Bokep Viral Terbaru P6 Hijab Sange Dalam Dokumentasi Beradu Kelamin 6 PEMERSATUDOTFUN

P6 Hijab Sange Dalam Dokumentasi Beradu Kelamin 6

Tidak ada voting

kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi klik cara mematikan ADBLOCK
Download free VPN tercepat
Hijab, Sange, Dalam, Dokumentasi, Beradu, Kelamin
Advertisement
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Hijab, Sange, Dalam, Dokumentasi, Beradu, Kelamin yang ada pada kategori JILBAB published pada 29 Maret 2024 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming P6 Hijab Sange Dalam Dokumentasi Beradu Kelamin 6 secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Content Yang Serupa :
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :



Aku Oase Para Wanita Bersuami 5: Tina - 3


Dari bagian 2


Tanpa mengenakan apa-apa lagi kubawa Tina kembali lagi ke ranjang. Ia sudah merengek genit minta untuk masuk babak berikutnya. Aku masih menatap dan menikmati pemandangan indah di depanku. Tina yang sedang dalam keadaan telanjang terlentang mengangkang di atas ranjang. Rambut hitam tipis menghiasi celah pahanya.

Kutarik kakinya sampai melewati tepi ranjang dan dalam posisi membungkuk aku segera menghisap dan mencium memeknya.

"69 lagi To. Aku masih ingin bermain dengan kontolmu," rengeknya. Kuikuti kemauannya dan kini kembali kami bermain dalam posisi 69 sampai ia benar-benar puas memberi dan menerima rangsanganku.

Aku berjongkok di depannya. Jari tengah dan Ibu jariku membuka memeknya. Dengan penuh nafsu, aku menciumi kemaluannya dan kujilati seluruh bibir luar dan sampai bibir dalamnya.

"Oh.., teruss.. An.. To.. Aduhh.. Nikmat..".

Aku terus mempermainkan itilnya yang sebesar biji kacang tanah. Seperti orang yang sedang berciuman, bibirku merapat di belahan memeknya dan lidahku terus berputar-putar di dalamnya.






"Anto.., oh.., teruss sayamgg.. Oh.. Hh!!".

Desis kenikmatan yang keluar dari mulutnya, semakin membuat gairahku berkobar. Kusibakkan bibir kemaluannya tanpa menghentikan aksi lidahku.

"ooh.. Nikmat.. Teruss.. Teruss..", teriakannya semakin merintih.

Ia menekan kepalaku dan menjepit dengan pahanya. Ia mengangkat pinggul, cairan lendir yang keluar dari dinding memeknya semakin membanjir. Memeknya sudah basah terkena ludah bercampur lendirnya. Aku jilat lagi, terasa sedikit asin dan beraroma segar yang khas.

"Sudah Anto.. Sudah.. Ayo kita..!!"

Kulepaskan mulutku dari selangkangannya dan aku berbaring di sampingnya. Ia naik ke atas tubuhku dan menciumi bibir dan telingaku. Mulutku menghisap kedua toketnya, kugigit putingnya bergantian. Ia hanya melenguh panjang dan gairah kami berduapun semakin memuncak.

Tangannya menyusup di sela pahaku, kemudian mengelus, meremas dan mengocok kontolku. Pantatku sesekali kunaikkan dan menahan napas. Bibirnya mengarah ke leherku, mengecup, menjilatinya. Napasnya dihembuskan dengan kuat ke dalam lubang telingaku. Kini dia mulai menjilati putingku dan tangannya mengusap bulu dadaku kemudian menjalar sampai ke pinggangku. Aku semakin terbuai kenikmatan. Kupeluk dan kuusap pungungnya dengan lembut dari leher sampai pantatnya. Ketika sampai di pantatnya kuremas bongkahan pantatnya dengan gemas.

Tangan kiriku dibawanya ke celah antara dua pahanya. Jari tengahku masuk, mengusap dan menekan bagian depan dinding memeknya dan bersama Ibu jari menjepit dan memilin sebuah tonjolan daging sebesar kacang. Setiapkali aku mengusap dan memilinnya Tina mendesis keras seperti orang yang kepedasan "SShh.. Ouhh.. Sshhss"

Tangannya masih memegang dan mengusap kejantananku yang telah berdiri tegak. Kembali kami berciuman. Buah dadanya kuremas dan putingnya kupilin dengan jariku sehingga dia mendesis perlahan dengan suara merintih.

"SShh hhiihh.. Sshh.. Ngghh.. Ayo To.. Antokhh".

