Cerita Dewasa:
Hari-hari Penuh Keindahan 01
Namaku Kundalini. Sebenarnya aku malas menceritakan pengalamanku ini kepada orang lain. Apalagi aku harus mengetiknya terlebih dahulu. Tapi tidak apalah, demi pembaca situs pemersatu.fun tercinta ini.
Seperti tadi sudah kunyatakan, namaku Kundalini, cewek 25 tahun, 41 kg, 34B, 27". Aku tinggal di kota kecil di Jawa Tengah. Setelah menyelesaikan studiku di perguruan tinggi negeri di Jawa Tengah. Aku tidak mau terlalu spesifik. Kalaupun ada yang mau menghubungiku, e-mail saja kepadaku.
Aku termasuk orang yang bisa dibilang maniak dalam hubungan seksual. Aku pun mampu bertahan lama dalam menghadapi lawan jenisku. Untungnya aku tergolong pendiam. Sehingga orang tetap mengenalku sebagai Kundalini yang pendiam dan memang aku minder dan kurang banyak berteman. Selama ini aku menjalin hubungan dengan temanku yang bernama Prast. Prast tidak terlalu good looking, namun bisa dikatakan point tujuh, berkulit gelap, tinggi kurus. Bulu matanya kata teman-temanku indah seperti bulu mata cewek. Namun ada sesuatu yang lebih dari sekedar tampilan fisik. Setelah membaca ceritaku, mungkin anda akan paham apa yang dinamakan pria idaman, bagaimana definisinya. Mungkin ini pulalah yang membuat dia banyak mempunyai teman wanita, yang terus terang terkadang (meski jarang) aku agak sedikit cemburu. Menurut ceritanya, dia hanya telah pacaran dengan beberapa cewek, namun kurasa pasti lebih dari puluhan. Dengan dia pulalah aku pertama kali mengenal hubungan seks dan ternyata aku sangat menyukainya. Kami melakukannya hampir setiap malam.
Peristiwa ini berawal 3 tahun yang lalu ketika aku masih kuliah. Waktu itu aku ke rumah Prast. Seperti biasa kami nonton film di rumahnya. Kebetulan waktu itu Prast punya film bagus yang judulnya Powder. Kami rebahan sambil ngobrol. Sementara Prast asyik merokok. Selama ini, hubunganku hanya sebatas snogging, necking atau petting saja. Tidak pernah intercourse. Kalaupun ada yang harus disebutkan lagi, paling heavy petting saja. Namun siang itu terjadi sesuatu yang tidak kami perkirakan sebelumnya. Entah siapa yang memulai, aku atau Prast. Tapi kami saling berpagutan. Sementara tangan Prast masuk ke hem yang kukenakan dan meremas-remas toketku.
Satu yang kusukai dari Prast adalah dia selalu membuka bra yang kukenakan tanpa menggunakan tangan, tetapi menggunakan gigi. Itupun tanpa perlu melepas baju yang kupakai. Dia biasanya menggigit hook braku hingga lepas. Aku menyukainya ketika giginya terasa menyentuh punggungku.
Tangan Prast sekarang tidak lagi cuma bermain di toketku, namun sudah mulai turun membelai pusarku. Bibirnya pun meniup-niup pusarku. Geli rasanya, namun sangat merangsang. Lidahnya menjilati bulu-bulu yang ada di atas kemaluanku. Bolak-balik dari pusar ke atas kemaluanku. Aku paling suka jika Prast melakukan hal ini. Terutama waktu lidahnya menari menjilati sisi atas, kiri dan kanan dekat kemaluanku. Nikmatnya tidak terkira. Akupun mulai meremas-remas batang kejantanan Prast. Dia sangat menyukainya. Tanganku merogoh masuk ke dalam jeans-nya. Tak puas dengan hanya merogoh, kubuka dan kulepaskan celananya. Celana dalamnya kelihatan penuh dan ujung kemaluannya nongol dari celana dalamnya. Aku tertawa kecil melihatnya, kusentuh dengan menggunakan ujung jariku, Prast menggeliat kegelian dan cekikian. Prast menindihku dan kami bergumul di atas karpet.
Sejauh ini kami hanya bermain sperti ini. Hanya menggesek-gesekkan kemaluan kami tanpa melakukan intercourse. Namun siang itu rupanya lain. Aku meraih celana dalam Prast dan melepasnya, dan Prast pun berbuat demikian padaku. Celana dalamku lepas sudah, sementara baju masih kupakai. Prast sendiri pun demikian. Praktis pusar ke bawah, kami bebas.
