kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi
klik cara mematikan ADBLOCK
selalu guna GOOGLE CHROME serta Download free VPN tercepat
UC Browser, Operamini, dan browser selain google chrome yang tidak mematikan ad blocking menggunakan panduan di atas tidak akan dapat melihat content, harap maklum
Bokep Viral Terbaru mama muda jilbab hot montok ! hijaber cantik semangka besar! jilbab model terbaru PEMERSATUDOTFUN

mama muda jilbab hot montok ! hijaber cantik semangka besar! jilbab model terbaru

Tidak ada voting
mama, muda, jilbab, hot, montok, hijaber, cantik, semangka, besar, model, terbaru
mama muda jilbab hot montok ! hijaber cantik semangka besar! jilbab model terbaru
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten mama, muda, jilbab, hot, montok, hijaber, cantik, semangka, besar, model, terbaru yang ada pada kategori JILBAB, LIVE, SKANDAL, VIRAL published pada 5 Agustus 2022 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming mama muda jilbab hot montok ! hijaber cantik semangka besar! jilbab model terbaru secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :


Cerita Dewasa:


Istri Temanku 02


Sambungan dari bagian 01

Nina bangkit berdiri dan menutupi tubuhnya dengan bajunya sambil berjalan ke luar.
"Mau ke mana Nin", tanya Joko ketika Nina lewat di hadapannya.
"Ke kamar mandi", jawab Nina singkat sambil terus keluar kamar. Menyadari Joko masih berada di pintu kamar itu, aku segera bangkit dan mengenakan pakaianku.
"Kok sebentar?", tanya Joko.
"Aku sudah lama tidak begituan Jok", jawabku sambil memakai celana panjangku.
"Aku belum sempat melihat banyak lho", kata Joko.
"Mau nggak main sekali lagi?", tanya Joko.
Aku terdiam sesaat dan kemudian menjawab, "Untuk kali ini kayaknya cukup Jok", kataku, "Kalau pulangnya kemalaman, nanti isteriku bisa curiga" lanjutku lagi.

Kemudian kami keluar kamar meuju ruang keluarga lagi. Di ruang keluarga, aku dan Joko mendiskusikan pengalaman yang baru terjadi. Joko mengatakan bahwa pengalaman itu sangat merangsang dirinya. Aku mengungkapkan secara terbuka bahwa keberadaan Joko sedikit-banyak menghambat situasi panas yang sedang meningkat. Akhirnya, aku mengungkapkan bahwa aku mau pulang. Joko kemudian memanggil Nina, yang ternyata masih berada di kamar mandi yang ada di dalam kamar mereka.
"Lama amat sih..", kata Joko menyambut Nina yang keluar dari kamar.
"Maaf", kata Nina singkat.





"Aku pulang ya Nin", kataku.
"Iya Mas..", kata Nina tersipu malu. Sambil pulang, terbayang kembali kejadian-kejadian yang baru aku alami. Dan sesampainya di rumah, aku sempat bermasturbasi di kamar mandi, sebelum akhirnya berbaring di samping isteriku yang telah tertidur lelap.

Pada hari Seninnya, Nina meneleponku di kantor. Nina menceritakan bahwa Joko agak marah pada dirinya, karena persetubuhan antara Nina dengan aku hanya berlangsung sebentar saja. Menurut Joko, Nina kurang melayani aku dengan baik. Pendek kata, Joko tidak puas dan ingin mengulangi lagi. Aku bilang pada Nina bahwa aku bersedia lagi, jika Joko meminta lagi padaku. Kemudian secara bergurau Nina berkata, "Kalau aku yang minta bagaimana Mas Bambang..?".
"Maksudmu?", tanyaku.
"Iya.., tadi kan Mas Bambang bilang bahwa kalau Mas Bambang bersedia bermesraan lagi denganku kalau Mas Joko meminta lagi pada Mas Bambang. Nah .., maksudku kalau aku yang minta ke Mas Bambang bagaimana?".
"Siapa yang takut" jawabku. Sudah hilang rupanya kecanggungan Nina kepadaku. Boleh jadi hal tersebut disebabkan karena kami sudah pernah melakukan hubungan intim sebagaimana layaknya suami-istri.

