Cerita Dewasa:
Indahnya Pantai Parangtritis
Sewaktu kuliah di Kota Y, tahun 1997 aku punya kenangan indah di kota ini. Aku kenal dengan seorang gadis yang bekerja di salah satu kios buku di mana aku sering membeli atau hanya sekedar melihat-lihat buku serta mencari bahan untuk kliping.
Aku sempat pacaran dengannya dan menyimpan kenangan indah. Namun sejak dia menikah, maka aku jarang ketemu, bahkan sampai aku lulus kuliah dan sekarang telah bekerja tak tahu di mana dia berada. Tulisan ini kubuat untuk mengenang Sri yang telah "Memperjakai" aku, untuk pertama kalinya aku melihat susu dan memek yang sebenarnya. Biasanya aku melihat kedua benda tersebut di majalah atau BF.
*****
Awalnya aku membeli buku di kawasan shopping centre, konon karena harga buku disana rata-rata lebih murah 20% bila dibanding dengan harga toko buku dengan judul dan penerbit yang sama, bahkan ada sampai selisih 30%. Bagi mahasiswa harga itu sangat menarik, karena bisa menghemat uang saku. Dari diskon beli buku itu dapat untuk nambah jajan atau kegiatan lain.Terlebih lagi kiriman wesel dari orang tua kadang terlambat.
Dari seringnya buku itu aku menjadi kenal dengan salah seorang SPG kios buku A di Shoping Centre. Bahkan kalau aku cari buku (kadang hanya lihat-lihat doang) dan memilih-milih agak lama begitu kadang aku dibelikan minuman entah itu es jeruk atau es teh tergantung apa yang dia pesan. Pernah suatu hari ketika aku cari-cari buku pas pada waktu itu SPG yang kemudian kukenal dengan nama (sebut saja Sri) tengah makan siang, maka aku pun dipesankan makan siang berupa nasi bungkus, entah sebabnya apa aku juga tidak tahu. Tawaran makan siang pun dengan senang hati "Terpaksa" kuterima, walau perut belum lapar. Entah kenapa, aku hanya tidak ingin membuat Sri kecewa.
Akhirnya Sri pun sangat akrab denganku, kadang kami bercanda di kios. Di kios itu hanya ada dua SPG. Dari informasi teman SPG-nya (sebut saja Lastri) aku tahu bahwa dia memang sudah lama putus hubungan pacarnya. Dari perkenalan itu tak disangka-sangka ternyata tanggal dan bulan kelahiranku sama persis dengan dia, hanya tahunnya yang berbeda. Aku lebih tua 4 tahun.
Akhirnya aku dan Sri pun "resmi" berpacaran. Tak apalah dapat layang-layang putus, yang penting kami sama-sama suka. Dengan adanya Sri aku kadang menjemput dia kalau pulang kerja sekitar jam 20.00 dan mengantar sampai ke kostnya yang sebenar tidak jau, kira-kira hanya 10 menit perjalanan kaki. Biasanya kalau tidak saya jemput Sri pulang bareng teman SPG-nya itu yang juga kost satu kamar dengan Sri. Kamar kostnya cukup luas dengan dua tempat tidur. Lastri teman SPG-nya juga sudah punya pacar namanya sebut saja Untung yang bekerja sebagai keamanan kawasan itu. Akupun lantas juga kenal sama Untung. Kadang kalau aku menjemput Sri, maka Lastri pun di antar oleh Untung.
Kalau aku sedang apel ke kostnya Sri dan Untung pun sedang apel ke Lastri biasanya Sri mengajakku ke ruang tamu. Demikian pula sebaliknya. Namun kadang kalau aku apel ke kamar kostnya, Lastri sering keluar kamar dan menonton TV di kamar yang empunya rumah. Di kamar kost itu hanya ada dua tempat tidur, dan meja rias, tidak ada meja atau kursi lain sehingga kalau aku masuk kamarnya ya duduknya di tempat tidur.
