kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru Ome tv terbaru PEMERSATUDOTFUN

Ome tv terbaru

Tidak ada voting
Ome, terbaru
Ome tv terbaru
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Ome, terbaru yang ada pada kategori OMETV published pada 4 Juli 2023 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming Ome tv terbaru secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Kundalini 03


Sambungan dari bagian 02

Tangan kanan Prast kembali beraksi. Kini dengan memukuli pantatku yang terganjal bantal. Sakit tapi nikmatnya terasa sekali, sementara jempol dan jarinya bergantian memainkan itilku dan kontolnya menyodok memekku. Semakin sakit aku merasa semakin nikmat. Namun kami bukan pasangan masochis. Kami hanya sekedar bereksperimen dengan gaya bercinta.

Aku kembali mengejang karena orgasme, sementara Prast kulihat masih tegar dan menikmati permainan ini. Dua kali sudah aku orgasme. Mungkin inilah yang disebut sebagai multi orgasme. Bahagia sekali rasanya memiliki pasangan yang mampu memuaskan nafsuku. Prast pun sangat menyukai hal ini. Aku yang dianggap sebagai gadis desa pendiam dan rendah diri oleh teman-temanku sekelas di kampus sebenarnya adalah maniak seks. Sementara orang melihat Prast sebagai pemuda yang kekanak-kanakan karena kesenangannya akan kartun dan video game. Tidak seorang pun yang menyadari bahwa sebenarnya kami adalah pasangan yang sangat panas dalam bercinta.

Hampir dua jam sudah Prast meyetubuhiku dan belum tampak tanda-tanda ia akan orgasme juga. Kekuatan dan gaya bermain seksnya lah yang mungkin menjadikan aku makin cinta kepadanya. Aku turuti kemauannya untuk terus bersanggama sampai kapan pun.

Dua puluh menit kemudian barulah Prast mulai tampak goyah. Pertahanannya tampaknya akan segera jebol. Aku mulai memompa semangat berusaha memuaskannya. Tetapi apa yang terjadi justru sebaliknya, dia bertambah kencang dan aku bertambah lemah. Tidak, aku tidak boleh kalah, pikirku. Akhirnya aku kembali mengalami orgasme, mengejang keras, menggeretakkan gigi-gigiku karena tangan dan kakiku terikat.

Baru lima menit sesudahnya Prast mencabut kontolnya dan bergegas naik ke atas tubuhku dan menjepitkannya di antara kedua belah toketku yang ditekannya dengan tangan sehingga mampu memberi kenikmatan laksana dinding memek. Digesekkannya maju mundur sampai akhirnya spermanya dimuntahkannya di atas toketku dan dimintanya aku mengulumnya, setelah bersih tidak ada lagi sisa sperma yang menyembur.

Perlahan kurasakan kontolnya mengecil dalam mulutku sehingga dapat kukulum penuh dalam mulutku beserta buah pelirnya. Kami tersenyum puas tepat jam sebelas. Berarti kami bercinta kurang lebih selama tiga jam. Entahlah itu tergolong lama atau tidak, yang penting aku terpuaskan sampai tiga kali dan untungnya aku juga dapat memuaskan Prast, meskipun setelah itu kurasakan pergelangan kakiku terasa nyeri akibat ikatan yang terlalu kencang. Malam itu Prast akhirnya menginap di tempatku.






Setelah membersihkan badan, kami rebahan di kasur lipat tipis milik temanku sambil nonton berita menjelang tengah malam salah satu TV swasta. Tubuh kami masih terbalut handuk saja. Namun karena agak dingin, aku mengambil selimut di kamar dan berpelukan agar lebih hangat. Handuk kami lempar ke tempat pakaian kotorku. Kami terbiasa tidur telanjang berdua di rumah Prast. Di bawah selimut, kami berdua berpelukan, telanjang, sambil nonton TV. Segar sekali rasanya mandi setelah bercinta. Pikiranku jadi lebih tenang dan lebih jernih. Entah karena apa aku tidak tahu.

Kira-kira jam setengah dua dini hari, saat program TV sudah habis, Prast membopongku ke kamar. Aku kecapekan setengah mati setelah tiga kali orgasme malam itu. Prast selalu memilih sisi kanan ranjang. Itu tidak masalah, karena aku dapat tidur di sisi manapun. Namun ternyata, aku tidak dapat tidur pulas karena Prast selalu menggangguku dengan rabaan-rabaan nakal di pusarku dan bagian atas kemaluanku yang terasa sangat menggelitik. Kubalas dengan mencoba meraba kontolnya, tetapi, astaga, ternyata kontolnya sudah tegang mengacung dan aku tertawa karena selimut kami jadi mirip tenda pramuka. Digesek-gesekkannya kontolnya ke perutku. Aku yang tadinya kegelian kini jadi terangsang.