Kembali Prast menindihku dibarengi dengan ciuman-ciuman yang mesra. Badanku terasa panas bergelora. Kurasakan badan Prast hangat menindihku. Batang kemaluan Prast menggesek-gesek di belahan kemaluanku. Prast mencoba menusukkannya. Aku pun, jujur saja sudah ingin melakukan persetubuhan, namun aku takut hamil. Tetapi akhirnya Prast membujukku untuk sedikit menggesekkan kepala kemaluannya ke lubang kewanitaanku. Aku menurut saja. Kepala kemaluannya terasa hangat menyentuh itilku. Nikmat kurasakan kegelian yang memuncak ketika kepala kemaluan itu menyentuh lembut bibir kewanitaanku. Kami tidak tahan lagi akan sensasi yang tercipta oleh gesekan itu.
Tanpa kusadari, gerakan tubuhku rupanya membuat kepala kemaluan Prast tidak saja menyentuh itilku, namun kini telah penetrasi lebih jauh masuk ke lubang kemaluanku. Aku kaget, berusaha menolak. Namun, dorongan untuk mencoba lebih jauh akibat kenikmatan itu telah membutakanku. Kupikir sebentar lagi saja, ah. Tanggung. Aku kaget setengah mati ketika kutarik kemaluan Prast terlihat darah di kepala kemaluannya. Kupikir ini pasti darah keperawananku. Aku menangis, menyesal. Kenapa tidak berhenti waktu kemaluan Prast hanya menyentuh itilku. Kembali aku menangis dan menangis menyesalinya. Prast mencoba meredakan tangisku. Namun aku tetap merasa tidak tenang. Akhirnya kuputuskan untuk pulang saja ke kost-ku.
Seminggu setelah kejadian itu, aku berpikir bahwa aku sudah tidak perawan lagi. Kenapa juga waktu itu aku berhenti sebelum mengalami kenikmatan. Itu juga tidak akan mengubah keadaan. Menangis pun percuma karena kenyataan akan tetap sama. Akhirnya waktu malam itu Prast datang, aku berhubungan badan dengannya. Lagipula aku ingin menikmatinya. Aku tidak mau membohongi diri sendiri. Kami melakukannya di kursi tamu di teras kost-ku yang gelap.
Aku memang lebih suka memakai rok dibanding dengan celana kalau berada di rumah. Karena itulah, mudah saja bagiku untuk bersenggama di teras. Terlebih lagi, kalau di kost-ku, apalagi kalau sedang kencan dengan Prast, aku memang jarang memakai celana dalam. Aku lebih senang yang praktis seperti ini. Meskipun selama ini kami hanya heavy petting saja atau kubiarkan Prast meraba-raba kemaluanku. Namun malam ini aku memutuskan untuk melakukannya karena aku pun sudah tidak perawan, kenapa tidak aku nikmati saja hal ini.
Prast memang ahli dalam foreplay, pandai sekali dia merangsangku sebelum akhirnya kami bersenggama. Rambutku yang panjang sepinggang dinaikkannya dan diciuminya punggung leherku. Turun sampai ke hook bra-ku. Digigitnya pelan dan dilepaskannya dengan mulut. Bagian inilah yang paling kusuka. Gigitannya terasa sangat mesra di punggungku, diangkatnya kaosku dan tangannya terasa mesra membelai punggungku. Aku benci dengan orang yang terburu-buru meremas toket. Mereka tidak bisa menghargai keindahan seni bercinta.
Aku duduk di atas Prast. Aku merasakan kemaluannya sudah mendesak tegang. Kuraihkan tanganku ke belakang dan menyusup masuk ke celananya. Aku sudah hafal ini. Agak susah memang, namun terasa asyik sekali ketika ujung jariku menyentuh kepala kemaluannya. Perlahan diangkatnya tubuhku. Secara reflek akupun mengangkat rokku sedikit. Dalam posisiku agak sulit untuk melepas kancing celana dan menurunkan ritsluitingnya. Prast membantuku. Kemaluannya kini tegak tinggi. Pernah aku mencoba mengukur kemaluan Prast, panjangnya sekitar 27 senti. Entah itu besar atau hanya sedang-sedang saja. Tetapi indah. Ototnya tampak menggelembung di keremangan terasku yang terpisah tirai bambu dengan jalan raya yang ada di atas kost-ku.