"Emangnya kamu serius Nin, ingin lagi bermesraan denganku", kataku lirih takut ada yang dengar.
"Serius Mas, aku ingin mencoba tanpa ada Mas Joko. Rasanya, keberadaan dia mengganggu moodku. Waktu itu, kan sebenarnya aku sudah pengin banget, tapi pas Mas Joko masuk, aku jadi agak terhambat deh. Mas Bambang merasakan tidak sih waktu si 'adek', aku pijit-pijit pakai kemaluanku?".
"Terasa kok Nin, aku baru sadar waktu aku menatapmu", jawabku.
"Waktu itu, sebenarnya aku sudah ingin banget dipuaskan. Tapi sengaja, aku bilang bahwa aku merasa sakit. Soalnya, aku takut Mas Joko cemburu karena aku jadinya juga menginginkan persetubuhan dengan Mas. Padahal kan Mas Bambang bisa merasakan sendiri bahwa saat itu kan aku sudah basah banget di bawah sana", kata Nina.
"Iya Nin, waktu itu aku agak bingung. Kamu sudah basah, tapi kok masih bilang sakit", kataku.
"Pada awalnya memang agak sakit sih Mas.., soalnya punyamu lebih besar daripada punyanya Mas Joko. Tapi, habis itu rasanya nikmat sekali. Padat rasanya punyaku dan terasa punyamu menggesek seluruh dinding kemaluanku", sambung Nina.
"Nah, pas Mas sudah keluar, aku kan buru-buru pergi ke kamar mandi dan agak lama di sana. Waktu itu, di kamar mandi aku menuntaskan apa yang belum Mas tuntaskan", kata Nina lagi.
"Sorry deh Nin, abis waktu itu rasanya nikmat banget dan aku sudah lama tidak melakukan hubungan intim dengan isteriku", kataku.

"Mengenai permintaanku tadi bagaimana Mas?", tanya Nina.
"Bagaimana caranya dong, kita bisa berhubungan tanpa sepengetahuan Joko?", tanyaku.
"Begini Mas, kebetulan aku minggu depan ditugaskan ke Bandung sendirian. Mas bisa menemui aku di Bandung kalau mau", kata Nina. Akhirnya kami membuat janji untuk bertemu di Bandung. Setibanya di Bandung, nanti Nina akan menghubungiku via handphone untuk memberitahukan ia menginap di mana dan di kamar berapa.

Minggu depannya, setelah menerima telepon dari Nina, jam 9 malam kutekan bel pintu kamarnya di hotel. Dengan hanya mengenakan daster dan rambut terikat ke atas Nina membuka pintu kamarnya. Bagaikan sepasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu, kami langsung berpelukan dan berciuman segera setelah pintu kamar ditutup. Kutekan tubuh Nina ke dinding, dan kugerayangi tubuhnya dengan tetap tidak melepaskan ciuman kami. Karena tidak tahan, segera kubopong Nina ke tempat tidur dan kemudian kutindih dia dan terus kumesrai.

"Mas.., Mas.., stop dulu dong..", pinta Nina tersengal-sengal.
"Kenapa Nin?", tanyaku.
"Mas ini ahh.., baru datang langsung ganas saja. Minum dulu kek atau lepas sepatu dulu kek", kata Nina sambil bangkit lalu bersimpuh dihadapanku yang duduk di tempat tidur. Nina kemudian dengan lembut membuka sepatu dan kaus kakiku. Kemudian ia mengambilkan sandal kamar yang disediakan oleh hotel dan memasangkannya ke kakiku. Aku tersentuh dengan perlakuan Nina tersebut. Aku belum pernah diperlakukan demikian oleh isteriku.

"Aku ambilkan minum dulu ya", kata Nina seraya berjalan ke arah kulkas. Kemudian aku pindah duduk di kursi yang ada di kamar itu. Nina meletakkan jus jeruk di meja sambil mencubit tanganku dengan genit. Kurengkuh tubuh Nina, tapi dia mengelak dan duduk di depan meja rias. Kuteguk minuman yang disediakan Nina, sambil memandangi Nina yang sedang menyisir rambutnya yang berantakan karena serbuanku tadi.

Setelah membuka kran bath tub, kemudian Nina mengikat kembali rambutnya di depan kaca di kamar mandi tersebut. Kupeluk tubuhnya dari belakang. Kuraba-raba kedua toketnya dari belakang, terkadang kuremas lembut. Sementara tangan kiriku tetap di dadanya, tangan kananku turun merambat hingga di selangkangannya, kuusap-usap daerah kemaluannya, diselingi dengan tekanan-tekanan lembut berputar. Nina mulai mendesah-desah, tubuhnya mulai menggeliat-geliat. Mendapat respon demikian, aku menjadi semakin semangat. Kemudian dengan ganas kucium tengkuknya, kadang-kadang menggeser ke sekitar telinganya. Desahan dan geliatan Nina semakin menjadi-jadi. Aku makin bertambah semangat lagi, dan tanpa kusadari remasan tanganku baik pada toketnya maupun selangkangannya semakin menggebu-gebu. Aku tidak tahan lagi dan kukatakan pada Nina, "Nin.., aku masukin ya sebelum kita mandi". Nina mengangguk perlahan.

