Cerita Dewasa:
Tauke Muda Haus Seks
Menjelang tahun baru 2004 aku dapat pesanan banyak barang. Dari pakaian sampai ke alat dapur. Aku ingin 'One Stop Shopping', sekali jalan segalanya kudapat. Dan itu hanya bisa kalau aku belanja ke Mangga Dua.
Sesudah hampir seharian aku belanja ini itu sesuai permintaan pelangganku aku perlu istirahat untuk minum dan sedikit makanan kecil. Aku mampir di sebuah warung yang ada di setiap pengkolan gang diantar kios-kios Pasar Mangga Dua itu. Aku mencari tempat duduk yang adem sambil menunggu pesanan juice buah segar dan semangkok siomay.
Barang-barang yang aku belanja telah diurus untuk dipak dan dikirim ke rumah oleh orang di Mangga Dua yang memang biasa memberikan pelayanan jasa untuk keperluan itu. Tiba-tiba ada orang cina muda, belum 26 tahunan, menegur aku..
"Sudah belanjanya, Bu? Ini punya ibu ya?", dia bawa HP-ku.
Aku baru sadar bahwa barang itu lepas dari tanganku. Wah.. Untung aku ketemu orang yang jujur.
"Tadi waktu ibu belanja di toko saya, ini ibu taruh di dekat kasir, terus ibu tinggal. Saya nyusul ibu sudah hilang. Eehh.. Tau-tau ketemu di sini. Kebetulan saya juga mau makan siang", dia memberikan keterangan padaku dengan sangat ramah.
Aku suka bisa kenalan dengan dia. Ternyata dia tauke di tempat aku belanja perabot dapur tadi. Namun di samping keramahannya aku melihat bagaimana matanya nampak seakan menelanjangi tubuhku. Dasar mata lelaki. Nggak Jawa, nggak China, nggak Arab sama saja. Mata macam itu adalah mata lelaki haus. Mata yang minta dipuaskan hasrat syahwatnya. Aku sendiri memang sepenuhnya menyadari bahwa banyak lelaki yang sering melototkan matanya melihati tubuhku. Dengan usiaku yang telah menginjak 28 tahun teman-temanku bilang aku memilik 'sex appeal' atau pesona seks yang sangat kuat. Jadi aku tak begitu heran akan tingkah laku tauke penjual alat dapur ini.
Namun sepertinya aku berhutang budi karena dia telah mengembalikan HP-ku hingga aku menghadapinya dengan ramah. Bahkan aku juga melemparkan kelakar untuk menyenangkan hatinya..
"Engkoh masih muda sudah jadi tauke, nih. Dimana saja tokonya koh? Disamping perabot dapur ada jual lainnya apa koh?",
Wah.. Dia bangga dengan macam-macam pertanyaanku ini.
"Saya ada 11 toko yang menjual macam-macam. Memang begitulah orang China kalau dagang. Apa yang sedang rame. Disini ada 3 toko. Di blok seberang ada 1 toko. Lainnya ada di Blok M, Kelapa Gading Plasa, Pondok Indah Plasa dan Taman Anggrek",
"Wah.. Kaya raya dong koh. Nggak ngira ini. Masih muda, kaya raya", meluncur kekagumanku yang sekaligus pujian bagi tauke muda ini. Nampak dia semakin bangga.
"Boleh dong kapan-kapan aku mampir ke toko-toko lainnya".
"Boleh, boleh Bu. Sekarang kalau ibu mau, kebetulan saya memang harus ke Kelapa Gading untuk ngeliat omzetnya. Mau?", dia begitu serius menanggapi omonganku.
Namun naluriku juga mengisyaratkan hal yang lain. Matanya yang terus menerus menguliti bagian-bagian tubuhku semakin berani dan tidak malu-malu. Bahkan saat matanya tertumbuk dengan mataku dia memandang ke dalam mataku dengan tajam,
"Ayo, Bu. Sambil lihat-lihat keramaian. Nanti saya ajak ibu makan. Ada American Steak yang enak banget di Kelapa Gading", dia semakin membujuk aku.