Pada suatu saat, pas hari Sabtu, kios tutup agak awal sekitar jam 18.00, saya dan Untung sama-sama menjemput pacar masing-masing, dan pulang bareng. Entah sengaja atau tidak maka kami pun besama-sama masuk ke kamarnya. Untung berada di tempat tidur Lastri dan aku pun duduk-duduk di tempat tidur Sri. Kami saling cerita, ngobrol, bergurau dengan pacar masing-masing. Lastri dan Untung yang telah lebih dulu pacaran ternyata sudah tidak canggung lagi melakukan ciuman atau belaian, bahkan peting, dan necking di depan kami. Tentu saja membuat kami yang baru pacaran agak malu. Namun dengan ucapan mereka yang mengatakan tak usah malu, kan udah punya pasangan masing-masing, maka kami pun melakukan hal yang sama. Kebetulan hari itu yang punya rumah sedang pergi keluar kota, sehingga di rumah itu tak ada orang selain kami berempat, sehingga waktu itu kami lebih leluasa berpacaran.
Pada mulanya aku dan Sri hanya berpelukan, berciuman. Entah mengapa ada rasa yang mendorong untuk lebih saling menikmati, maka tak ayal lagi berlanjut dengan cumu mesra, dan akhirnya pakian kami sudah tak rapi lagi. Sri kemudian menutup pintu dan jendela. Maka kami pun mulai melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh kami hingga tinggal CD saja yang masih tersisa. Nampak Sri yang beperawakan kecil ternyata punya susu yang cukup montok. Demikian pula Lastri juga mempunyai toket yang cukup besar, karena memang badannya lebih besar dari Sri. Karena Lastri dan Edi sudah saling pagut, saling peluk, saling remas, maka tak ayal lagi membuat aku dan Sri juga melakukan hal sama.
Tiba-tiba aku punya ide untuk merasakan tubuh Lastri yang lebih bahenol, maka aku pun berkata kepada Untung, "Mas Untung, gimana kalau kita tukar tempat, sebentar saja"
"Apanya yang ditukar" sahutnya bengong.
"Itu lho.. susunya" sahutku lagi sambil tersenyum.
Untung mikir sebentar dan lalu berkata" Kalau Lastri mau, bolehlah!"
Akhirnya Sri kusuruh pindah ke ranjangnya dan Lastri pun pindah ke tempatku. Lalu Lastri mulai kucumbu, kucium, kupeluk. Sambil terus mengelus, meraba tubuhnya. Dan akhir sampai dibukit yang cukup besar dan kiranya mulai menegang. Tanganku berhenti sebentar dibukitnya yang kenyal, kemudian mulai kuremas-remas dengan kedua tanganku dari arah belakang. Lastri mulai melenguh kenakan.
"Oh.., terus-terusin.., teruus" Lastri terus merengek.
Kemudian dia berbalik dan tangannya juga mulai mememeluk tubuhku semakin erat. Kami berdua saling berpelukan, saling berciuman, melumat bibir, saling meremas, entah berapa lama. Diranjang sebelah Untung melakukan hal yang sama dengan pacarku Sri. Aku kadang melirik ke Sri, dan rasanya mulai cemburu melihat Untung mengemut-emut, menyedot-nyedot susu pacarku. Kadang kulihat Untung mengobok-obok memek Sri walaupun masih memakai CD. Namun kecemburuanku ini kulampiaskan pada Lastri. Cukup lama kami "Pesta nude kecil" malam itu, sampai tak terasa sudah pukul 21.00 dan kami harus segera meninggalkan tempat kostnya. Walaupun kami tidak sampai melakukan ML, namun kami pulang dengan rasa amat senang.
Pada akhir bulan Sri mengabari aku bahwa ia akan libur 4 hari. Biasanya kalau dia libur Sri pulang ke rumah orangtuanya di Purwareja. Karena hari pertama itu hari Sabtu maka aku punya usul agar pulangnya ke desa ditunda hari Minggunya.
