Cerita Dewasa:
Nash, Jim, Sharon dan Jane 01
Aku berkenalan dengan Nash dan Jim melalui salah satu gay datang site. Mereka berdua adalah orang Afro-Amerika yang tinggal di Washington. Selama ini komunikasi antara kami hanya melalui e-mail. Kami pernah saling bertukar foto dan mereka mengatakan ingin bertemu denganku suatu saat.
Aku, Adri, bukanlah seorang gay tulen. Mungkin lebih tepat bila dikatakan aku seorang biseksual yang dapat berhubungan seks dengan pria maupun wanita. Umurku saat ini 26 tahun dan bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta yang kecil namun cukup profitable, setidaknya mereka mampu membayarku dengan jumlah yang lumayan.
Kebutuhanku akan seks dipenuhi oleh pacarku, yang beberapa kali berganti karena masalah prinsip. Aku tetap memilih seorang wanita sebagai pasangan. Ketertarikanku akan gay seks berawal dari situs-situs gay dan transsexual yang kulihat di Internet. Aku sangat terangsang melihat adegan seks antar lelaki dan melihat kemaluan lelaki barat yang berukuran besar. Aku tidak terlalu tertarik oleh pria Asia, hanya pria bule dan orang Afro-Amerika yang menarik perhatianku, terutama oleh karena ukuran kemaluan mereka yang besar. Fantasiku akan gay seks selalu dipenuhi oleh pria-pria bule dan Afro-Amerika dan bagaimana rasanya bila kemaluan mereka memenuhi anusku yang masih belum tersentuh oleh siapa pun. Aku mungkin adalah bottom man, berbeda dengan Nash dan Jim yang top.
Suatu hari, Nash dan Jim mengatakan ingin berlibur ke Bali dan mereka bertanya apakah aku tertarik untuk bergabung dengan mereka. Tentu saja aku tertarik dan langsung meminta cuti satu minggu dari kantor. Untungnya atasanku sedang bergembira karena proyeknya yang baru berhasil dan langsung menandatangani ijin cutiku. Kuberitahukan hal ini kepada Nash dan Jim melalui e-mail dan mereka gembira karena aku bisa ikut.
Aku selalu bercerita kepada Nash dan Jim tentang fantasi seksku dan mereka berharap mereka dapat membantuku. Kini aku mempunyai kesempatan untuk bertemu mereka. Selama menunggu liburanku, pikiranku selalu dipenuhi oleh fantasi seksual dan bayangan persetubuhanku nanti dengan Jim dan Nash.
Di Bandara Ngurah Rai, Bali
Sudah dari jam satu aku menunggu kedatangan pesawat yang membawa Jim dan Nash di Ngurah Rai. Memang aku datang di Bali satu hari lebih cepat dari mereka agar aku bisa menyiapkan akomodasi dan transportasi. Rencananya pesawat mereka akan datang jam dua. Penerbangan asing memang selalu tepat waktu. Jam setengah tiga para penumpang sudah selesai diperiksa dan mulai keluar dari pintu kedatangan. Aku mencari-cari Nash dan Jim dengan berpatokan pada ingatanku akan wajah mereka di foto yang mereka kirim.
Akhirnya aku dapat melihat Jim. Nash juga terlihat dibelakangnya sambil membawa barang-barang mereka. Di samping Jim, aku melihat seorang wanita Afro-Amerika yang menggandeng tangan Jim. Sejenak aku bingung, bukankah Jim seorang gay. Apakah dia juga seorang biseksual. Kumasa-bodohkan pikiranku dan segera melambaikan tanganku ke mereka dan dibalas oleh Jim.
Mereka mendatangiku dan Jim langsung menjabat tanganku dan memelukku. Nash pun melakukan hal serupa. Sambil berbasa-basi menanyakan keadaanku dan mengatakan senangnya mereka akhirnya dapat bertemu denganku, aku memandangi kedua orang temanku ini. Nash sangat tinggi, mungkin hampir dua meter. Aku yang tingginya 172 cm tentu saja terlihat kecil di dekatnya, apalagi badan Nash adalah tipe seorang yang senang latihan di gym. Nash cukup tampan dengan muka tercukur bersih dan kulit yang tidak terlalu hitam seperti orang Afro-Amerika lainnya. Jim hanya beberapa senti lebih pendek dari Nash. Bentuk badan mereka berdua sama, tetapi Jim terlihat lebih tampan. Sekilas pandanganku melihat wanita di sebelah Jim. Rupanya Jim melihat pandanganku. Ia langsung memperkenalkan wanita itu, Sharon, sebagai temannya di state. Jim meminta maaf tidak memberitahu akan keikut-sertaan Sharon, tapi ini merupakan kejutan untukku nanti.
