, we'll leave after the last shot. You can handle it, don't ya?"
"Ok, and nothing more after that"
Setelah itu, bersama-bersama kita mengambil masing-masing satu gelas shot berisi tequila dan meminumnya bersamaan. Dengan itu juga, Peter membawaku keluar dari lounge. Karena sudah sangat pusing oleh pengaruh alcohol itu, Peter pun sedikit membopongku.
Kemudian dia mendudukkan aku di mobilnya dan bukannya melaju ke arah rumahku, mobil nya justru memasuki area parker Grand Hyatt.
"Hey, I thought we're going home"
"Yea, we are after this. I haven't got you your present yet, remember?"
"Ok, but let's make it quick, I really am fuzzy by now"
Pelan-Pelan Peter memapahku untuk memasuki kamar dimana dia akan memberikan hadiahnya untukku. Karena terlalu banyak minuman keras yang ada di tubuhku, sesampainya di kamar pun aku langsung memuntahkan semuanya. Dengan gentle, Peter pun akhirnya membersihkan bekas2nya dan kemudian membaringkan aku di kasur untuk beristirahat sebentar. Ternyata, dia menyiapkan bath up yang diisinya dengan air hangat dan dibubuhi wangi-wangi an juga. Peter juga menyalakan beberapa lilin di dalam kamar mandi yang notabene menyebarkan bau wangi lembut ke seluruh ruangan kamar hotel itu.
Ketika Peter muncul, dia hanya mengenakan kimono saja dan pelan-pelan Peter mengajak aku untuk berdiri.
"Hon, you stink as hell"
"I really am sorry, I couldn't handle it no more. I owe you one, count that one"
"Well, this is your day, so let's not make that a problem, ok? I'll clean you up though before giving you my present"
Kemudian pelan namun pasti, Peter meraba-meraba punggungku dan memelukku dari belakang sampai beberapa lama. Saat itu juga, kurasakan seperti ada aliran mengalir di seluruh bagian badanku karena aku pun sadar betapa kami saling menyayangi satu sama lain. Kemudian Peter membalikkan badanku dan sambil menatap mataku, penuh kelembutan, mulai menciumku dan tangannya memeluku sambil melepaskan risluiting gaunku. Karena gaunku yang memang backless itu, aku pun tidak mengenakan bra malam itu. Tangan Peter turun menggapai pinggangku, dan masih lidahnya mencumbu lidahku dan bermain-bermain di mulutku.
"Hmph, you're a good kisser, God knows you are" gumamku karena sambil terus menikmati ciuman Peter.
Peter kemudian merapatkan tubuhku ke dadanya dan sambil membelai-membelai punggungku dia pun mulai menciumi leherku dan telingaku. Karena bobaku menyentuh-menyentuh kimononya dan ditambah dengan cumbuan-cumbuannya di leherku, maka aku pun kegelian.
"Argh, argh, yeah yeah, you're damn good, babe. You got no idea how I missed you all these times" kataku.
Peter masih tidak berkata-berkata tapi dengan lembut tangannya mulai menggerayangi toketku bagian samping. Ciuman-ciuman di leherku lama kelamaan mengarah ke bobaku yang sudah keras itu mencuat menantang untuk dicumbui. Sambil membusungkan dadaku, tanganku kunaikkan di atas kepalaku sambil meremas-meremas rambutku dan dengan napas yang semakin terengah-engah.
"Oh yeah babe, make me cum, make me cum"
Ketika aku mulai merasa sangat horny, Peter menghentikan semua itu dan membopongku ke dalam kamar mandi yang telah disiapkannya.
Kemudian dia mendudukkan tubuhku yang sudah telanjang itu ke dalam bath up yang berisi air hangat. Dengan lembut, Peter mulai memassage bahuku, dan dia juga melakukan back scrub (menggosok punggungku). Kemudian tanpa kusadari ternyata Peter telah duduk dibelakangku dan menselonjorkan kakinya dibawah tubuhku. Dengan posisiku yang berada di atasnya, kami pun mulai berciuman lagi. Tangannya tetap menggosok-menggosok susuku dan pentilnya yang disentil-sentilnya membuatku melenguh-melenguh tanda keenakan.