Aku segera menurunkan tubuh sembari membimbing kemaluan Prast ke liang kewanitaanku. Aku turun perlahan, berusaha menikmati segala keindahan yang tercipta dari fantasi cinta kami. Kurasakan agak sakit ketika pertama kali kemaluannya menyeruak masuk ke lubang surgaku. Untungnya kemaluanku sudah basah akibat foreplay yang dilakukannya, sehingga tidak terlalu perih waktu batang kejantanannya penetrasi masuk ke liang senggamaku. Uuugh, nikmatnya selangit. Kurasakan tubuhku memanas dan semakin panas serta melambung tinggi.
Pelan-pelan aku mulai menaik-turunkan tubuhku di atas Prast. Prast pun berusaha mengimbanginya dengan menusukkan batang kemaluannya dari bawah. Sodokan Prast terasa menyakitkan, tetapi juga nikmat. Aku mencoba menurunkan tubuhku secara penuh agar kemaluan Prast masuk semua ke dalam liang senggamaku, namun Prast bilang itu menyakitkan biji pelirnya. Kupikir benar juga. Akhirnya aku memintanya untuk menyodokkan kemaluannya keras-keras dan seluruhnya ke dalam liang kenikmatanku, karena kupikir dialah yang tahu persis apakah itu menyakitkan bijinya atau tidak.
Ternyata kenikmatan yang tercipta akibat sodokan itu sangat hebat. Aku menggeliat-geliat, sementara Prast tetap mencoba menahan tubuhku agar tidak terlalu banyak bergerak dan jatuh ke tubuhnya. Aku merasakan seluruh tubuhku bergetar dengan hebat. Gejolak yang kurasa ketika kami hanya melakukan gesekan kemaluan kalah jauh bila dibandingkan dengan kenikmatan yang tercipta waktu batang kejantanan Prast penetrasi ke lubang kemaluanku. Kalau saja aku tahu kenikmatan yang tercipta sedahsyat ini, pasti aku sudah melakukannya dari dulu-dulu. Lagian apa sih enaknya mempertahankan keperawanan.
Kurasakan batang kejantanan Prast menyodok-nyodok dengan kasar. Aku mencoba bergerak memutar, karena gatalnya kemaluanku akibat sodokannya. Tanpa kusadari, ternyata rotasi tubuhku semakin memperhebat kenikmatan yang kurasa. Selama kurang lebih 15 menit batang kejantanan Prast serasa bagai poros yang mengaduk-aduk isi kemaluanku. Prast pun meracau tidak karuan. Aku semakin menggila akibat kenikmatan itu. Putaranku makin kupercepat, searah jarum dan berbalik melawan jarum jam berbarengan dengan gerakan sodokan Prast. Wow, nikmatnya, bung. Anda harus mencoba hal ini dengan pasangan anda.
Prast memintaku untuk menghentikan sebentar permainan gilaku ini. Aku berpikir, aku memang baru sekali ini melakukannya, tetapi memang bercinta hal yang alamiah. Tanpa belajar pun aku rupanya bisa melakukannya. Sejenak kami terengah-engah dan terperangah oleh permainan kami sendiri. Aku baru tahu, permainan gaya inilah yang nantinya dikatakan Prast sebagai gaya anjing (doggy style). Hanya saja kami melakukannya tidak dengan posisi tubuhku bersandar ke tembok/kursi atau berdiri empat kaki seperti anjing dan ditusuk dari belakang. Kami melakukannya dengan dengan cara duduk, yang ternyata nantinya kuketahui memiliki kenikmatan yang sama namun tidak menyakitkan seperti jika dilakukan dengan posisi tubuh bersandar ke tembok/kursi atau apapun.
Kami hampir tidak percaya kami bisa bercinta sehebat itu. Prast dan aku terdiam sejenak, mencoba mengatur nafas dan menenangkan diri akibat sensasi yang begitu intens dari persenggamaan itu. Kalaupun kami mengetahuinya, kami hanya menontonnya dari film-film yang memang sering kami tonton. Namun mengalaminya sendiri adalah satu hal lain yang benar-benar berbeda. Tidak heran kalau banyak orang yang gemar kawin kalau memang kenikmatannya seperti ini. Tidak heran pula kalau banyak kasus seks pranikah, karena memang enak.