Dan aku sepertinya menikmati permainan ini. Keluar sifat isengku. Aku bersikap seolah mau dan tidak mau yang membuat tauke muda ini semakin penasaran. Kini aku mainkan jurus ber-gaya-ku. Dengan pura-pura membetulkan tatanan rambutku tanganku mengelusi kepalaku. Dengan cara itu aku menunjukkan ketiakku yang indah dan bersih menebarkan wewangian yang merangsang siapapun yang mengendusnya. China itu nampak mengenduskan hidungnya sambil menelan air liurnya. Dia seakan sedang melumatkan bibirnya ke lembah ketiakku ini. Nampaknya dia semakin tidak sabar. Taoke muda itu bangun dari kursinya untuk meninggalkan aku namun kutangkap tangannya,
"Terima kasih HP-nya koh", lantas kulepaskan peganganku dan membiarkan dia pergi. Tetapi dia tak juga bergegas pergi,
"Sayang ibu tak mau melihat tokoku. Tetapi saya suka telah ketemu ibu yang cantik. Sesungguhnya saya pengin sedikit bersenang-senang", dia mengucapkan kata terakhir yang bagiku penuh arti. Kembali kutangkap tangannya,
"Apa maksud koh, eehh.. Pengin bersenang-senang..?", tanyaku tajam.
"Saya naksir ibu. Dan kalau ibu suka saya pengin ngajak ibu tidur".
Hebat tauke ini. Dia mengucapkan kata-kata yang bisa dianggap kurang ajar pada aku seorang perempuan dengan penuh percaya diri. Dan dia tidak berkedip memandangi aku. Dia menunggu apa reaksiku.
Ternyata yang semula aku merasa bisa ngatur dia kini terbalik. Ucapannya yang penuh percaya diri serta pandangannya yang tajam tanpa kedip itu sungguh membuat aku bertekuk lutut. Aku mendambakan lelaki jantan macam ini. Adakah aku sedang berhadapan dengan 'Jackie Chan'? Edan.. Dan aku masih berusaha tidak kehilangan seluruh mukaku. Aku tidak mau jadi pecundang. Aku bangkit dan meraih lengannya dengan sepenuhnya menyadari bahwa aku sedang digandeng tauke muda yang haus untuk melahap tubuhku.
Begitu naik ke mobilnya yang bukan main karena merknya 'Jaguar', dia tidak lagi membicarakan toko-tokonya. Sambil tangannya langsung mengelusi payu daraku kemudian menyusup ke BH-ku dia menawarkan padaku, mau tidur di mana? Di Hilton, Mandarin atau Grand Hyatt? Aku serahkan padanya. Dengan HP-nya dia minta FO Grand Hyatt menyediakan Suite Room di lantai 8 yang menghadap ke Patung Selamat Datang di bundaran HI yang terkenal itu.
Sepanjang perjalanan yang memakan waktu hamper 1 jam karena kemacetan Jakarta tangannya telah merabai seluruh bagian-bagian peka di tubuhku. Aku menggelinjang hebat. Aku pernah selingkuh beberapa tahun yang lalu. Tetapi selingkuh yang ini sungguh sangat sensasional bagiku. Saat turun dari mobil, aku sudah tidak memakai BH dan celana dalam lagi. Tangan-tangan tauke muda ini dengan lincah telah melepasinya di sepanjang jalan Thamrin tadi. BH dan celana dalamku kini terserak di lantai Jaguarnya. Kami langsung menuju lift yang mengantar kami ke Suite 816 Grand Hayyat Hotel, Thamrin, Jakarta.
Aku menikmati bagaimana China kaya ini mengolah tubuhku. Sesaat sesudah mengunci kamar dia hempaskan aku ke ranjang dan dia bekerja. Disibakkannya gaunku. Kepalanya nyosor mendorong wajahnya tenggelam ke selangkanganku. Aku menggelinjang hebat saat lidah dan bibirnya melumati lembah selangkanganku.
Dia raih tungkai kakiku ke pundaknya. Tangannya erat-erat memeluki pinggulku. Bibirnya menyedoti memekku. Dia mengisep-isep cairan birahiku yang mengalir deras. Aku bukan lagi menggelinjang. Aku berontak karena tak tahan menanggung kegelian birahi yang sangat dahsyat. Suamiku tak pernah berbuat begini.
