kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru Ome smp PEMERSATUDOTFUN

Ome smp

Tidak ada voting
Ome, smp
Ome smp
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Ome, smp yang ada pada kategori OMETV published pada 30 November 2022 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming Ome smp secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Pelayan Nafsu Semalam


Namaku Marwan, umurku 26 tahun, seorang pengangguran. Aku pernah sekali menjadi gigolo (yah.. sebutan kasarnya). Ketika itu aku baru pertama kali merantau dari kampungku di pulau Jawa ke Banjarmasin. Seorang temanku bekerja di sana. Aku menyusul temanku itu ketika dia mengirimiku alamat yang cukup jelas, lagipula aku dengar Farid, nama temanku itu, sukses di perantauan. Dia bekerja di sebuah pabrik pengolahan kelapa sawit.

"Daripada kamu nganggur di kampung, lebih baik ke Banjarmasin saja, Wan. Kebetulan lagi ada lowongan kerja." begitu katanya suatu kali. Berbekal uang tujuh ratus ribu aku berangkat ke Banjarmasin.

Setibanya di pelabuhan Farid menjemputku. Dari situlah aku tahu kehidupan Farid yang benar-benar kecukupan. Rumahnya tak besar, tapi cukup bagus, dan yang pasti rumahnya sendiri.
"Wah.. kamu benar-benar hebat, Rid." pujiku.
"Pintar-pintar kita saja cari duit, Wan. Setidaknya punya obyakan sampingan." jawab Farid dengan senyum yang misterius.

Aku nggak langsung dapat kerja, tapi nunggu dulu karena ternyata lowongan di tempat kerja Farid sudah terisi. Karena nggak kerja semakin lama semakin habis uang yang kubawa dari kampung. Sebenarnya makanku ditanggung sama Farid, tapi nggak enak kan kalau setiap hari, sedangkan tahu sendiri kalau biaya hidup mahal di Banjarmasin.

Setelah satu bulan numpang di rumah Farid aku mulai tahu apa sebenarnya obyekan sampingan Farid yang tak lain adalah melayani nafsu tante-tante girang (alias gigolo). Bergidik juga aku ketika suatu malam mendengar suara-suara gaduh yang janggal di kamar sebelah (kamarnya Farid). Ketika aku intip, ehh.. Si Farid lagi disepong sama seorang wanita stw. Habis itu aku melihat Farid dikasih beberapa lembar ratusan rupiah. Dan ketika Farid tahu kalau aku pergoki, dia cuman tersenyum kecut.

"Kalau mengandalkan gaji buruh pabrik sih, nggak bisa kirim ke kampung." itu dalihnya.
Bahkan setelah aku tahu kalau Farid adalah seorang gigolo, dia malah semakin tak sungkan melakukan bisnis mesumnya itu di rumah. Iiih.. betapa tersiksanya aku mendengar deru-deru nafas mereka di kamar sebelah setiap malam. Walau sebenarnya aku ngiler juga. Bayangkan setiap malam Farid bisa mengeloni dua sampai tiga wanita, dan tidak semuanya stw. Ada juga yang sepertinya masih lajang. Setiap malam pula omsetnya bisa sampai dua juta. Ngiri banget aku.






Malam itu aku tak menyia-nyiakan kepergian Farid. Dia nggak pulang malam ini, lembur katanya. Dan kebetulan sekali telpon berbunyi. Siapa tahu dari langganan Farid, karena biasanya transaksi mereka terjadi via telpon.
"Halo Farid..aku Sandra." terdengar suara mendesah di seberang begitu telepon diangkat.
"Aku tunggu di Platinum 156, cepat yah.. aku sudah telanjang sekarang.."
Glek! Aku telan air liurku berkali-kali. Job Farid datang. Bagaimana nih? Apa aku harus datang? Aku lihat isi dompetku, tinggal dua ratus ribu doang. OK deh, aku datang.

Hotel Platinum, tak susah mencarinya. Kemarin malam aku diajak Farid keliling-keliling kota dan sempat makan di restoran hotel itu. Setelah bertanya letak kamar kepada resepsionis aku segera menuju kamar 156. Didepan kamar aku kembali ragu, masuk atau tidak ya? Masuk tidak masuk tidak, aku hitung kancing kemejaku. Masuk.

Kreek..
Pintunya tak dikunci. Aku masuk dengan ragu-ragu. Kamar hotel itu seluas kamar Farid walau sedikit lebih bagus penataan ruangnya. Seorang wanita berumur 30 tahunan berada di atas ranjang. Dia agak terkejut ketika menyadari bukan Farid yang datang. Tapi kemudian dia tersenyum genit. "Siapapun kau aku ingin bercinta denganmu. Kemarilah.."

Sandra beranjak dari ranjang. Glek. Kutelan liurku ketika hendak meleleh. Wanita yang hanya memakai stoking rajut tipis tanpa CD dan BH itu segera mendekatiku. Stokingnya hanya sebatas lutut, lengannya juga tertutup stoking tapi badannya polos sama sekali. Seekor kupu-kupu menghias di toketnya sebelah kiri. Kedua gumpalan dadanya sekal dan besar banget, dan menantang banget. Begitu menantang sampai-sampai burungku bangun.