Kemudian, dengan sedikit mengangkatku, Peter mulai menciumi bahuku dari belakang dan kemudian menciumi bobaku sambil tangannya menggosok-menggosok memekku yang basah. Kelembutannya memang luar biasa, sehingga bukannya membersihkan memekku, dia justru malah membuatnya semakin berlendir saja.
"Oh babe, I'm coming babe, arhh.."
"Yea, hon, oh yea, you're a free soul now"
Dan setelah orgasmeku yang pertama itu, Peter melanjutkan memandikanku di shower, menyabuni seluruh tubuhku dan mengeringkannya kemudian menyemprotkan sedikit tubuhku di titik-titik tertentu. Kemudian dia memakiakan kimono juga di tubuhku, dan setelah itu dia melanjutkan mandinya.
"Suite yourself hon while I finish showering, you can lay down and watch TV if you wanted to"
"Thanks, babe, I'm fine now, never feel better though," dengan tersenyum aku pun mengelus tangannya dengan penuh kelembutan tanda terimakasihku.
Sambil menunggu Peter, aku pun memutar lagu kesukaanku, Norah Jones dan hanya berbaring di kasur saja tanpa melakukan apapun. Pikiranku kembali ke moment yang baru saja kualami di kamar mandi tadi, dan tanpa kusadari, tanganku mulai menyusup ke balik kimonoku dan memijit-memijit sambil memilin-memilin pentilku yang semakin lama bertambah keras saja. Kakiku pun tanpa kusadari telah mengangkang lebar sehingga kimono yang kupakai memang sedikit tersibak. Tanganku yang satu lagi bergerak turun menjamah kemaluanku dan menggesek-menggesek kelentitku yang sudah mengacung minta dielus-elus.
Tubuhku menyentak-menyentak seiring dengan gerakan tanganku yang sedikit demi sedikit mulai kumasukkan di liang memekku dan mengocoknya pelan-pelan. Aku pun secara tidak sadar telah menyerukan bunyi-bunyi terengah-terengah sambil memejamkan mata setiap kali jari tanganku memasuki lubang memekku. Tidak lama kemudian, aku pun mengalami orgasmeku yang kedua. Ketika aku sudah sedikit tenang, ternyata Peter berada di ujung kasur.
"You were hot, babe."
Dengan tersenyum malu, akhirnya aku menutup selangkanganku yang terbuka lebar itu. Ternyata tanpa kusadari, Peter menonton seluruh adegan yang berlangsung tadi sampai aku mengalami orgasme ku yang kedua.
Peter mengambil skim milk dari lemari es di bar kamar. Kemudian dia mengajakku untuk duduk di balcony, sambil bercakap-cakap. Ketika aku sudah duduk, tiba-tiba Peter berlutut di depanku, dan kedua kakiku dinaikkan ke pundaknya, dibentangkan lebar-lebar ke arah samping dan Peter pun menyibakkan kimono yang menutupinya. Pelan-pelan, Peter mulai menuangkan skim milk dingin yang berada di gelasnya. Dengan mengalirnya cairan dingin di memekku itu sampai ke belahan pantatku, aku pun mengangkat selangkanganku ke atas.
"Oh babe, I can never get enough with you, huh"
Hanya lagi-lagi dengan senyumnya dia membalas komentarku. Skim milk dingin itu terus dituangkan sedikit demi sedikit di memekku dan Peter pun menguakkannya lebar-lebar sehingga cairan itu terasa memenuhi rongga rahimku. Dengan sedikit menopang bagian pantatku dan meremas-remasnya Peter membantuku mengangkat selangkanganku.
"Yeah, hon, let the best part of yours hang in the air. Let the whole world see it"
Dan karena cairan itu berkocak-berkocak di dalam rahimku, maka aku pun seperti merasakan sebuah kontol yang sedang mengocok rahimku.
"Yeah, now the milk's ready for me" Kata Peter sambil tersenyum penuh arti.
Kemudian dia menyeruput memekku kuat-kuat sehingga seperti rasanya seluruh bagian rahimku dipompa keluar. Peter menjilat-menjilat kelentitku juga maka tak elak lagi, aku pun mendapatkan orgasmeku yang ketiga.
Ketika aku berdiri, cairan putih yang tak lain adalah skim milk yang tersisa di dalam rahimku mengalir keluar dari lubang memekku.