Kejutan apa yang mereka rencanakan dan apa hubungannya dengan Sharon. Pikiranku mulai bertanya-tanya. Kupersilahkan mereka mengikutiku menuju mobil yang kusewa dan membawa mereka ke sebuah hotel berbintang di kawasan Kuta yang sudah kusewa untuk satu minggu.
Di Kuta, Bali
Sesampainya di hotel, mereka bertiga membereskan barang dan membersihkan diri. Aku menyewa dua kamar dengan connecting door, sehingga kami tidak harus terpisah. Keduanya mempunyai satu kingsize bed yang sangat besar. Jim menyuruhku berbagi bed dengan Sharon, sementara ia di kamar yang lain dengan Nash. Aku meyetujuinya saja. Mengenai Sharon, ia setinggi aku. Wajahnya manis sekali, dan kulitnya juga tidak hitam, melainkan coklat agak muda. Mungkin ia adalah campuran antara Caucasian dengan Afro-Amerika. Bentuk badan Sharon sangat seksi dengan buah dada yang besar dan montok.
Selesai mereka bebersih diri, kami pergi makan malam di dekat pantai (aku tidak tahu letak daerahnya, hanya restaurant itu tersembunyi di dalam gang). Setelah makan, kami mengobrol di bar hotel dan bercerita tentang diri kami masing-masing. Pukul 11, Jim mengajak kembali ke kamar. Sambil berjalan ke lift, Sharon memeluk pinggangku. Aku merangkulkan tanganku ke pundaknya dan kami berdua berjalan seperti sepasang kekasih dengan Jim dan Nash berjalan di belakangku sambil tertawa-tawa. Kami bertiga sudah seperti berteman lama walaupun baru hari itu bertemu muka.
Setelah masuk ke dalam kamar, aku duduk di tempat tidur diikuti oleh Sahron di sebelahku, sementara Jim dan Nash masuk ke kamar sebelah. Kemudian tanpa kuduga Sharon mencium bibirku. Sejenak aku terpaku, tapi lalu mulai membalas ciumannya. Lidah Sharon membelit lidahku di dalam mulutku. Kurasakan bau alkohol yang masih tinggal di mulut kami berdua tapi tidak kuhiraukan. Tangan Sharon kurasakan membelai kemaluanku dari luar celanaku dan kubalas dengan remasan pada dadanya. Terasa sangat kenyal dan tidak lembek buah dada Sharon. Tangan Sahron menarik keluar bajuku dari celana dan mulai membukai kancing bajuku. Kubantu dia dan aku terduduk disana bertelanjang dada.
Bibir dan lidah Sharon menjelajah ke leherku, terus ke bawah sampai ke puting dadaku yang sudah mengeras. Digigitnya kecil dan dihisapnya sampai aku merasakan suatu aliran aneh di seluruh tubuhku. Mulutnya terus menjelajah ke bawah. Dibukanya ikat pinggang dan kancing celanaku. Aku berdiri sejenak, membantunya membuka seluruh celanaku sampai kemaluanku yang sudah keras berdiri tegak tanpa penutup. Ukuran kemaluanku sebenarnya tidak mengecewakan, berkat bantuan seorang ahli pengobatan alternatif, ukuran kemaluanku yang dulu tidak besar kini diameternya cukup mengagumkan, bahkan panjangnya masih bersisa apabila kugenggam dengan menggunakan kedua tanganku.
Lidah Sharon menjilati batang kemaluanku dari pangkalnya sampai kepala kemaluanku. Satu tangannya meremas kantung di bawah kemaluanku. Aku hanya bisa mendesah dan diam melihatnya. Kemudian ia mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Hangat bibir dan lidahnya terasa melingkupi kepala kemaluanku, kemudian batangnya. Setelah secara perlahan dan bertahap, Sharon memasukkan kemaluanku semakin dalam ke mulutnya.