Sandra mengitari tubuhku yang sedikit gemetaran.
"Siapa namamu, sayang.." desah serak-serak seksi itu menyembur tipis di belakang telingaku.
"Ss.. saya Marwan." jawabku gemetaran.
"Marwan? Hmm.. jangan panik, kamu baru pertama ya? Aku suka banget.." kata Sandra sambil menggosok-gosokkan kemaluannya yang gundul ke pahaku.
Siir.. tiba-tiba saja kontolku tegang.
"Kalau gitu aku ajarin yah.." tambahnya sambil menggosokkan kemaluannya makin keras dan makin mepet di pahaku sampai celanaku sedikit basah oleh cairan yang keluar dari memeknya.

Lalu perlahan wanita yang sedikit jangkung itu mencium bibirku lalu berkata
"Balaslah Wan, hisaplah bibirku".
Aku menghisap bibir tebalnya. Bibiritu terasa kenyal banget ditambah bau tubuhnya yang wangi. Tiba-tiba Sandra memegang kemaluanku, aku sangat kaget.
" Wah pistolmu sudah tegang Wan," kata Sandra sambil tangannya dimasukkan kedalam celana jeansku. Darahku berdesir-desir, nafasku kembang kempis dirangsang sedemikian rupa.

Sandra berusaha melepaskan celana jeansku, tapi bibirnya masih terus aku lumat dengan penuh nafsu hingga akhirnya aku tinggal memakai celdam saja. Kami masih saling melumat, tapi tanganku mulai menggerayangi dada sekal Sandra. Tanpa gemetar lagi aku memegang buah dadanya dan memelintir bobanya. Sandra mendesis-desis lirih merasakan kenikmatan belaianku.
"Wan.. kamu memabukkan..ehgh.."
Nafasnya memburu berpacu dengan nafasku.

Aku menuruni leher mulus Sandra lalu berlabuh di kedua gundukan buah dadanya. Lalu dengan memberanikan diri aku menciumi bobanya, dan Sandra bertambah mendesis,
"Teruslah Wan, terus.. ach.. nikmat banget..".
Tanganku meremas-remas kedua bokong Sandra yang padat dan sekal. Sesekali jemariku menyusuri belahan pantat itu terus sampai ke lubang memeknya. Sandra yang semakin kegelian semakin merapatkan tubuhnya sehingga aku semakin leluasa mengenyot toketnya. Aku hisap bobanya kuat-kuat membuat Sandra mendorong kepalaku semakin terbenam diantara belahan toketnya. Aku sadari betul perubahan yang terjadi pada buah dada Sandra, semakin membengkak menggemaskan dan bobanya tegang, kenyal dan menantang.

"Wan.. ach.. ehmm ehmm" Sandra kembali melenguh-lenguh ketika jemariku mengutak-utik itilnya. Entah sudah berapa kali memek itu mengeluarkan lendir kenikmatan birahi Sandra. Panas birahinya sudah sampai di ubun-ubun.

Setelah puas menghisap boba buah dada Sandra aku mencoba menciumi memeknya, tapi Sandra berkelit.
"Aku pengin pistolmu dulu, pangeranku.." katanya kemudian.
Sandra mendorongku terlentang diatas kasur empuk kemudian dia menungging diatas tubuhku kemudian sibuk menciumi kontolku yang masih tertutup celdam krem. Posisi Sandra yang menungging memunggungiku membuatku leluasa mengutak-atik itilnya kembali. Kemudian aku memasukkan jempol kiriku ke dalam lubang kawinnya.
"Uach.. Marwaann.."

Mudah sekali jempolku itu masuk ke dalam memeknya. Lendir kental mengalir di selakangnya. Aku permainkan jempolku keluar masuk memeknya, Sandra semakin bergelinjangan. Entah saking tak tahannya, Sandra segera mengeluarkan kontolku dari CD lantas mengemutnya.

"Egh.. ach..Sand.."
Dadaku sesak menahan birahi yang meletup-letup didadaku. Baru pertama kali ini batang kemaluanku dihisap oleh seorang wanita. Sandra begitu terampil mengenyotnya. Semakin kuat Sandra menyedotnya dan
Crot..crot.. aku tak tahan lagi.
Spermaku keluar begitu saja. Tapi Sandra begitu menikmati spermaku yang muncrat seluruhnya ke dalam mulutnya.
"Mhmm.. nikmat Wan.. aku suka, lagi dong.."

Begitu Sandra hendak mengenyot kontolku lagi, aku segera menarik bokongnya hingga hampir menduduki mukaku. Langsung saja aku sedot memeknya
"Aaach.." teriak Sandra tertahan.
Sudah tak tahan aku, aku kerjain memek Sandra habis-habisan. Aku ciumi, aku gigit-gigit itilnya bahkan aku sudah berhasil memasukkan tiga jari tengahku sekaligus. Sandra misuh-misuh tapi segera mendehem-dehem keenakan. Aku sudah tak terkendalikan. Kalau sejak tadi aku seperti diajari sama Sandra, kali ini aku bekerja dengan naluriku sendiri. Dan kurasa Sandra tak keberatan, karena sekarang dia mendengking-dengking keasyikan.