Dengan cepat kulepaskan baju dan celanaku serta celana dalamku. Habis itu, kusingkap daster Nina ke atas, dan kutarik celana dalamnya ke bawah. Lalu kutempelkan kemaluanku yang dari tempat tidur tadi sudah tegang ke belahan pantatnya, sehingga menyentuh bibir kemaluannya. Dengan gerakan pelan kugesekkan kemaluanku ke selangkangan Nina. Terasa hangat dan lembut. Pada posisi ini, walaupun belum masuk ke memeknya, aku sudah merasakan jepitan pada kemaluanku. Mungkin itu jepitan pahanya, tetapi mungkin juga jepitan dari bibir kemaluannya. Sementara itu, kedua toket Nina terus kuremas-remas. Kulirik ke kaca di depan kami, kepala Nina hanya tertunduk saja, aku tidak dapat melihat wajahnya. Sesekali kulihat kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan. Sesekali terdengar rintihannya, "Mass, shh, shh, aduhh, ahh..".

Setelah kurasakan kemaluan Nina sudah mulai cukup basah, kupegang kemaluanku dan kuarahkan ke memek Nina. Secara perlahan saya dorong kemaluan saya memasuki kemaluan Nina. "Aaawww.., asshh", jerit Nina perlahan ketika kepala kemaluan saya mulai masuk. Kutarik sedikit dan kemudian kutekan lagi sehingga hampir seluruh kemaluanku masuk ke kemaluan Nina. Setelah kudiamkan sebentar, kemudian aku mulai menggerakkan kemaluanku maju mundur ke kemaluan Tina.

Desahan dan erangan Nina semakin sering terdengar. Ketika kepala Nina mendongak ke belakang ke arahku, kulirik kaca di depan kami, terlihat wajah Nina memerah dengan mata terpejam. Suatu pemandangan yang sangat merangsang. Kuteruskan gerakan-gerakanku dan karena nikmatnya, aku tidak tahan lagi dan akhirnya dengan jeritan tertahan kumuntahkan air maniku di dalam kemaluan Nina. Nina menggeliat-geliat resah karena setelah ejakulasi, gerakanku menjadi terhenti.
"Mass.., aku belum nih.., rasanya menggantung..", kata Nina seakan-akan protes dengan apa yang baru saja terjadi.
"Maaf deh Nin.., nikmat banget sih", kataku.
"Sini aku bantuin supaya kamu tuntas", sambungku lagi sambil menarik tubuh Nina ke arah bathtub.

Kemudian kami berdua masuk ke dalam bath tub dalam posisi aku duduk di belakang Nina. Tangan kiriku mulai kembali meraba-raba toket Nina, sedangkan tangan kananku berputar-putar menggerayangi kemaluannya di dalam air. "Shh oohh.., ahh!", kembali terdengar bunyi-bunyian dari mulut Nina. Secara perlahan, tubuh kami mulai setengah terbaring, dengan posisi tubuhku bersandar pada ujung bathtub, sedangkan tubuh Nina bersandar di tubuhku. Mulutku juga aktif menciumi leher dan telinga Nina.

Setelah beberapa lama kemudian kurasakan tubuh Nina mulai menegang dan tanganku mulai terjepit agak keras oleh kedua pangkal pahanya. Kuteruskan gerakan-gerakanku, sampai akhirnya kudengar jeritan tertahan, "Mass, ahh..", disertai dengan jepitan yang sangat keras pada tangan kananku. Aku menduga bahwa Nina sedang mencapai orgasme, dan ternyata memang benar. Secara perlahan-lahan tubuh Nina yang tadinya sangat tegang mulai mengendur dan rileks di pelukanku. "Ma kasih ya Mas", kata Nina singkat. Sejenak kami terdiam, dan setelah beberapa lama kemudian kami mulai mandi, dengan saling menggosok tubuh kami satu sama lainnya.

Setelah mandi, sambil berbaring berpelukan di tempat tidur, kami membicarakan beberapa hal. Nina banyak bercerita tentang hubungannya dengan Joko. Setelah beberapa lama kemudian kembali kami memadu nafsu kami di ranjang hotel yang sempit itu, sampai akhirnya kami tertidur dalam keadaan telanjang bulat. Keesokan paginya, sebelum aku kembali ke Jakarta, kami sempat berhubungan sekali lagi. Nina mengemukakan bahwa ada satu pengalaman baru yang ia alami selama dua hari kami berhubungan, yakni untuk pertama kalinya ia merasakan nikmatnya kemaluannya diciumi. Menurut Nina, Joko tidak pernah mau menciumi kemaluannya, tapi sering meminta Nina untuk menciumi kemaluan Joko.