Tawaku berubah jadi sensasi aneh yang menjalari seluruh tubuhku. Aku pun mulai bereaksi dengan mencari tangan Prast dan membimbing tangannya untuk meraba dan meremas toketku. Aku memang terkadang gampang panas. Mungkin ini pulalah yang disukai Prast dariku. Sementara tangannya meremas toketku, tanganku bergerak ke bawah, mencoba menggapai batang kontolnya. Aku selalu menikmati momen-momen seperti ini. Kugenggam batang kontol Prast, kurasakan kehangatannya di telapakku dan kupejamkan mataku menikmati segenap sensasi yang muncul. Rasa hangat yang aneh, yang disertai berdirinya buluku seiring dengan sentuhan kulit tubuh telanjang kami berdua di bawah selimut.

Tiba-tiba Prast beranjak turun dari ranjangku dan bergegas ke ruang tamu. Aku heran, kenapa dia berbuat begitu. Ternyata dia mengambil toples yang berisi kripik singkong. Aku memang suka menyimpan keripik singkong yang jadi kesukaannya. Apa lagi yang hendak dilakukannya. Gaya bercinta yang selalu baru membuatku terheran-heran atas fantasinya. Sekarang apa lagi yang akan terjadi, aku hanya dapat menebak-nebak.

Diangkatnya selimut yang menutupi tubuhku, lalu ditariknya kakiku sehingga badanku terseret agak ke pinggir ranjang. Diremasnya keripik singkong itu kecil-kecil dan ditaburkannya di sekujur badanku. Kini aku sudah mulai dapat menebak jalan pikirannya. Setelah rata ditaburkannya keripik singkong itu di atas badanku, perlahan dia naik ke atas ranjang dan rebah di sampingku. Posisi tubuhnya miring sehingga memungkinkannya bersentuhan langsung dengan kulitku. Dia mulai dengan mencoba menjilati seluruh kripik yang ditaburkanya ke sekujur badanku.

Kini aku dihinggapi sensasi aneh ketika ujung kripik singkong yang kasar tersebut meyentuh kulitku sewaktu akan dimakan Prast. Campuran antara kasarnya ujung singkong dan lembutnya ujung lidah Prast menciptakan fantasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Ini sangat berbeda dengan rabaan atau ciuman mesra bibir Prast yang biasanya menghujani punggung dan dadaku.

Tanganku memelintir boba toketku sendiri keenakan. Kutarik kencang-kencang agar rasa gatal akibat gesekan ujung kasar keripik itu kalah. Tetapi hal ini tidak terlau banyak menolong. Aku makin panas dan bertambah horny. Kubiarkan lidahnya menari-nari di atas tubuhku, menjilati bersih semua kripik singkong yang ia taburkan. Sementara aku mencoba menikmati segenap sensasi yang timbul dengan berdiam diri. Semakin aku berusaha menekan, semakin tersiksa aku, namun kenikmatan yang kudapat akibat siksaan itulah yang membuatku tetap bertahan untuk mencapai titik akhir yang paling nikmat.

Terdengar gila memang, cewek seperti aku yang pendiam ternyata memiliki fantasi seksual yang aneh. Mungkin ini pula yang membuatku melayani Prast untuk main kasar tanpa harus menjadi seorang sadomasochis. Prast lah yang mengajari semua yang kutahu, termasuk semua istilah seksual yang tadinya adalah tabu bagiku. Karena Prast pulalah, fantasi seksualku makin menggila. Tampaknya aku memang berpotensi untuk memiliki fantasi seksual yang agak sakit.

Tidak perlu kukatakan betapa nikmatnya waktu lidahnya berputar-putar di sekeliling bobaku karena aku yakin pasti anda sudah tahu. Namun waktu lidahnya mulai menjilati pusarku, inilah bagian yang paling kusuka. Aku justru merasa sangat terangsang ketika jemari atau lidah Prast membelai bagian antara pusar dan lubang kelaminku. Tanpa diminta pun, Prast sudah tahu dan sedikit berlama-lama ketika mencapai bagian ini. Pria satu ini memang penuh pengertian dan jagoan bercinta.

Setelah puas dengan sedikit foreplay, Prast berbisik lembut kepadaku untuk mengambil agar agak memiringkan badanku. Pasti ada posisi baru, bathinku. Aku turuti kemauannya, kumiringkan badanku ke kiri. Prast segera mengambil posisi di dekat selangkanganku dan menelentangkan badannya. Selangkangan kami bertemu. Aku mulai paham, poros bertemu poros. Kaki kanan Prast di dadaku, sedangkan yang kiri di punggungku. Begitu pula dengan kakiku yang ada di dada dan di bawah punggungnya yang sengaja diangkatnya sedikit.