Perlahan lahan diturunkankan pantatnya sambil memutar-mutarkannya. Kepala kontolku dipegang dengan jemarinya, kemudian digesek-gesekkan di mulut memeknya. Terasa sudah mulai lembab karena cairan dinding memeknya.

Aku tersadar belum mengenakan kondom. Kudorong badannya perlahan dan kubisikkan, "Kondom..".

Kuambil kondom yang tinggal satu dan mulai menyobek bungkusnya. Namun sebelum kupasang ia merebutnya dan membuangnya jauh ke sudut kamar. Kutatap mukanya, ia balas menatapku lembut dan berbisik,"Kali ini aku ingin naturally".
"Tapi.." Aku tak sempat melanjutkan kata-kataku karena dia telah menyumbat mulutku dengan bibirnya.

Tangannya kembali meremas dan mengocok kontolku sampai membesar dengan maksimal. Dia membawa kontolku untuk segera masuk ke dalam memeknya. Ketika sudah menyentuh bibir guanya, maka ditekannya pantatnya perlahan. Akupun menaikkan pantatku menyambutnya.

Tina merenggangkan kedua pahanya dan segera kepala kontolku sudah mulai menyusup di bibir memeknya.

"Ayolah Tina.. Tekan sekuatmu.. Dorong.. Aku akan menusuk dari bawah..!!"

Tina semakin menekan pantatnya dan kontolkupun semakin dalam masuk ke lorong nikmatnya yang sempit. Tanpa memakai kondom jelas sekali bahwa kenikmatan yang ia berikan jauh di atas apa yang kurasakan dalam dua babak terdahulu.

"Ouhh.. Tina," tanpa sadar aku setengah berteriak. Ditutupnya mulutku dengan telapak tangannya dan dimasukkan jarinya ke dalam mulutku. Kukulum jarinya dengan lembut.

Tina bergerak naik turun dan memutar. Perlahan-lahan kugerakkan pinggulku. Karena gerakan memutar dari pinggulnya maka kontolku seperti disedot sebuah kompresor yang lembut. Tina mulai mempercepat gerakannya namun aku mengatur kecepatan gerakan pantatku dari bawah perlahan. Tina membuat denyutan-denyutan di dalam lubang memeknya.

"Tina.. Pelan saja. Kita nikmati babak terakhir ini" desisnku sambil mengulum toketnya.

Buah dadanya yang sedang putih mulus dengan puting yang coklat kemerahan terasa menantang untuk kulumat. Kuremas-remas lembut toketnya yang semakin mengeras.

"Ohh.. Teruss To.. Teruss..!" desahnya. Kuhisap-hisap putingnya yang keras seperti biji kelengkeng, sementara tangan kiriku meremas pinggang dan buah pantatnya. Desahan kenikmatan semakin keras terdengar dari mulutnya.

Kemudian ciumanku beralih ke ketiaknya. Tina mengangkat lengannya untuk memberikan kesempatan padaku menciumi ketiaknya. Ia kegelian sambil mendesah, matanya terpejam dan kepalanya menengadah.

"Oh.., ennaakk.., terussh..!"

Rambutnya sudah awut-awutan. Ternyata, wanita bertubuh kecil ini benar-benar sangat ekspresif dalam menyalurkan gairahnya. Gairah kami semakin bergelora dan kini saatnya untukku kembali menimba kenikmatan. Kugulingkan badannya dan dengan posisi setengah kutindih ia menjilat leher kemudian dada dan putingku. Aku menumpukan berat tubuhku pada kedua lenganku. Sementara gerakan pantatku sedikit kukurangi justru Tina menggerakkan pantatnya dengan cepat.

Aku merasakan nikmat yang luar biasa. Tina tersenyum. Lalu kucium bibirnya. Kami berciuman kembali. Lidahnya dimasukkan ke dalam mulutku, menari dalam rongga mulutku dan menjilati langit-langit mulutku. Aku membalas dengan mengulum dan menghisap lidahnya.

Kutarik biji kontolku sehingga terasa semakin keras dan memanjang. Pinggulnya naik menyambut hunjamanku. Kumasukkan kontolku ke dalam memeknya sampai terasa menyentuh dinding rahimnya.

"Oh.., Gimana.. Rasanya sayang.., Ouuh!!" aku berbisik.
"Hhahh!! Ooh.., enakk..".

Kini Tina yang membuat gerakan peristaltik di sepanjang lorong memeknya. Batang kontolku seperti dipilin-pilin. Tina terus menggoyangkan pinggulnya.