Seminggu setelah kejadian di Bandung tersebut, Joko menelepon dan meminta kesediaanku untuk mencoba lagi berhubungan dengan Nina. Seakan belum terjadi apa-apa, aku mensyaratkan kepada Joko agar aku mencoba dulu berhubungan dengan Nina tanpa dia di sekitar kami. Dengan agak berat hati, Joko menyetujui syaratku itu. Belum tahu saja dia bahwa aku dengan Nina sudah cukup akrab, bahkan sejak pulang dari Bandung, hampir tiap hari kami berhubungan melalui telepon.

Pada hari yang telah kami sepakati, Joko pamit ingin jalan-jalan setelah kami selesai makan malam di rumah Joko. Sepeninggal Joko, Nina menghambur ke pelukanku seraya mengungkapkan bahwa ia kangen sekali, sampai-sampai hampir tiap hari ia bermasturbasi sambil mengingat-ingat kejadian di Bandung. Kugendong tubuh Nina ke kamar di mana kami untuk pertama kalinya ngentot.

Sesampainya di kamar itu, kubaringkan tubuh Nina di tempat tidur dengan langsung menindih, menciumi dan meraba-raba tubuhnya. Setelah beberapa saat, tiba-tiba meronta-ronta dan kemudian bangkit duduk. Belum hilang rasa terkejut dan bingungku, tiba-tiba lagi kemudian Nina mendorong tubuhku hingga terbaring dan dengan cepat membuka kancing bajuku dan kemudian melepaskan celana panjang dan celana dalamku. Setelah itu ia dengan agresif mulai menciumiku. Mulai bibir, kuping, merembet ke leher dan dada. Bahkan Nina cukup lama menciumi dan mengulum bobaku.

Dari dada, ciuman Nina merambat ke perut dan kemudian ke pangkal paha. Berbeda dari perkiraan dan harapanku, dari pangkal paha, ciuman Nina tidak menyentuh kemaluanku. Padahal aku ingin sekali agar kemaluanku dicium atau setidak-tidaknya diraba oleh Nina. Ketika ciuman Nina mulai turun, aku sebenarnya secara tidak sadar sudah menarik kepala Nina agar berada tepat di tengah selangkanganku. Tetapi, tampaknya Nina tidak memenuhi keinginanku itu. Bibir dan lidah Nina terus merembet ke bawah, ke bagian dalam dari paha kananku sampai ke dengkul, termasuk ke bagian belakang dari dengkul. Di bagian belakang dengkul ini, kurasakan lidah Nina menyapu-nyapu. Nikmat dan menggoda rasanya, karena sebelumnya saya belum pernah merasakan hal itu. Saya hanya dapat mendesah dan menahan napas saja.

Dari dengkul kanan, Nina pindah ke dengkul kiri, dengan melakukan hal yang sama. Secara perlahan kemudian merambat ke atas, ke bagian dalam paha kiriku, kemudian ke pangkal paha.
"Nin.., Ayo dong", pintaku. Nina rupanya memang sengaja ingin menggodaku. Agak berlama-lama ia menciumi pangkal pahaku, dan bahkan kemudian turun lagi ke bawah.
"Nin.., Please..", pintaku lagi. Nina tidak juga segera memenuhi permintaanku, tetapi ia kemudian mulai menciumi bagian bawah kantung kemaluanku. Lumayanlah.., Batinku dalam hati. Dan akhirnya, Nina mulai menciumi kemaluanku dari samping, baik kiri maupun kanan, tetapi kepala kemaluanku belum dijamahnya.

Akhirnya, dengan sentakan yang cukup keras, kutarik kepala Nina hingga mulutnya menyentuh kepala kemaluanku. Mulailah ia mencium, menghisap dan menyedot kemaluanku hingga pada akhirnya kemaluanku memuncratkan isinya. Aku agak terkejut sekaligus terharu ketika Nina, menampung air maniku di mulutnya, bahkan menelannya. Jangankan menelan, untuk sekedar menciumi kemaluanku saja, isteriku sangat jarang. Hitungannya masih bisa dihitung dengan jumlah jari dalam satu tangan. Jijik dan tidak pantas kata isteriku. Terus terang, aku merasa tersanjung waktu Nina menelan air maniku.