Sruup..sruup..
Lendir kawin Sandra aku sedot dengan kekuatan penuh. Seluruh tubuhnya menggelinjang liar, lalu kembali lendir-lendir itu mengalir deras bagai sungai.
"Ough.. Wan, aku nggak tahan lagi.." erang Sandra semakin melebarkan selakangnya.
Lalu kontolku dipegangnya dan dimasukkan kedalam memeknya yang sudah licin berlendir. Perlahan-lahan batang pistolku amblas ke dalam lubang memek Sandra,
"Ach.. engh.." desisnya kemudian.
Dan Sandra mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya ketika aku mulai mengocok-ngocok kontolku. Kontolku terasa mengembang didalam memek Sandra, Sandra pun semakin mendesis.
"Ach.. Wan.. ehm.. ah.."

Jemariku meremas-remas payudaanya. Sandra terus menggoyang-goyangkan pantatnya sambil berkata, "Aku mau datang nih.. ".
"Hegh eh.." hanya itu yang aku jawab sebab aku masih sibuk mengentot memeknya.
Dan tak lama kemudian Sandra menjerit histeris karena orgasme dan mengeluarkan lendir kawinnya disela-sela kontolku yang masih tegang. Semakin liar aku remas-remas kedua buah dada Sandra hingga beberapa menit kemudian aku berbisik
"San.. sedikit lagi aku juga mau keluar".

Kemudian aku semakin memperkuat tekanan batang kontolku keliang memek Sandra, sehingga tidak lama setelah itu aku memuncratkan air maniku kedalam memek Sandra bersamaan dengan keluarnya cairan kawinnya untuk kedua kalinya.
"Uwah.." pekik kami bersamaan.

Belum puas aku memompa kontolku yang masih haus, aku meminta Sandra menungging. Dari belakang aku segera menekan masuk kontolku diantara pantatnya. Sandra mengejang beberapa saat. Tampaknya lubang pantatnya masih sangat sempit hingga kontolku sedikit kesulitan menembusnya.
"Egh.. ach.. sakit Wan.." erang Sandra.
Akhirnya seluruh batang kontolku sanggup menembus masuk ke lubang pantat Sandra. Bagai remuk kontolku digencet lubang yang masih sempit itu. Tapi sedikit tertolong karena spermaku kembali keluar membasahi liangnya. Kembali aku kocok-kocok kontolku maju mundur. Sandra mengerang panjang merasakan sesuatu yang sebelumnya belum pernah dirasakannya. Tangannya meremas-remas toketnya sendiri yang sudah sangat bengkak, bagai mau meledak. Aku pompa kontolku sampai lima balas menit, setelah itu aku mengerang kembali mendapatkan puncak libidoku.

Kontolku aku cabut dari dubur Sandra. Terasa tubuh ini sangat lemas, Sandra berbaring di sampingku. Kami saling berpelukkan dan berciuman. Ranjang itu sudah berantakan sekali.
"Wan.. kamu hebat, bahkan lebih hebat dari Farid. Sepertinya aku mencintaimu." bisik Sandra sambil terus menciumiku.
"Kamu mencintaiku atau mencintai pistolku?" sindirku.
"Hi.. hi.. kamu ini bisa saja.." Sandra mengikik lirih sambil menyentil-nyentil batang kontolku yang belum lemas benar.
"Kamu masih mau berlayar lagi, San?" tanyaku kemudian karena merasakan libidoku sedikit bangkit.
"Ah.. tidak sekarang, aku sudah tak kuat. Tapi aku puas banget say.."
"Kalau begitu jangan coba-coba membangunkannya, atau kita akan kembali melayang di atas angin." bisikku membuat Sandra semakin geli.

Ketika aku hendak pergi mandi aku lihat tubuh Sandra yang full naked itu. Kedua buah dadanya merah membengkak sedikit menguatirkan. Bekas-bekas remasan tangan-tangan kami menghias di kegua gundukan bengkak itu. Bobanya sedikit menghitam, mungkin karena aku terlalu kuat menyedotnya. Wajah Sandra terlihat kusut, tapi masih cantik. Keringatnya masih membasahi tubuh jangkung nan langsing itu. Beberapa kali terdengan gumaman dari bibir tipisnya, mungkin masih menikmati sisa-sisa pelayaran kami. Aku tersenyum tipis lalu masuk ke kamar mandi.

Begitulah, aku menjadi pemuas nafsu Sandra. Kami sama-sama puas dengan permainan kami barusan. Setelah itu Sandra menceritakan tentang sisi kehidupannya kepadaku. Dan tak lupa di akhir perjumpaan kami, di tengah malam buta, Sandra menyelipkan sebuah amplop ke dalam CD-ku. Kami berpelukan sebelum aku pergi, dan berjanji akan memanggilku lagi kalau dia sewaktu-waktu dia membutuhkan.

E N D

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.