Cerita Dewasa:
Kenari 04
Sambungan dari bagian 03
Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dengan perlahan dan lembut kuciumi kembali memek yang sebenarnya ini. Nari pun mulai menggeliat kembali. Suaranya kembali keluar. Diawali dengan desisan dan diteruskan dengan nyanyian birahi yang mulai naik. Lidahku menari-nari pada bagian labia mayoranya. Dan sedikit demi sedikit Nari dengan sendirinya membuka kedua pahanya, sehingga memek yang telah basah itu terlihat lebih merekah. Aku dapat melihat dengan jelas itil yang muncul dari balik labia mayoranya. Tanpa menunggu lama kusambut kemunculan itil itu dengan kecupan tepat ke arahnya.
"Aaghh..!" lenguhan Nari terdengar agak panjang.
Kecupan itu pun kulanjutkan dengan menjilati itil itu. Nari pun bereaksi dengan menggoyang-goyangkan pinggulnya. Suara nyanyiannya terdengar lagi. Kedua tangannya mencengkeram rambutku dan menekan kepalaku untuk lebih dalam lagi menjilat itilnya. Sambil menjilati itilnya, sekali-kali aku juga menjilati labia minoranya dan sedikit merasakan cairan birahi Nari. Rasanya seperti permen Nano-nano (manis, asem, asin, rame rasanya..!).
"Oh.. terus Tong.. Enak Tong.. yak.., enaak..! Aduuh.. teruus..! Oh.. oh.. oohh.. I'm coming Tong. I'm coming Tong. I'm comiinng..!" Nari melenguh panjang.
Pinggulnya dia naikkan tinggi-tinggi, sedangkan kedua tangannya mencengkeram erat rambutku dan menekan lebih keras lagi kepalaku ke arah memeknya.
Sesaat aku dibuat sakit dan susah bernapas oleh perlakuannya ini, tapi aku menyadari dia lakukan itu di luar kesadarannya, karena saat ini yang dia rasakan hanya luapan kenikmatan karena datangnya orgasme yang kuyakin jauh lebih nikmat dari orgasme-orgasme yang telah dia rasakan sebelumnya.
Karena aku sendiri masih penasaran dan aku baru saja membaca bahwa wanita dapat memperoleh multiple orgasm, maka jilatan pada itilnya tetap kulakukan walaupun dia telah sampai pada orgasmenya yang pertama. Rupanya apa yang kulakukan itu benar, napasnya semakin memburu lagi.
"Toong, I'm.. coommiinng.. aggaiin..!" kata-katanya tertahan yang menunjukkan bahwa Nari telah sampai lagi pada orgasmenya yang kedua menyusul setelah datangnya orgasme yang pertama.
Aku masih penasaran lagi, semakin kupercepat dan kuperdalam jilatanku. Dia mencengkeram semakin kuat, "Suuddaah Tong, aakkuu nngaakk kkuuatt llaggi..!"
Akhirnya jebollah pertahanannya yang ketiga. Dia baru saja mengalami orgasme yang beruntun sebanyak tiga kali. Aku sangat puas dan bahagia dapat memberikan kepuasan yang maksimal pada orang yang sangat kucintai.
Tubuhnya lunglai, tangannya lemas, napasnya cepat naik turun seakan-akan baru saja dikejar hantu, matanya terpejam erat, mulutnya menganga dan bibir memeknya mengeluarkan banyak sekali cairan kenikmatan. Sprei kasurku seperti terkena ompol bayi. Tapi aku tidak perduli. Kujilati sampai habis cairan memek yang ada di bibirku. Kemudian kudekatkan wajahku ke wajahnya yang masih terpejam. Dia jauh lebih cantik jika selesai mengalami orgasme.
Kukecup lembut keningnya, pipi kanannya, pipi kirinya dan terakhir bibirnya yang merah merekah.
Kemudian kubisikkan lembut di telinganya, "I do love you, Nari."
Dengan mata masih terpejam dia angkat kedua tangannya untuk memeluk leherku, kemudian menarik kepalaku agar pipi kami saling bersentuhan. Dia tidak berkata apa-apa, tapi aku yakin Nari juga mengucapkan kata-kata yang sama dengan yang kuucapkan padanya.
Walaupun kami sudah melakukan pertempuran yang seru dan kontolku sudah menegang dalam tegangan yang maksimal dan telah sedikit mengeluarkan sperma di ujungnya, aku masih belum tega untuk bertindak lebih jauh tanpa permintaan dan persetujuan dari Nari sendiri, karena sekali lagi aku sangat sangat sayang padanya.
Setelah napasnya teratur kembali, Nari mulai membuka matanya. Sementara itu aku masih duduk di sampingnya memandangi wajah cantiknya yang tidak bosan-bosannya aku memandangnya. Kedua telapak tangannya memegang telapak tangan kananku.