"Tadi kamu ngeledek aku ya Nin..", kataku.
"Orang sudah pengen banget.., eh malah turun ke dengkul lagi", lanjutku lagi.
Nina tertawa kecil dan kemudian berkata, "Tapi nikmat kan..", dengan yakin.
"Enak baanget..", jawabku.
"Kamu tidak jijik Nin menelan maniku?", lanjutku bertanya.
"Biasanya sih iya", kata Nina, "tapi tadi aku tidak sadar dan tidak merasa jijik, malah aku juga ikut menikmatinya sepenuh hati" kata Nina.

Dalam hati aku membenarkan perkataan Nina. Ketika dimesrai Nina tadi, aku merasakan pelayanan dan penyerahan yang total dari Nina, bahkan tidak mempedulikan badanku yang belum mandi, karena tadi aku langsung dari kantor ke tempat ini. Suatu ketotalan yang bahkan rasanya belum pernah aku dapatkan dalam berhubungan dengan isteriku.
"Biasanya aku menolak jika Mas Joko mau mengeluarkan maninya di mulutku, apalagi menelannya", sambung Nina di tengah lamunanku.
"Ma kasih ya Nin", kataku sambil mengelus-elus tubuhnya.
"Aku juga Mas", kata Nina, "Anggap saja itu sebagai imbalan dari pengalaman baru yang Mas berikan di Bandung waktu itu" kata Nina.
"Yang mana Nin?", tanyaku sambil sekali-kali memberikan kecupan ringan di pipi dan kupingnya.
"Itu lho, yang punyaku Mas ciumin. Itu kan juga sebelumnya aku tidak pernah mengalaminya", jawab Nina sambil membalas elusanku, dengan mengelus-elus dadaku.

Kecupan-kecupan ringan terus kulakukan di wajah dan kuping Nina. Bahkan aku mulai merembet turun ke leher, dada, perut dan akhirnya kubalas apa yang Nina lakukan padaku. Ketika aku menciumi kemaluannya, Nina membalikkan arah tubuhnya, sehingga kami bisa saling meciumi kemaluan satu sama lainnya. Kadang-kadang Nina berhenti mencium, ia hanya menggerak-gerakkan pinggulnya. Aku mengira ia sedang menikmati rangsangan-rangsangan yang kuberikan. Pada posisi itu, entah berapa kali Nina mengalami orgasme aku tidak tahu persis. Tetapi, aku merasa setidaknya tubuh Nina sempat meregang-regang secara ritmis sebanyak dua kali. Karena kemaluanku sudah tegang, akhirnya kubalikkan tubuhku dan kumasukkan kemaluanku ke kemaluan Nina. Kugerakkan pinggulku turun naik. Sampai akhirnya aku ejakulasi di dalam kemaluan Nina.

Di tengah perbincangan kami setelah permainan yang melelahkan tersebut, Joko datang dan langsung masuk kamar. Ia menanyakan bagaimana keadaan kami. Aku mengatakan bahwa kami sudah berhasil melakukan intim. Kemudian Joko meminta kami untuk bermain lagi. Tetapi, entah kenapa, saat itu kemaluanku tidak lagi dapat berdiri tegak. Setelah dicoba beberapa lam, tetap tidak dapat tegak walaupun terkadang dapat agak membesar. Boleh jadi, hal itu disebabkan karena aku sudah dua kali mencapai kepuasan malam itu. Boleh jadi juga karena keberadaan Joko mengurangi nafsu saya dan Nina. Joko terlihat sedikit kecewa ketika kukenakan pakaianku dan pamit pulang.

Keesokan siangnya Nina meneleponku di kantor. Dengan terisak ia bercerita bahwa ia dan Joko baru saja bertengkar hebat. Tanpa kami sadari, rupanya Joko merekam dengan kamera video apa yang kami lakukan di kamar ketika ia pergi. Melalui hasil rekaman itulah Joko mengetahui apa yang kami lakukan di kamar itu. Joko sangat marah, karena ketika ia tidak ada kami dapat berhubungan sedemikian panas dan binal. Nina menceritakan bahwa Joko juga mengungkit-ungkit beberapa hal yang tidak pernah Nina lakukan padanya. Khususnya karena Nina mau menerima air maniku di mulutnya bahkan menelannya, serta Nina bersedia menciumi kemaluanku setelah kemaluan tersebut masuk ke dalam kemaluan Nina.

Kuberikan beberapa saran praktis untuk Nina saat itu, sambil membuat janji untuk bertemu pada siang hari. Setelah kejadian itu, Joko tidak pernah menghubungiku atau meminta tolong lagi padaku. Tetapi, kadang-kadang aku masih berhubungan intim dengan Nina. Entah itu di hotel, di villa keluarga kami, bahkan pernah juga di rumah Joko ketika ia bertugas ke anjungan minyak.

TAMAT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.