Setelah sekitar 5 menit menenangkan diri dan mengatur nafas, Prast menyuruhku untuk duduk di sampingnya. Kemudian dia menghadap ke arahku dan menusukkan kembali batang kejantanannya ke kemaluanku. Agak susah memang, karena teras kost-ku gelap. Kubimbing batang kejantanannya ke mulut kemaluanku dan secara reflek Prast langsung menusukkan kemaluannya. Oooh, nikmatnya waktu kurasakan kemaluan Prast menggaruk dinding dalam lubang kemaluanku. Kini aku berada di bawah, dengan posisi duduk mengangkang membuka kedua pahaku lebar-lebar. Prast kembali menusukkan dan menggoyang seperti yang kulakukan waktu aku berada di atasnya. Hujaman itu terasa menggelitik dinding kemaluanku yang semakin gatal. Basah makin kurasakan kemaluanku oleh cairanku yang keluar melumasi bagian dalam.
Aku turut mencoba menggoyangkan pantatku, namun agak sulit, karena aku di posisi bawah. Akhirnya aku mencoba mengimbanginya dengan menggoyang ke kiri kanan saja. Tangan Prast yang tadinya bertumpu pada pegangan kursi panjang kuangkat agar meremas toketku. Aku sudah tidak tahan lagi. Sensasi ini sudah demikian menggila. Pundak Prast kugigit. Kepalaku terhentak ke kanan dan kiri. Kukibas-kibaskan rambut panjangku. Tak puas, kujambak rambutku sendiri akibat kenikmatan yang kurasa.
Sudah setengah jam lebih kami ngentot, namun belum tampak tanda-tanda Prast akan mengakhirinya. Sementara aku sudah gilanya menikmati setiap tusukan batang kejantanannya yang disertai goyangan memutar. Kurasakan bagai tombak yang menghujam. Mengaduk-aduk seluruh syaraf nikmat yang ada dalam kemaluanku. Kalau tidak takut ketahuan oleh teman sekost, mungkin aku sudah berteriak-teriak, mengekspresikan segala kenikmatan yang kurasa.
Tidak tahan lagi aku mencapai puncak setelah sekitar 45 menit bersenggama. Entahlah, apakah itu tergolong lama atau tidak, namun kenikmatan yang kurasa tak mampu kutahan lagi. Dahsyat sekali waktu aku mencapai orgasme senggama pertamaku ini (kalau orgasme akibat gesekan saja sih aku sudah sering mengalaminya, itu pun setelah satu jam atau lebih). Basah kurasakan sampai pahaku, mungkin akibat cairanku yang meluap-luap. Aku menjambak rambutku sendiri. Kedua pahaku kurapatkan, kakiku mencengkeram pinggangnya dan menariknya, memaksanya untuk memasukkan batang kejantanannya secara penuh ke liang senggamaku. Nikmat sekali mencapai orgasme. Prast berbisik lembut agar aku menahan dan tetap bercinta. Anggukanku dibalasnya dengan tusukan tajam yang makin cepat. Kubiarkan saja dia mengobrak-abrik dinding kemaluanku. Pasrah, namun tetap berusaha mengimbangi dan menikmati sembari berharap semoga dia tidak langsung keluar.
Benar saja, baru setelah dua puluh menit aku orgasme, Prast baru mencapai orgasmenya. Dia meracau tidak karuan dan menggenggam pundakku kencang-kencang. Sakit, tapi kucoba menahannya dengan mengatupkan gigiku karena aku tahu Prast memerlukannya. Segera dicabutnya batang kemaluannya dari kemaluanku dan langsung dikocoknya di depanku. Spermanya muncrat dan ditumpahkannya ke toketku. Ada sebagian yang mengenai wajahku dan tembok di belakangku. Oooh, nikmatnya, waktu kurasakan hangat spermanya menyentuh kulit toket dan wajahku. Langsung kuusap. Aku tidak mau begitu saja melewatkan kehangatan spermanya di atas boba toketku. Diciuminya aku, kubalas dengan pagutan mesra. Nikmat dan mesra sekali kami malam itu. Meskipun pemula, kini aku tahu teknik untuk menghindari kehamilan dengan mengeluarkan batang kejantanannya dari liang kewanitaanku dan mengocoknya untuk membantu Prast orgasme.
Pengalaman pertama bersenggama inilah yang mungkin akhirnya mempengaruhiku menjadi cewek yang bisa dikatakan gila seks. Bayangkan, kami melakukan ini dua sampai tiga kali setiap malam (kecuali kalau aku sedang menstruasi, tentunya) dengan berbagai gaya yang berbeda. Prast memang pandai dalam membuatku jadi pecinta yang gila, dan yang aku herankan, aku yang pendiam ini terbawa permainannya. Lebih-lebih lagi, kata Prast, dia kadang-kadang sampai heran dan kewalahan mengatasi kemampuanku bertahan dalam bermain seks selama lebih dari satu atau dua jam.
Bersambung ke bagian 02