Sejujurnya aku kurang begitu suka dengan blow job. Bahkan aku tidak pernah meminta pacar-pacarku dulu untuk melakukannya. Kutahan Sharon melanjutkan pekerjaannya dan menariknya duduk di tempat tidur. Kucium bibirnya dan dibalas olehnya. Sambil bibir dan lidah kami berpagutan, Kucoba membuka kaos ketat yang dipakainya. Sharon membantuku dan kemudian terpampang jelas olehku sepasang buah dada Sharon yang montok. Kubuka penutup terakhir di dadanya, memampakkan buah dada Sharon secara utuh.
Kurebahkan Sharon sambil mulutku mengarak ke buah dadanya. Kuciumi sekitar putingnya, lalu kukulum puting buah dadanya sambil kugigit kecil. Sharon mendesah sambil membelai rambutku dan menekan kepalaku ke dadanya. Kuremas buah dadanya dengan satu tanganku, sementara mulutku bermain di buah dadanya yang satu lagi. Desahan dan erangan Sharon terdengar semakin kencang. Aku tak lama bermain dengan dadanya. Kucoba membuka celana yang dipakai Sharon. Tapi segera dihentikannya. Dia kembali duduk di tempat tidur.
"Are you ready for your surprise dear..?" Sharon berkata kepadaku.
Aku yang sedang dipenuhi nafsu hanya mengangguk.
Sharon menyuruhku menutup mata. Kurasakan ia bangkit dari tempat tidur dan kudengar ia membuka celananya. Tidak lama, ia menyuruhku membuka mata. Sesaat setelah membuka mata, aku terpana dan tidak dapat berkata. Di depanku jelas terlihat batang kemaluan pria yang besar. Sedikit lebih besar dari milikku namun lebih panjang. Yang membuatku terkejut adalah si pemilik kemaluan itu adalah Sharon yang saat ini berdiri di depanku. Ternyata Sharon adalah seorang transsexual atau she-male bahasa agak kasarnya.
Sharon hanya tertawa kecil melihat keterkejutanku. Ia lalu meyorongkan kemaluannya ke mulutku.
"It's big isn't it..? Jim told me, you like things like mine." katanya.
Aku mengangguk. Kepala kemaluan Sharon menyentuh bibirku dan aku membuka mulutku sehingga kemaluannya dapat masuk. Ini pertama kali aku melakukan blow job, dan bayangan tentang ini membuat kemaluanku semakin keras. Aku berusaha sebisanya untuk membuat Sharon puas. Sharon mengatur gerakan pinggangnya sehingga kemaluannya keluar masuk di mulutku. Yang kulakukan hanya menjepit kemaluannya di mulutku dengan bibirku, sementara lidahku di dalam mulut bermain di seputar batang kemaluannya.
Sekeras apapun usahaku, tetap saja sulit untukku memasukkan seluruh batang kemaluan Sharon ke dalam mulutku, bahkan setengahnya pun tidak. Sharon lalu naik dan berdiri di tempat tidur. Disuruhnya aku berlutut di depannya dan ia mulai memasukkan kembali kemaluannya ke mulutku. Kali ini kemaluannya bisa agak lebih banyak masuk karena sudutnya memudahkanku menerima kemaluannya. Sharon memegang kepalaku dan menahannya agar ia bisa semakin dalam memasukkan kemaluannya.
"Hold your breath..!" katanya.
Aku menahan nafas. Ditahannya kepalaku sambil ia memasukkan kemaluannya semakin dalam. Terasa kepala kemaluannya melewati kerongkonganku semakin dalam membuatku tidak dapat bernafas.
Kerongonganku terasa sakit saat kemaluan Sharon yang besar itu menerobosnya. Setelah lewat satu menit, aku mulai memerlukan udara dan mencoba melepaskan diri. Sharon melihat hal ini dan mulai mengeluarkan kemaluannya. Saat kemaluaannya keluar, aku tersengal-sengal menarik nafas. Kemudian Sharon mulai mengulang tindakannya. Kali ini aku bertekad harus bisa memasukkan semua batang kemaluan Sharon. Perlahan, kembali kemaluan Sharon memasuki mulutku dan melewati kerongkonganku. Masih sedikit sakit kurasa, namun kutahan. Akhirnya bibirku menyentuh pangkal kemaluan Sharon yang tidak berambut, menandakan seluruh batang kemaluannya ada di dalam mulutku. Sharon menahan sebentar posisi itu kemudian mulai perlahan mengeluarkan kemaluannya dari mulutku.