Dengan sekali sentak akhirnya rok & blusku lepas dari tubuhku. Kini dia yang masih lengkap berpakaian melihati aku yang telanjang bulat. Seperti beruang kutub yang menyaksikan korbannya, anjing laut yang manis yang tak berkutik menunggu dilahap pemangsanya. Aku melenguh dan mengeluh karena nikmat yang melandaku. Aku menanti jamahan kejam erotisnya.
Kembali China muda ini menyeret kakiku dan membiarkan setengahnya terjuntai ke karpet mewah Suite Room ini. Saraf-saraf pekaku tergetar saat nafasnya kurasakan mengendusi pahaku. Dia nampaknya ingin memandikan aku dengan lidah dan ludahnya. Dia mengungkapkan kehausan libidonya. Dia mulai melahap tubuhku.
Untuk kepuasannya tauke muda ini menunjukkan egonya. Dia tidak penuhi rintihanku untuk meremasi kontolnya. Dia tetap mempertahankan kelengkapan pakaiannya. Apakah dia menunggu aku menangis dan bersembah memohonnya? Ternyata aku memang harus bersabar.
Tauke muda ini benar-benar memandikan aku dengan ludah dan lidahnya. Tubuhku dibolak-balik, diputar, dijungkirkan, telentang, jongkok hingga nungging untuk melatakan bibir dan lidahnya. Akibatnya luar biasa. Aku bisa tergiring dan meraih beberapa kali orgasme tanpa dia telanjang dan ngentot memekku. Sungguh luar biasa karena seingatku 5 tahun terakhir aku hanya bisa meraih beberapa kali orgasme saat tidur dengan suamiku. Itupun aku yang berusaha keras dengan mengkhayal seakan aku sedang dientot serombongan Satpam Mangga Dua tempat dimana aku sering datang dan belanja.
Sesudah diseling istirahat untuk makan sore, dengan tetap membiarkan aku telanjang tauke muda itu kembali melahapi tubuhku. Kali ini dia melepaskan pakaiannya sendiri hingga telanjang bulat pula. Dan aku sungguh terkejut namun sekaligus terpesona saat melihati kontolnya. Langsung kuraih dan kugenggam kontol itu.
Taoke muda yang aku pikir sosoknya biasa-biasa saja ini ternyata menyimpan kontol yang nggak disunat, gede dan panjang. Kontol itu sudah ngaceng tetapi kulupnya tetap membungkus setengah bonggol kepalanya. Warnanya bening sebening kulitnya. Dan sungguh nikmat menggengam kontolnya itu. Rasanya kontol suamiku tak sampai separuhnya.
"Kamu isepi dulu Bu biar lebih gede dan keras. Biar enak kalau masuk ke memekmu nanti", katany dengan nada memerintah.
Sementara kontol itu telah didorong dan disentuh-sentuhkan ke mulutku. Sungguh mati, 5 tahun sudah perkawinanku namun aku tak pernah sekalipun ngisep kontol suami. Rasanya jijik aku. Suamiku juga nggak tega berbuat begitu padaku. Namun China muda ini..
"Ayoo Bu.. Isep.. Enak nih.. Ayoo", nampaknya dia nggak suka aku menolak kemauannya.
Aku agak gugup dan rasanya sudah mau muntah. Namun tangan tauke ini meraih kepalaku dan menariknya untuk menerima tonjokan kontolnya di mulutku. Aku terpana dan..
"Aaarrcchh.. Jj.. Jangaann.. Hheehh.. Tidaakk mmbbllpp.. Mmbllpp.. Hhllmm..".
Akhirnya ujung kontolnya berhasil menguak celah bibirku. Terbersit rasa asin-asin dicelah bau bawang putih dari selangkangan China ini. Aku tak lagi mampu mengelak. Dengan pasti kontol itu masuk ke mulutku. Didiamkannya sesaat sementara tangan kiri tauke tetap menjambak rambutku untuk menahan kepalaku dan tangan kanannya merangsek memilin-milin boba susuku. Jangan tanya rasa yang melandaku.
Ada pedih, ada sakit, ada nikmat. Semua tercampur menjadi satu. Aku hanya mengeluarkan desah dan hhllppmm.. Sementara menunggu cina muda itu memompakan kontolnya dan ngentot mulutku.