"Ada apa Mas?" tanyanya
"Aku ada ide, kalau you mau, nanti kuajak kamu ke Pantai Parangtritis, nginap disana semalam, baru esok hari kamu pulang" ujarku.
Dengan agak ragu Sri pun lalu mengangguk setuju. Akhirnya Sabtu siang habis kuliah aku dan Sri pun dengan berboncengan sepeda motor menuju Pantai Parangtritis. Saat melewati warung makan aku menawari Sri untuk makan siang dulu namun Sri menolak, oleh karenanya aku hanya menitipkan motor di warung itu.
Siang itu di Pantai sungguh sangat cerah, bahkan senderung panas, namun angin bertiup cukup kencang sehingga dapat mengurangi rasa panas. Aku dan Sri jalan menelusuri pantai dengan bergandeng tangan, dan kadang kupeluk mesra. Karena merasa panas maka aku dan Sri istirahat di gubuk yang tersedia di pinggir pantai.
Kulihat pemandangan laut luas dengan deburan ombak besar yang menakjubkan. Saat aku menghadap ke timur kulihat bukit yang tinggi yang menghijau nan indah. Ketika menghadap ke utara aku melihat banyak gubuk di atas bukit, maka aku pun mengajak Sri untuk naik ke bukit tersebut. Lalu kami berdua naik ke bukit tersebut melalui jalan setapak. Sampai di atas ternyata di atas sana juga banyak orang terutama pasangan muda-mudi dan kiranya mereka juga berpacaran. Bahkan mobil bisa naik sampai ke puncak bukit. Mereka pada duduk-duduk menghadap ke selatan dan memandang keindahan laut selatan dari atas bukit, sungguh sangat indah. Disini tidak terlalu panas karena ada pepohonan yang bisa untuk berteduh.
Aku dan Sri pun lalu duduk-duduk namun agak jauh dari mereka, masih malu, karena memang baru pertama ke tempat itu. Tiba-tiba kami didatangi seorang perempuan setengah tua yang menawarkan tikar dengan bahasa Jawa untuk duduk-duduk (lesehan: Jw).
"Ngersake tikar Om, (Ind: mau pakai tikar)?" katanya.
"Berapa sewanya, Mbok?" tanyaku.
"Namun setunggal ewu kemawon (Ind: hanya seribu rupiah)" katanya.
Tanpa kutawar lalu kubayar kepada pemilik tikar itu.
"Eh, Mbok, kalau gubuk kecil itu untuk apa? tanyaku lagi.
"Menawi meniko kagem istirahat (Ind: kalau itu untuk istirahat)" katanya lagi.
"Istirahat siap?" tanyaku lagi.
"Nggih sinten sing purun ngginakaken (Ind: ya siap yang mau menggunakan)" katanya.
"Meniko nggih disewa-aken (Ind: itu ya disewakan), lanjutnya lagi.
Aku lalu melirik ke Sri, "Gimana dik, kita coba?" tanyaku.
Sri lalu mengangguk.
"Kalau gubuk berapa Mbok? tanyaku.
"Namung kalih ewu (Ind: hanya dua ribu)" jawabnya.
Setelah melakukan transaksi kemudian kami berdua masuk ke gubuk kecil hanya berukuran kira-kira 1 x 1,5 meter. (Dikemudian hari terkenal dengan nama "Gubuk Cinta"). Tentu saja tanpa lampu dan yang agak membuat ngeri adalah dindingnya hanya dari anyaman daun kelapa sehingga cukup mudah untuk diintip, namun juga cukup mudah mengetahui kalau ada yang ngintip. Kalau dilihat sambil jalan sepintas ya cukup rapat, dan tak kelihatan kalau di dalam ada yang sedang indehoi (bercumbu).