Perlahan Prast menusukkan kontolnya ke lubangku. Napasku tertahan waktu Prast memintaku untuk beringsut mendekat. Seiring aku mendekat, kontolnya makin terbenam ke lubangku dan gerakanku menciptakan sensasi aneh. Mungkin ini terjadi karena kontol Prast secara tidak beraturan membentur dinding kemaluanku. Posisi gunting seperti ini sungguh memberi kami kenikmatan yang teramat sangat. Ini kurasakan karena dengan posisi begini, kontol Prast dapat masuk seluruhnya ke dalam memekku. Bahkan kurasakan tulang kemaluannya keras membentur dinding luar lubang memekku.

Untuk memudahkan gerakannya, Prast sedikit mengangkat tubuhnya dengan jalan bertumpu pada tangannya. Posenya seperti orang senam kuda-kuda pelana. Kakinya sedikit menekuk tepat di depan perutku. Dengan cara seperti ini, tubuhnya dapat bergerak seperti naik turun, tapi dalam kondisi miring. Dia memulainya dengan gerakan perlahan, namun secara pasti makin bertambah cepat. Tubuhku terhentak-hentak tidak keruan karena sodokannya dari bawah tersebut. Aku berusaha untuk turut bergerak, namun terasa agak sulit, dan terlebih lagi Prast memintaku untuk menikmati saja setiap tusukannya.

Aku tidak tahan lagi. Ayo kundalini, tahan orgasmemu sebentar lagi, bisikku dalam hati. Terus terang sangat sulit bagiku untuk tidak langsung orgasme dengan posisi sanggama seperti ini. Aku berusaha menahan orgasme dengan menekan kenikmatan yang kurasakan. Secara psikologis aku memang agak tertekan kalau begini. Aku tahan semampuku, namun jebol juga pertahananku. Aku tidak kuat lagi untuk menahan segenap cairan yang sudah meluap-luap di dalam kemaluanku. Aku rengkuh betis Prast dan kutarik sekuatnya agar kontolnya terbenan seluruhnya ketika aku orgasme.

Aku tahan beberapa waktu dan Prast menurut saja. Kupikir dia tahu aku mencapai puncakku. Kurasakan hangat dan nikmat. Aku pasrah saja dan membiarkan Prast melanjutkan permainan kami. Lagian aku juga menikmati setiap tusukan Prast ketika kami bersanggama.

Tidak lama kemudian kulihat lutut Prast sedikit bergetar. Pasti dia sudah hampir memuncak, pikirku. Dan benar saja. Gerakan Prast cepat dan bertambah cepat serta tidak teratur. Kini dia tidak saja menghunjamkan kontolnya, namun juga menggoyangkannya. Mau tidak mau aku yang tadinya pasrah menikmati, akhirnya jadi tambah tinggi juga karena tusukan yang disertai goyangan ini.

Ehhg, jeritku tertahan. Aku mencoba menahan diri ketika kurasakan Prast mencabut batang kontolnya dan duduk mendekatiku. Secara refleks, langsung kukocok kontolnya, sementara tangan Prast meraih memekku dan memainkan itilku dengan jari tengahnya (mungkin karena hal ini tanda jari tengah dianggap 'saru'). Dengan gemasnya jari Prast menekan-nekan itilku, dan ini membuatku makin terangsang.

Segera saja kumasukkan sebagian batang kontolnya ke mulutku dan kuoral dia, keluar masuk mulutku sambil kumainkan lidahku di glan kontolnya. Tidak tahan dengan hisapan dan jilatan lidahku, Prast akhirnya memuntahkan seluruh spermanya. Ditekannya kepalaku agar seluruh kontolnya masuk ke mulut, dan benar-benar menyentuh anak tekakku. Kurasakan enam kali semburan keras diikuti beberapa kali semburan kecil. Semua spermanya tertelan olehku. Aku hampir muntah ketika kontolnya menyentuh anak tekakku. Untung aku sudah agak terbiasa dengan batang kontolnya yang, menurutku, lumayan panjang.

Sebenarnya aku agak jijik kalau harus meminum spermanya. Tapi kali ini apa boleh buat, ini juga tidak terhindarkan dan langsung masuk ke tenggorokanku. Ketika itu aku pun tidak terlalu merasakan jijik karena sedang terbuai kenikmatan jari Prast yang dengan kerasnya menekan dan memutar-mutar di itilku serta meremas bibir kemaluanku dengan ganasnya. Perbuatannya memaksaku untuk mencapai orgasme kedua yang hanya berbeda beberapa saat dengan saat Prast mencapai puncaknya.

Hari itu kami bangun agak telat, pada saat acara musik TV swasta yang ditayangkan setiap jam 08.30 pagi sudah hampir usai. Kami menikmati hari berdua saja dan hanya keluar rumah kost untuk membeli makanan.

TAMAT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.