Benar juga yang dia bilang. Sesaat setelah mulai memompa mulutku kontolnya terasa makin gede, makin gede, gede dan uuhh.. Keras banget. Dan tanpa kira-kira dia memompa mulutku dengan sepenuh semangatnya. Kerongkonganku tersedak. Nyaris aku tak bisa bernafas. Dengan sepenuh tenagaku tanganku menahannya dan menolak hingga kontol itu lepas dari mulutku.
"Udahh.. Mulutku tersedak..".
Dengan cepat dia mengalihkan sasarannya. Kembali aku diseretnya ke tepian ranjang. Tungkai kakiku dia panggul sementara kontolnya diarahkan dengan tepat ke lubang memekku yang memang telah dilanda kegatalan birahi yang sangat.
Sesaat setelah kepalanya dikocok-kocokkan di gerbang memekku yang telah basah dan becek oleh cairan birahiku, kontol gede dan panjang milik China muda itu amblas menembus memekku.
Adduuhh.. Sepertinya kehausan dan dahaga syahwatku mendapatkan penyembuhan. Bibir dan dinding memekku mencengkeram keras batangan yang menghunjam-hunjam itu. Rasa gatal dan legit menjadikan sensasi nikmat yang tak terpana. Taoke muda merundukkan kepalanya untuk melumati boba susuku. Rasa lumatannya membuat aku menggelinjang hebat. Tanganku mencabik-cabik rambutnya untuk menahan kegatalan yang melandaku dengan dahsyat. Aku meraung histeris. Pantat dan pinggulku berkejat-kejat menjemputi kontol gede dan legit itu. Keringatku mengucur dersa dalam dinginnya Suite Room Grand Hyatt.
Akhirnya aku merasakan kehanyutan sanubari saat bibir cina muda ini nyosor menyedoti bibirku. Ludahku dan ludahnya saling berganti. Rasa dahaga syahwatku tersalurkan oleh aliran ludahnya yang berpindah ke mulutku. Entotan legit kontol tauke ke lubang memekku yang semakin mencepat membuat lumatan kami semakin intens. Dan ketika tiba-tiba cina muda ini menarik bibirnya lepas dari bibirku, aku berteriak kecewa..
"Jangann.. Tolong.. Aku haauuss.."
Namun cina itu bukan kembali memagut aku. Dia hanya meludahi mulutku. Terus meludah dan meludah.. Dan aku yang didorong begitu dahaga terus menganga menerima limpahan ludahnya.. Entotan legit kontolnya tak lagi terkendali. Dinding memekku terus mencengkeram dan meremas-remas batangan yang keluar masuk itu. Tauke muda ini nampak sedang menjemput puncak nikmatnya.
Aku rasakan kedua tangannya semakin memeluk erat tubuhku. Dan aku terbawa arus birahi mencengkeramkan cakarku kedaging punggungnya. Dan sampailah.. Kedutan besar aku rasakan dalam lubang memekku. Semburan panas sperma tauke muda ini tumpah ruah membanjir di lubang memekku. Aku pasrah menyerah dalam nikmat entotan cina muda ini. Pantatku mengejat-ejat mendorong memekku meremasi batangan kontol si tauke. Bibirku cepat menyedot ludah dari bibirnya.
Dalam hujan keringat dari dua tubuh telanjang kami ini, kami diam untuk beberapa saat. Sesekali masih terasa berkedut kontol tauke ataupun remasan dinding memekku.
Tepat jam 5 sore aku keluar Suite Room 816 Grand Hyatt. Tauke muda ingin sendirian di kamarnya. Padaku dia serahkan amplop berisi uang,
"Nih, Bu, untuk naik taksi pulang. Aku nggak bisa nganter ibu ya. Terima kasih Bu".
Aku terima amplopnya tanpa membukanya. Aku merasakan aneh .. Kok hanya begitu sudahannya. Sepertinya aku ditendang keluar kamarnya.
Di lorong menuju lift aku membuka amplopnya. Kudapatkan uang Rp 300 ribu dan 5 lembar voucher belanja di Carrefour masing-masing senilai Rp 500 ribu. Aku mesti bagaimana? Khan memang tak ada 'commitment' apa-apa sebelumnya. Dan aku memang bukan pelacur khan?
*****
Jakarta, Oktober 2004
E N D