"Oh.. Tinaku.. Terus.. Sayang.. Mmhhkk..".

Pinggulku kuhujamkan lagi lebih dalam. Tina dengan gerakan pinggulnya yang naik turun dan berputar semakin menenggelamkan kontolku ke liang kenikmatannya.

"Oh.. Isap dadaku.. Sayaangg, remass.. Terus.. Oh.. Uhhu..!" Erangan dan rintihan kenikmatan terus memancar dari mulutnya.
"Oh.. Tina.., terus lebih cepat..", teriakku menambah semangatnya.

Goyangan pinggulnya semakin di percepat. Tangannya memeluk erat leherku.

"Ahh.. Ah.., aku.. Cepat.. Aku.. Maa.. Uuu.. Keluuaarr, .. Oh..!" ia mendesah.
"Jangan.. Dulu aku masih ingin menikmatimu!" kataku terengah-engah.

Aku tahu wanita ini hampir mencapai puncak kepuasan tertinggi, namun aku masih ingin menikmati tubuhnya. Kuberikan isyarat agar ia menghentikan gerakannya dulu sambil beristirahat sejenak. Kami hanya berdiam dengan saling memeluk. Kali ini tidak ada erangan atau pekikan. Yang ada hanya desisan kecil dan desahan lembut. Hanya otot kemaluan kami yang saling berkontraksi yang satu mendesak dan yang satu lagi menjepit. Rasanya kontolku seperti diisap oleh sesuatu seperti lumpur hidup. Tangannya terus mengelus punggung dan pinggangku.

Setelah beberapa saat berdiam, maka dengan perlahan aku mulai mengentotnya lagi. Aku mengentotnya dengan pelan tujuh kali dan pada hitungan ke delapan kuhempaskan seluruh berat tubuhku di atas tubuhnya.

"Hhgghhkk..". Ia menahan napas menahan berat tubuhku.

Bibirnya mengejar putingku dan mengulumnya.

"Ohh.. Tina.. Geli.. Desahku lirih. Namun Tina tidak peduli. Ia terus mengecup, mengulum putingku kanan kiri berganti-ganti.

Karena rangsangan pada putingku maka kupercepat entotanku sehingga ia memekik-mekik kecil.

"Oh.. Anto.. Nikmatnya.. Jantanku.. Kuda liarku.. Kamu..!"

Ia diam hanya menunggu dan menikmati gerakanku. Beberapa saat ia hanya diam saja, seolah-olah pasrah. Aku menjadi gemas, kutarik rambutnya kebelakang. Dadanya naik dan kugigit putingnya. Kukecup gundukan toketnya kuat sampai memerah

"Ouhh.. Sakit.. Ped.. Dih. Ouhh..!"

Kurasakan aku tidak akan kuat lagi menahan desakan dalam saluran kencingku. Kutatap matanya dan kubisikkan, " Sekarang.. Yang.. Sekarang".

Ia mengangguk lemah," Yyachh.. Eghhkk".

Begitu semprotan pertama kurasakan sudah di ujung lubang kencingku, maka kembali kuhempaskan tubuhku ke bawah. Tina menyambutnya dengan menaikkan pinggulnya kemudian memutar dengan cepat dan kembali turun. Tangannya menjambak rambutku dan kemudian memukul-mukul punggungku. Kutarik rambutnya dan kutekan kepalaku di lehernya.

"Oh.. To.. Anto.., kau begitu liar dan pintar memuaskanku.", ujarnya.

Denyutan demi denyutan berlalu dan semakin lama semakin melemah. Kukecup bibirnya dan menggelosor di sampingnya.

"Kalau begini rasanya aku tidak mau pulang malam ini To" katanya mesra sambil mengusap-usap dadaku.
"Jangan, nanti kamu dicari keluargamu".

Setelah beberapa lamanya berpelukan dan beberapa kali ciuman ringan. Hembusan udara dingin dari AC kembali terasa menggigit kulitku. Jam sembilan malam kami check out dan jam sebelas kami sudah sampai di rumah. Kami turun di terminal dan naik ojek ke rumah. Ia melarangku untuk mengantarnya.

"Nggak usah To, nanti nggak enak sama tetangga. Kalau aku pulang sendirian orang tidak akan curiga. Besok kamu pulang ya? Jangan lupa nanti kalau pulang kampung beritahu aku. Kita berangkat pagi-pagi agar mempunyai waktu lebih lama. Kalau perlu menginap dua atau tiga malam," katanya sambil tersenyum.

Menginap dengan Tina? Ada yang mau?


E N D

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.