"Look, You could take Me whole and it's your first time..!"
Ia tersenyum dan aku juga tersenyum. Sharon melakukan hal tersebut beberapa kali lagi. Tanpa kami sadari, Jim menonton kami dari connecting door. Aku baru sadar waktu ia berbicara memujiku yang dapat menelan semua batang kemaluan Sharon. Sharon melepaskan kemaluannya dari mulutku.
"Now.., are You ready for your first fuck..?" tanyanya.
Aku menganggukkan kepalaku. Akhirnya fantasiku selama ini akan terwujud. Bahkan lebih dari itu, karena dengan Sharon, aku seperti mendapatkan seorang wanita dan pria sekaligus.
Sharon berkata bahwa ia tidak akan memakai kondom, karena ia ingin aku benar-benar menikmati gesekan kemaluannya di anusku. Ia menegaskan bahwa mereka bertiga tidak memiliki penyakit apapun dan aku tidak perlu kuatir. Aku hanya mengangguk. Sharon menyuruh Jim mengambilkan tas kecil di laci meja rias. Sementara Jim mengambilnya, Sharon menyuruhku berbaring di kasur. Kemudian ia berlutut di antara kedua pahaku. Masih dapat kulihat kemaluannya yang panjang dan besar berkilat karena air liurku. Sejenak aku ragu apakah anusku dapat menerima benda sebesar itu.
Jim kembali dengan membawa tas kecil yang diminta. Diberikannya benda itu ke Sharon. Sharon mengeluarkan botol KY jelly (lotion seks) dari dalamnya, kemudian sebuah benda seperti gelang-gelang dari karet. Diikatkannya gelang-gelang itu di sekeliling kantung kemaluanku dan di pangkal kemaluanku. Sakit sekali rasanya, namun kutahan. Sharon menjelaskan bahwa benda itu akan menahan ejakulasiku.
Kemudian Sharon mengoleskan KY jelly ke anusku. Jari tengahnya dimasukkan ke dalam anusku, membuatku sedikit tersentak. Sharon menyuruhku untuk relaks, sementara jarinya dikeluar-masukkan di anusku untuk membuka jalan bagi kemaluannya nanti. Sharon kemudian mulai menambahkan satu jari lagi dan kemudian dilanjutkan dengan jari ketiga. Kini ia mengeluar masukkan ketiga jarinya di anusku sambil tangannya yang satu mengocok lembut kemaluanku. Aku merasakan sensasi yang tidak dapat kujelaskan. Permainan jarinya di anusku dan tangannya yang mengocok kemaluanku membuatku merasa seperti di awang-awang.
Kemudian Sharon menghentikan kegiatannya dan mengeluarkan jarinya. Dioleskannya KY Jelly di seluruh kemaluannya dan ditambahkannya sedikit di anusku. Sharon mengangkat kakiku menyentuh dadaku dan mengganjal pantatku dengan bantal. Ia berlutut dan mendekat ke arahku sambil menggenggam kemaluannya. Perlahan ditempelkan ujung kepala kemaluannya di anusku.
"Are You ready..?" tanyanya. Aku mengangguk. "Here it comes.." seru Sharon.
Didorongnya kemaluannya perlahan sampai kurasakan rasa sakit akibat terobosan kepala kemaluannya yang besar di anusku. Sekitar lubang anusku serasa perih dan terbakar. Perlahan Sharon mendorong kemaluannya masuk ke dalam anusku sambil matanya menatap mataku. Pandangan kami saling bertatapan. Rasa sakit dan panas semakin menerjangku saat batang kemaluan Sharon yang lebar menerobos masuk perlahan. Kugigit bibirku, mencoba mengalihkan rasa sakit itu. Tak terasa, mataku mulai berkaca-kaca menahan sakit. Sharon sangat perlahan memasukkan kemaluannya. Saat setengah kemaluannya masuk ke dalam anusku, aku mulai memintanya untuk berhenti sejenak.
Bersambung ke bagian 02