Peter menggandeng tanganku sambil membimbingku ke dalam dan kemudian menutup pintu balkon. Ia membaringkan aku di kasur. Ketika posisiku berada di bawah, Peter mulai menciumiku lagi dan kali ini dengan nafsu yang luar biasa. Karena memang mulai lelah, aku pun hanya pasrah ketika Peter menciumi seluruh tubuhku sambil tangannya terus bergerak menyusuri setiap bagian dari tubuhku.
Kemudian Peter berjalan ke arah lemari es dan mengambil sebuah mangkok yang ternyata isinya adalah buah strawberry, tidak lupa pula dia mengambil sebotol coklat topping dan whipped cream rasa strawberry dari bar.
"Hon, this is part of the gift I'm about to gift you" bisik Peter lembut di telingaku, sambil tangannya membuka ikatan kimonoku.
Kemudian dia mengganjal pinggangku dengan bantal.
Dibukanya tutup botol coklat topping itu, dan dia pun melumuri seluruh susuku dengan coklat itu. Tidak lupa juga ditambahkannya whipped cream di pentilku.
Pelan-Pelan mulutnya mengarah ke tepi susuku, dan dengan gerakan lidahnya yang melingkar dia pun mulai menjilatinya. Sebentar-sebentar, seperti mengambil lauk, Peter secara tiba-tiba menjilat bagian pentilnya untuk mengambil sedikit whipped cream, dan setiap kali hal itu dilakukannya, badanku mengejang tanda keenakan.
"Hm, this is surely delicious" Desah Peter sambil masih saja menjilati susuku dan pentilku sampai habis.
Ketika lidahnya menyapu whipped cream yang terakhir, bersamaan dengan itu pula aku mendapatkan orgasmeku yang kesekian kalinya.
Ketika aku masih terengah-terengah keenakan, Peter merentangkan kedua pahaku sehingga selangkanganku terkuak lebar. Dan pinggangku yang memang sudah diganjalnya semakin mendukung terbukanya selangkanganku dengan lebar menantang.
Diambilnya sebuah strawberry dan dilumurinya dengan coklat, kemudian disapukannya ke memekku yang basah itu. Dengan strawberry itu juga, akhirnya Peter berhasil "melukis" memekku dengan coklat. Kemudian dimakannya strawberry yang digunakannya untuk melumuri memekku dengan coklat itu, dan secepat itu pula Peter mulai menjilati memekku dengan buas. Tangannya memegangi bibir memekku sehingga tetap terkuak lebar yang memudahkannya untuk melumat seluruh bagian dari memekku.
"Oh, oh, you're damn good, babe, you are" sambil terengah-terengah aku pun mendesah-desah.
Kemudian, "Oh babe, suck my clit, suck it, play it with your tongue, and I want more, I want more babe, till, yeahh oh yeah.. Oh babe, here I comee.."
Dan aku pun mendapatkan orgasmeku lagi. Kurasakan memekku sudah semakin banjir lagi dan tubuhku sudah lemas tak berdaya. Kemudian sambil berlutut di depanku Peter membuka ikatan tali kimononya.
"The best gift is about to come out yet" katanya sambil tersenyum.
"Oh no, babe, I've got enough"
"No you haven't. This is the real gift from me, hon"
Dan aku pun terbelalak kaget karena ternyata hadiahnya buatku adalah tak lain kontolnya yang sudah berdiri tegak dan diikat dengan pita.
Tangannya menarik tanganku untuk mengocok kontolnya yang sudah tegak itu sambil menarik simpul pitanya. Pelan namun penuh nafsu dan kepastian, tubuh kami pun bersatu mengarungi malam itu hingga jam 4 pagi keesokan harinya. Beberapa posisi sudah kami lalui di keheningan malam dan penuh kelembutan yang disajikannya khusus di hari ultahku itu.
Posisi yang terakhir benar-benar membuatku KO. Peter mengangkat tubuhku dari kasur, dan kemudian melingkarkan kakiku di pinggangnya, dan sambil berjalan-berjalan di seluruh ruangan hotel itu pun tubuh kami beradu dan kontolnya mengocok-mengocok memekku. Akhirnya kami pun terkapar di kasur dan tertidur sampai keesokan harinya.
All that I can say: What a gift!!
E N D