"Tong, saat ini kamu sudah mengetahui setiap lekuk tubuhku. Sudah tidak ada lagi yang aku tutupi darimu, kamu sudah melihatnya. Kamu sudah memberikan kepuasan-kepuasan kepadaku yang belum aku rasakan sebelumnya. Dengan pacarku yang dulu aku hanya sampai batas ciuman di bibir saja, tidak lebih. Denganmu, aku telah berikan semua ini kepadamu. Tapi aku hanya minta satu darimu, aku ingin menyerahkan keperawananku pada saat malam pertama setelah kita resmi menikah, walaupun saat ini kita tahu papa dan mamaku sangat tidak setuju dengan hubungan kita, tapi dengan 'perang gerilya' yang kita lakukan ini dan usahamu untuk meyakinkan ayah dan ibu, bahwa kita tidak dapat dipisahkan, kita harus hidup bersama sampai mati. Kamu sanggup menjaganya, Tong..?"
Aku hanya mengangguk diam.
Nari kemudian bangun dan memelukku.
"Terima kasih Tong. Nari sangat sayaang sama Itong."
Dikecupnya kedua pipiku dan kembali memelukku dan diam sejenak. Wajahnya kemudian menunduk, seakan ada yang dilihatnya. Tangan kanannya bergerak, dan memegang benda yang selama ini belum pernah disentuhnya, kontolku. Ops..! Seperti ada sengatan listrik di tubuhku saat kontolku tersentuh oleh jari lembutnya.
"Toong, aku juga kagum sama kamu. Selama kita berhubungan seperti ini, tak pernah sekalipun kamu meminta aku untuk memegang 'benda' ini apalagi memuaskanmu, kamu kuat sekali menahannya. Apa kamu nggak kepingin, Tong..?"
Aku hanya diam saja, dan semakin mempererat pelukanku padanya, sementara jarinya masih terus mengelus kontolku dari luar celana hawaii yang kupakai. Dalam hatiku, mana ada sih pria yang tidak mau kalau ditawarin seperti itu. Tapi rasa cinta dan sayangku kepadanya membuatku tidak sanggup untuk meminta dan melakukannya.
Tiba-tiba Nari melepaskan pelukan kami.
Wajahnya tersenyum nyengir sambil mengacungkan jari telunjuknya ke wajahku dia berkata, "Sekarang aku minta pertanggung jawabanmu. Kamu sudah lihat semua bagian dari tubuhku ini dan kamu juga telah membuatku melayang-layang kenikmatan. Aku kan pingin juga lihat anumu, eeh.. itumu, dan membelainya, mengelusnya, dan lain-lain.. sampai dia muntah-muntah."
Matanya melotot, tapi bibirnya tersenyum.
Kujepit saja hidungnya dengan kedua jari tanganku sambil tersenyum juga, habis gemas aku. Akhirnya bibirnya yang lembut itu mencium bibirku. Dan kedua tangannya melepas t-shirt yang dalam pertempuran tadi tidak terlepas dari tubuhku. Tampaklah di depan matanya dada telanjangku. Dia langsung mencium dan menjilati leherku. Geli aku rasanya. Tapi aku ingin menikmati apa yang akan dia berikan buatku, sehingga aku hanya diam dan kupejamkan mataku untuk menikmati sensasi yang pertama akan kunikmati dalam hidupku ini.
Nari turun dari tempat tidurku, sementara aku duduk dengan kaki masih bergelayut di pinggiran tempat tidurku. Nari terus mencium leherku dan turun untuk mencium kedua boba susuku dan turun lagi ke arah pusarku. Aku tidak kuasa menahan geli dan nikmat saat lidahnya merajalela di atas pusarku, sehingga aku akhirnya tidur telentang. Kedua tanganku membelai-belai rambutnya, sementara lidahnya yang liar tapi lembut terus menciumi bagian bawah perutku. Kontolku pun kembali menegang.
Akhirnya mulut Nari sampai pada permukaan celanaku di mana di baliknya tersimpan kontolku yang menunggu untuk tampil di hadapan mata Nari. Ketika tangan Nari menarik turun karet celana hawaii beserta CD-ku, aku langsung memberikan respon dengan mengangkat pantatku. Nari langsung menarik kedua celanaku itu secara bersamaan melewati kedua kakiku. Malu sebenarnya hati ini. Maklum inilah pertama kalinya aku telanjang di depan orang lain, apalagi orang itu adalah wanita.
Memang selama ini aku tidak pernah telanjang di depan orang lain, walaupun itu teman-temanku yang pria. Tapi di depan orang yang kucintai yang telah memberikan segala yang ada pada dirinya kepadaku, aku akhirnya hilangkan perasaan itu.
"Auw, besar sekali Toong..!"
Nari menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya setelah melempar celanaku.
"Iiih, aku belum pernah lihat yang seperti ini Toong..!"