Di dalam gubug yang sempit itu kami saling beciuman, berpelukan. Sri kemudian mulai membuka jaketnya, selanjutnya you can see-nya, sehingga dibalik BH-nya yang berwarna krem terlihat bukit-bukit yang menantang untuk di kemot-kemot. Sri kemudian juga membuka jaket dan hem yang kupakai. Sri membiarkab saja ketika aku mencopot kait BH-nya sehingga tampaklah pemandangan indah, dua bukit kembar yang berwarna kuning langsat, montok, dan tentunya sangat menggairahkanku. Aku langsung saja menciumnya, lama kami berciuman, saling pagut. Sri menjulurkan lidahnya kedalam mulutku, dan aku pun membalasnya dengan semangat. Kupeluk dia dan lalu kuremas-remas susunya yang montok.
"Oh.., Mas.., oh.., oh.. Mas" ia mulai melenguh.
"Terus Mas.., pakai liah Mas" pintanya lagi.
Aku pun trus mencium, dan mengemot-emot susunya bagai bayi yang kehausan dan menetk ibunya.
"Enak Sri? tanyaku.
"Enak, Mas, teruss.. terus.. ach, uogh".
Entah untuk beberapa lama aku mengemut-emut susu itu, akhirnya Sri minta untuk disudahi. Kemudian Sri pun melolos sabukku, lalu mencopot kancing celanaku, dan membuka ritsluitingnya. Tersembulah batang kemaluanku yang telah menegang. Sri pun lalu mengelus-elus dan mengocok-ngocok kontolku yang semakin memerah dan semkain tegang. Ueenak sekali rasanya. Ini untuk pertama kali burungku dilihat gadis.
"Iiih, Mas, besar sekali, mengerikan!" katanya.
"Masak sih, biasa-biasa" saja sahutku.
"Aku takut Mas kalau ini masuk ke.." dia tidak melanjutkan kata-katanya.
Setelah agak lama kok hanya dielus-elus saja maka aku berkata kepadanya, " Sri emut Sri!"
"Hah.. apa Mas!" dia agak terkejut mendengar perintahku.
"Emut Sri, kulum, sedot-sedot adikku itu" kataku lagi.
Sri agak ragu melakukannya.
"Nanti kalau.."
"Kalau apa?" tanyaku lagi.
"Nggak apa-apa Sri, jangan takut"
Akhirnya Sri pun mengemot-emot, memainkan lidahnya dikepala kemaluanku dengan semangat.
"Oh.. Sri, terus Sri, teruuss.. enak Sri, teruuss.. aku akan keluar Sri!"
Dan crot, crot, crot.. Muncratlah spermaku dalam mulutnya dan sebagian lagi mengenai wajahnya yang cantik. Aku hanya memejamkan mata keenakan.
"Enak Om?" tanyanya.
Aku hanya mengangguk, tanpa berkata-kata lagi.
"Bersihkan Sri, telan saja" dan tanpa berkata lagi Sri pun mengulum-ulum batang kemaluanku, menjilat-jilat membersihkan sisa-sisa sperma yang masih menempel sampai bersih, sih.
"Ouch.. ouch.., Sri" aku mendesah keenakan.
Pembaca, peristiwa itulah untuk pertamakalinya aku memuntahkan sperma dari kemaluanku alias "Diperjakai" oleh gadis yang bernama Sri.
Setelah merapikan pakaian aku dan Sri pun segera meninggalkan Gubug Cinta dan turun menuju tempat titip motor serta menikmati makan siang agak sore. Lagi asyknya menikmati makan siang, tiba-tiba pemilik warung itu menawarkan kamar untuk istirahat.
"Mau istirahat, Nak?" tanyanya.
Pemilik warung yang ini bisa bahasa Indonesia.
"Berapa semalam Bu?" tanyaku.
"Hanya Rp 15.000" katanya lagi.
"Ah mahal. Rp 10.000 saja ya" aku mencoba menawar.
Dan setelah berpikir sebentar pemilik warung itu menyetujuinya. Aku dan Sri langsung masuk kamar dan tidur-tiduran. Akhirnya pun tidur sungguhan dan ketika bangun hari sudah menjelang malam.
Sri masih tidur, kukecup keningnya, kucium pipi dan bibirnya. Dan ketika kuremas-remas buah dadanya dia menggeliat dan membuka matanya.
"Jam berapa Mas?" tanyanya.
"Jam 20.00" sahutku.
Sri segera membasuh muka dan kuajak untuk menikmati suasana malam pantai, namun hanya di warung, tidak sampai ke pinggir laut. Ketika jam menunjukkan pukul 21.30, kuajak lagi dia ke kamar.
"Sri, yuk kita lanjutkan, yang tadi siang" kataku.
Sri pun mengangguk dan kugandeng dia ke kamar. Setelah di kamar kami berdua langsung melakukan kissing, necking, dan petting. Lalu Sri pun berinisiatif membuka bajuk, lalu celanaku. Aku pun segera membuka bajunya, mencopot BH-nya dan CD-nya. Hatiku berdebar melihat pemandangan indah itu untuk pertama kalinya. Batang kemaluanku telah menegang, mengacung, siap menyerbu.
Kini aku dan Wiwik telah sama-sama telanjang bulat. Kudekati dan kubaringkan Dia dari arah kepala kucium mulai keningnya, matanya, bibirnya, susunya, terus turun ke pusar dan akhirnya tepat di memeknya kilik-kilik dengan lidahku. Kukecup-kecup memeknya, kusedot-sedot lubang kewanitaanya.
Sri pun menjerit-kerit, "Ouh.. Ouh.. Mas Mas.. terus teruss Mas".
Dan tak lama kemudian mengalir lendir dari memeknya. Sri telah orgasme. Setelah berhenti sebentar lalu kupermainkan lidahku dibibir memeknya, menjilat-jilat itilnya dan lidahku terus mengobok-obok memeknya. Dan tak lama kemudian mengalir lagi cairan hangat dari memeknya. Sri telah orgasme lagi.
Setelah istirahat sebentar aku berbalik dan kemudian perlahan-lahan kubuka pahanya yang putih mulus dengan selangkangan yang sangat menantang. Perlahan-lahan kumasukkan batang kontolku keliang senggamanya. Bless.. bles.. bles. sedikit demi sedikit masuklah kumasukkan batang kontolku dan akhir semua batang kontolku. Masuk ke dalam memeknya. Kuangkat sedikit lalu kusodokkan lagi, terus dan terus.
"Pelan Mas, sakit" rintihnya.
"Masukkan lagi Mas, kentot lagi Mas"
Segera kuentot lagi kontolku dalam memeknya, terus dan terus..
"Ouh.. Ouh.. Maas. Maas.. aku akan keluar lagi Mas.."
"Ouh Sri.. Oh.. Sri,.. aku akan keluar Sri" kita bareng-bareng Sri dan Aku dan Sri mencapai puncak bersama-sama.
Malam itu kami bermain sangat puas. Kemudian kami tidur sampai pagi. Setelah kami berdua mandi dan sarapan pagi, segera berkemas meninggalkan Pantai Parangtritis Kami segera melesat langsung ke terminal bus. Sesampai di terminal bus Sri terus naik bus jurusan desanya, tanpa banyak bicara kami segera berpisah.
Seminggu kemudian aku ke tempatnya bekerja, namun dia belum masuk. Dua minggu, tiga minggu dia belum masuk juga. Sebulan kemudian ada kabar dari teman SPG-nya bahwa dia akan menikah minggu depan. Aku sangat terkejut, terperanjat, sangat tidak percaya, namun setelah temannya menunjukkan surat, aku pun akhirnya percaya bahwa Sri benar-benar akan menikah.
Aku tak tahu harus bagaimana mengucapkan terimakasih ataukah meminta maaf, karena sampai sekarang aku belum bertemu dengannya. Yang jelas Pantai Parangtritis meninggalkan kenangan yang indah bagiku.
E N D