Memang saat itu kontolku sudah dalam keadaan tegang maksimal, ukurannya panjang 19 cm dengan diameter 4,5 cm. Cukup membuat gentar yang melihatnya.
Aku hanya diam tersenyum. Kutarik kedua tangan Nari dan kuletakkan pada kontolku. Tangannya diam dan dingin, matanya masih terpejam. Akhirnya sedikit demi sedikit jari jemarinya mulai bergerak, membelai lembut kontolku. Aku pun spontan bereaksi terhadap belaiannya. Aku menggeliat. Belaiannya akhirnya semakin kuat dan kulihat perlahan-lahan matanya mulai terbuka. Wajahnya didekatkan ke kontolku, sementara tangannya tetap membelai dan memijat-mijat kontolku naik turun.
"Aakh..," jeritku lirih.
Aku mulai merasakan kenikmatan tangan Nari di kontolku. Akhirnya aku juga merasakan ada sesuatu yang lain selain jari-jarinya yang menempel kontolku. Kubuka sedikit mataku. Rupanya dia mulai mencium kulit kontolku. Mulai dari batang kontolnya, turun ke buah zakar, naik lagi ke batang kontol, naik ke kepala kontol. Begitu terus. Aku semakin tidak kuat menahannya. Aku semakin terkejut ketika ada sesuatu yang basah menyentuh ujung kepala kontolku.
Kembali sedikit kubuka mataku. Oh, rupanya Nari mulai menjilati kepala kontolku, dan akhirnya dikulumnya kontolku itu di mulutnya yang mungil. Aduh, nikmat sekali rasanya. Lidahnya yang lembut bergesekan dengan kulit kepala kontolku yang peka. Sementara tangannya terus mengurut batang kontolku naik turun. Jilatan dan kuluman mulut Nari ternyata bertambah dengan sedotan yang membuat spermaku naik ke arah puncak kepala kontolku.
"Oh ya Nar.., enak Naar. Terus Nar..!" sekarang ganti aku yang meracau.
"Terus Nar..! Lebih cepat Nar.., lebih kuat Nar.., aku mau nyampe Nar.. aagghh Narii I.. love.. youu..!" air maniku muncrat dengan hebatnya ke dalam mulut Nari.
Tapi dia terlihat tidak merasa jijik sedikit pun. Kontolku dijilatinya sampai sperma yang kukeluarkan habis bersih ditelannya.
Aku terbaring lelah, Nari pun berbaring di atas dadaku. Dan akhirnya kami tertidur dengan posisi seperti ini, tanpa sehelai benang yang menutupi tubuh kami sampai akhirnya terbangun oleh bunyi suara HP Nari.
"Dari Mama Tong..! Sst..!"
"Hallo Ma..! Iya-iya.., sebentar lagi Nari pulang. Nari masih di toko buku untuk cari literatur buat nyelesein tugas dari Pak Haryo, Ma..! Iya-iya.., Nari cepet pulang. Da Mama..!"
Aku hanya geleng-geleng kepala. Pacarku ini memang pintar kalau membohongi Papa Mamanya.
"Tong, aku pulang dulu ya..!"
"Nggak mandi dulu..?" tanyaku.
"Nggak ah.. Aku cuci muka aja. Aku ingin yang lengket-lengket ini tetap melekat di tubuhku sampe pagi, he.. he.. he.."
Langsung saja dia bergegas pergi ke kamar mandi. Aku segera memakai kembali t-shirt dan celanaku.
Tidak lama kemudian Nari masuk dengan tubuh yang masih telanjang, tapi wajahnya sudah kelihatan segar. Dia memakai pakaiannya yang berserakan dan yang tergantung di gantungan bajuku. Setelah itu dia ambil tasnya dan memakai sepatunya, kemudian menuju ke garasiku. Aku buka rolling door garasiku. Distaternya Starlet merah kesayangannya. Jendelanya perlahan terbuka.
"Daagh Itong sayaang, makaci yaa. Muwah.. muwah.. muwah.. muwah.. muwah..!" dikecupnya bibirku lima kali dan tidak lupa tersenyum sambil nyengir.
Starlet itu melesat keluar meninggalkan rumahku dan hilang di balik belokan jalan. Sebuah hari yang melelahkan sekaligus kenangan indah yang tidak akan terlupakan. Kenari, cantik namamu, cantik wajahmu, kaya orangtuamu tapi mengapa engkau mau bersamaku yang hanya seorang bujangan yatim piatu, lulusan SMA, hanya punya usaha kecil, toko dan foto copy, hanya mempunyai duit pas-pasan. Tapi itulah cinta. Cinta yang tulus dan murni tidak memandang harta dan status sosial. Terima kasih Tuhan karena telah engkau berikan Kenari buatku walaupun kini belum dalam genggamanku.
Bersambung ke bagian 05
Gcddh